"Rora, setelah selesai dicuci nanti kamu lap terus taruh di rak makan ya. Udah itu tolong kamu buatin minuman untuk dibawa keruang keluarga nantinya."Mama berujar dengan nada yang terlampau datar.
"Ma.."panggilku pelan. Sayangnya Mama hanya dengan deheman saja.
"Ma, Rora minta maaf. Tapi, Rora belum, enggak, maksudnya enggak pacaran kok sama dia. Rora serius, Ma. Rora janji bakalan belajar lebih rajin lagi. Papa sama Adek cuma melebih-lebihkan aja tadi."ujarku dengan penuh penyesalan.
"Siapa cowok yang lagi dekat sama kamu??"
Aku hanya terdiam dan gugup sekali. Masa aku harus ngaku sekarang??? Pasti akan memalukan dong. Apalagi Mama sama Mamanya Alo kan teman dekat. Aduh gimana ini?!?!
"Siapa, Rora??"tanya Mama lagi dengan nada yang sudah melembut.
"A.. Al--Alo, Ma"ujarku dengan pelan.
"Siapa?? Mama enggak dengar tadi."
"Alo, Ma."
"Alo yang anaknya dokter Mika itu??"
"I... iya, Ma."
"Kamu serius??"
"I... iya, Ma."
"Bukannya dia itu pendiam banget ya anaknya??"
"Iya, Ma."
"Kok dia bisa suka sama kamu??? Atau malah kamu yang suka sama dia???"
"Rora enggak tau, Ma. Aku bingung..."
"Sejujurnya, Mama senang kalau yang dekat sama kamu itu Alo. Setidaknya dia sama kamu kan bisa sama-sama belajar. Diajuga baik kok, meskipun pendiam. Setau Mama, dia itu suka banget main game sama kayak kamu. Benar kan???"Mama mengatakan hal ini dengan penuh bersemangat.
"Iya, Ma. Dia itu suka main game. Bahkan dia itu pintar banget main game. Dia juga pintar main badminton. Dia itu.."aku memang menceritakan hal ini dengan bersemangat, tapi diakhir kalimat aku seakan ragu untuk mengucapkannya.
"Keren kan??"ujar Mama seakan bisa menebak apa yang ingin aku katakan.
"Hehehehe... iya, Ma."
"Mama bolehin deh kalau kalian pacaran. Tapi ingat ya, kamu harus tetap rajin belajar. Jangan lupa, kalau kamu itu masih sekolah. Pacarannya juga jangan terlalu jauh kayak sekarang. Ingat ya??"
"Hehehehe..... oke, Ma"ujarku sambil mengangkat kedua jempolku. Mama hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.
Aku pun segera membuat minuman yang akan dihidangkan untuk keluargaku. Aku terus tersenyum sedari tadi. Aku tak bisa menahan rasa bahagia yang melimpah ruah ini. Bahagia sekali rasanya. Bahkan tidak hanya tersenyum lebar aku juga bersenandung kecil. Entah kenapa, rasanya aku menjadi begitu bersemangat menjalani hari ini??? Bahkan, aku juga tak sabar untuk menceritakan hal membahagiakan ini ke Emak. Aih... aku harus menyuruh datang deluan dari pada yang lain nanti. Ya, harus. Ekspresi Emak, pasti akan sangat bahagia setelah mendengar ini.
Tapi, kalau nantinya Alo datang kerumahku pasti dia juga akan ejekan dari Papa, terutama dari double J. Aiih... itu pasti akan sangat memalukan sekali. Lalu, belum lagi Mama yang pastinya akan bertanya-tanya dengan Alo seputar hubungan kami sekarang?!?!?! Ini pasti, akan sangat memalukan!!! Eh... tunggu dulu, tapi diantara aku dan Alo kan belum ada kata 'Pacaran'. Iya, status yang biasanya digunakan untuk mengikat kedua orang. Dia bahkan belum mengajukan status itu kepadaku. Terserahlah!!! Yang penting, sekarang Mama sudah mengizinkanku untuk berpacaran.
Aku membawa minuman dingin nan segar ini keruang tamu. Aku kembali tersenyum dan mengenyahkan pikiran tentang status yang tadi. Lagipula aku cukup bahagia dengan keadaan yang sekarang ini. Diruang tamu, telah berkumpul semua keluarga. Termasuk para sepupu sialanku. Mereka sangat menyebalkan, tapi meskipun begitu aku tetap menyanyangi mereka. Tapi diantara mereka semua, aku sangat menyanyangi seseorang. Dia adik sepupuku yang masih menginjak bangku Sekolah Dasar. Saat ini dia genap berusia 10 tahun. Namanya ialah, Delira. Dia sering kupanggil dengan sebutan 'Chubby'. Itu dikarenakan pipinya sangatlah gembul.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBOT
Teen FictionIya aku hanyalah seorang robot #5 in robot (12122018) #270 in teenlit (19112018) #322 in gaje (20112018) #803 in fiksi remaja (20112018)