7. Terbiasa

1.4K 55 0
                                    

Setelah bercerita pada kakaku, aku langsung kembali ke kamar dan menatap kosong langit senja saat itu.

Aku berjalan gontai kearah tempat tidurku, lalu ku raih undangan pemberitahuan kemah, kubaca perlahan dan kulihat tangggalnya

"12, 13, 14 Agustus"

Yap! tiga hari menginap disekolah, ku lempar undangan itu ke lantai, kupejamkan mataku sedalam-dalamnya, dan tak terasa air mataku meleleh membasahi pipiku.

Entah apa yang aku rasakan saat itu, entah harus siapa yang aku salahkan, mood-ku hancur sekali.

Tiba-tiba ibuku masuk ke kamarku.

"Dek? Kamu kenapa?" Ibu langsung menghampiriku ditepi tempat tidur dan memeluk kepalaku lembut.

"Why?" Ibuku kembali bertanya.

"I'm fine mom, Della cuma capek aja"
"Serius?"

Aku hanya mengangguk kecil.

Terkadang aku berfikir "Apakah salah  seorang anak usia 16 tahun keatas masih suka dipeluk ibunya? Dicium ibunya? Bahkan makan disuapin  setiap sarapan? Kapan kita bisa merasakannya lagi? selagi masih bisa melihat ibu bernafas lancar, itu lah waktunya, untuk bilang, I LOVE YOU MOM"

**************
Keesokan paginya aku kembali menjalani rutinitasku, yaitu kesekolah, hari itu hari jumat, mungkin hari ini pramuka berangkat, untuk membagi sangga (kelompok) kemah dan perlengkapan selama kemah, ahhh aku malas sekali.

"Adellaaa!!" Aku tidak asing dengan suara itu, yap itu suara Hilwa, aku langsung memberhentikan langkahku dan menoleh kebelakang dengan wajah datar.

"Apa?" Jawabku saat Hilwa sampai di hadapku dengan tersenggal-senggal.
"Bawa topi boni nggak? Hari ini pramuka soalnya"

"Bawa, kenapa? Kamu nggak bawa?"

"Bawa dong, Hilwa kan anak rajin"
dia mulai menyombongkan dirinya.

"Iya, iya anak rajin, terus kenapa tanya aku?"

"Barangkali aja kamu nggak bawa?"

"Makasih atas perhatian kamu, udah ah aku mau masuk kelas, malu diliatin orang berdiri di tengah lapangan kaya gini" aku meninggalkan Hilwa tanpa dosa.

"Della!! Tunggu, ihh bener kita kaya orang gila, berdiri di tengah lapangan, hahahaha lucuu" Hilwa mulai nyerocos sendiri, aku tak menghiraukannya, biarlah dia bersenang-senang dengan imajinasinya, hahahah lucu sekali.

Didepan kelas aku kembali bertemu sahabatku yang satunya lagi Elen.

"Pagiii Adella" senyumnya manis sekali kaya gula biang (gula obat)

"Pagii jugaa Elen" aku hanya memandangnya dan tersenyum simpul, lalu masuk ke kelas dan menaruh tasku.

"Del kamu kenapa?" Tanya Elen padaku.

"Nggak papa kok Len, cuma males gerak aja"

"Bener?"

"Iya nih Della cemberut terus" Hilwa mengejutkanku dan Elen, dia memang suka datang secara tiba-tiba.

"Aku nggak papa gais"

"Apa gara-gara kak Raffa?" Elen kembali membahas soal itu.

"Nggak, aku udah tau tentang dia dari kakak aku Len"

"Tau apa?"

"Dulu temen kakak aku juga pernah jadi korban kak Raffa"

"Yang bener??!" Hilwa kembali memotong.

"Syukur deh kalo kamu udah tau sifat dia, sekarang kedepan yuk! Udah mau bel masuk, kita harus nyanyi Indonesia Raya dulu" ajak Elen kepadaku dan Hilwa.

By penulis: ( maaf yah gais kalo ada yang typo2, maaf juga kemarin nggak update 😁, happy nice dream gais)

Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang