"Ehh... kita kekelas yuk."ajakku, dia terlihat setuju-setuju saja, dengan hanya menganggukan kepala. Aku langsung berdiri dan hendak berjalan, tapi tiba-tiba sebuah ucapannya membuat mood-ku yang tadinya lagi happy, langsung berubah menjadi down dan akhirnya jadi bad mood.
"Tapi kita keUKS dulu ya."entah kenapa mendengar kata UKS, aku langsung menjadi bad mood. Tempat itu seperti tempat terlaknat yang pernah aku datangi. Disana seperti ada iblis yang memuakkan. Sangat menyebalkan.
Aku hanya membalasnya dengan deheman saja. Moodku terlampau anjlok sekarang. Kami berjalan, tapi kali ini Alo tidaklah lagi menarik tanganku. Aku berjalan didepannya sambil menunduk. Aku tak menghitaukan keadaan disekitarku. Yang kulakan hanya berjalan sambil terus menunduk. Aku bahkan tak menyadari, bahwa beberapa langkah aku berjalan kedepan, pasti kepalaku akan terjedut tembok. Entah apa yang terus aku pikirkan, bahkan aku tak menyadari bahwa sekarang sudah tinggal selangkah lagi, maka kepalaku akan terjedut.
Tepat sebelum terjedut, aku merasa tangan kananku ditarik Alo kebelakang. Aku lantas langsung menoleh. Disana dia hanya tersenyum kecil sambil menarik tanganku. Kali ini kami kembali berjalan, dengan tanganku yang berada digenggamannya. Sekarang sudah sangat ramai. Koridor dipenuhi murid-murid yang ingin segera pulang. Aku tentu saja malu, jika diliatin orang lain.
Aku langsung menarik tanganku, tapi sayang Alo malah menggengamnya dengan kuat. Dia menoleh kearahku. Tak cukup hanya menoleh, dia juga ikut membalikkan badannya. Dia memandangku dengan tatapan bertanya. Aku hanya bisa menundukkan wajahku, untuk menyembunyikan wajahku yang memerah. Kudengar kali ini dia tertawa dan juga dia melepaskan genggaman tersebut. Tapi dengan mengejutkan dia malah memundurkan badannya sejajar dengan diriku. Setelah itu dia berkata,
"Ayo jalan. Nanti aku ketinggalan bus kalau enggak cepat."sambil tetap terdenyum.
Aku tentunya hanya bisa tersenyum sambil terus menunduk. Kali ini kami berjalan bersisian. Aku masih terus menunduk untuk menyembunyikan rona merah yang menjalari pipiku. Aku sangat malu sekarang!!!
Sesampainya kami berdua didepan UKS, dia langsung membuka sepatunya. Melihat aku yang diam tak bergeming, dia keheranan. Aku menjelaskan bahwa, lebih baik jika aku menunggunya diluar saja. Dia hanya ber-oh ria sambil berjalan measuki UKS. Kulihat sinenek sihir itu senang sekali, saat melihat kedatangan Alo. Dia hanya membalas seadanya, segera saja dia memberikan kembali botol Betadine tadi. Saat nenek sihir itu mencoba menahannya dengan mengobrol, untungnya Alo langsung menolak ajakan itu, dengan sopan tentunya. Dia mengatakan dia harus segera pulang, agar tidak ketinggalan bus. Dan juga dia menyertakan alasan saat menolak ajakan itu. Dia mengatakan bahwa harus membantuku membawa sesuatu. Aku hanya mengeryit keheranan.
Sesampainya diluar UKS, dia langsung memakai sepatu dan mengajakku untuk kekelas dan mengambil tas juga. Aku masih mendengar nada salam perpisahan yang manis untuk Alo. Aku tiba-tiba saja menoleh kebelakang. Berbeda dengan Alo, aku malah dihadiahi pandangan serta penuh permusuhan dari nenek sihir itu. Aku hanya mengeryit saja dan menggeleng. Langsung kulanjutkan kembali perjalananku.
Disepanjang koridor hanya teriakan anak-anak lain saja yang kudengar. Alo dan aku tidak membicarakan sesuatu, hanya keheningan yang terjadi. Untuk mengakhiri keheningan tersebut, aku mencoba untuk bertanya.
"Alo.."panggilku dengan pelan.
"Hm??"
"Tadi pas diUKS, kamu bilang mau bantuin aku bawa sesuatu. Emangnya mau bawa apa??"entah kenapa rasanya, panggilan 'aku-kamu' ini mengalir dengan begitu mulusnya dari bibirku.
"Enggak tau."
"Hah??"
"Iya, enggak tau. Hehehe..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBOT
Teen FictionIya aku hanyalah seorang robot #5 in robot (12122018) #270 in teenlit (19112018) #322 in gaje (20112018) #803 in fiksi remaja (20112018)