"Nah itu dia orangnya" ucap kak Wildan menunjuk ke arah gerombolan siswa.
Lalu aku sadar siapa orang yang di maksud kak Wildan. Orang itu tidak asing lagi dalam kehidupanku.
Alvin!
"Adella, ini Alvin yang tadi saya mau kenalin ke kamu"
"Iya.. Della udah tau" aku membuang muka malas.
"Loh Adella kenal Wildan?" Ucap Alvin dengan wajah tanpa dosa.
"Ternyata kalian udah saling kenal? Syukurlah saya nggak perlu repot-repot ngenalin kalian, oh ya Alvin ini sahabat karib saya"
"What?"
"Sejak kapan?" Tanyaku ragu.
"Sejak SMP Adella" timpal Avin.
"Kak Wildan langsung pulang aja yuk, keburu sore" pintaku.
"Bentar-bentar sebenarnya niat Wildan ngenalin Adella ke aku buat apa" tanya Alvin lagi.
"Gini Vin, Adella ini my girlfriend" jelas kak Wildan.
"Apa?"
"Udah cukup jelas kali" aku mulai kesal.
"Nggak nyangka sahabat sendiri nikung perempuan yang selama ini jadi incaran sahabatnya"
"Hah?" Kak Wildan semakin binggung.
"Adella ini adalah perempuan yang semala ini aku ceritain ke kamu Dan"
"Terus?"
"Kamu malah pacaran sama dia"
"Sumpah saya nggak maksud"
"Nggak usah sok suci deh Dan, bangsat-bangsat aja"
"Stopp!!! Gausah ya ngomong kasar gitu sama kak Wildan" aku mulai marah dengan ucapan kak Alvin barusan.
"Adella, aku lebih dulu suka sama kamu dari pada lalat yang nggak berguna ini"
"DIA BUKAN LALAT!!!"
"Oke sorry... tapi Ad..."
"Gausah cukup!! Yuk kak pulang" ucapku seraya menarik lengan kak Wildan dan berlalu pergi.
Hatiku benar-benar panas. Kak Alvin memang keteraluan! Sahabat macam apa yang tega memaki sahabatnya di depan umum.
"Del! Kita nggak bisa pulang sekarang" ucap kak Wildan memberhentikan langkahku.
"Kenapa?"
"Pikiran kita masih panas"
"Yaudah sekarang kita minum es dulu gimana?" Ajakku.
"Oke"
*****
"Es kelapa gula putih dan gula merahnya sudah siap..." ucap mang Adi.
"Kak aku bingung deh sama kejadian tadi"
"Maaf sebelumnya Adella, saya nggak pernah cerita sama kamu soal Alvin"
"Hmmm... jadi gimana kak?"
"Saya juga bingung, Alvin adalah satu-satunya sahabat yang mampu membuat saya kuat samapi sekarang"
"Yaudah kak Wildan tinggalin Adella aja" tanpa sadar aku berkata seperti itu.
"Jangan ngawur!! Saya bisa menyelesaikan semua masalah ini tanpa harus menyakiti salah satu diantara kalian"
"Tapi mau gimana lagi kak? Adella tau kak Wildan sayang sama Adella, tapi persahabatan kalian jauh lebih berharga dari Adella"
"Adella lebih berharga"
"Terus kak Wildan bakal ninggalin persahabatan yang udah kalian bina selama ini?"
"Iya"
"Kak Plisss, Adella nggak papa kok!"
"Nggak"
"Besok kita akan bilang sama Alvin kalo, persahabatan kita usai"
"Kak!"
"Yuk pulang Adella sudah sore"
"Kak jangan bikin hidup aku semakin ngerasa bersalah dong"
"Mau gimana lagi Adell!!"
Aku kaget saat tiba-tiba kak Wildan membentakku.
"Maaf"
"Iya"
Aku berjalan dibelakang kak Wildan, aku masih merasa takut dengan bentakannya tadi.
"Apa sih yang kalian sembunyiin dari aku? Kenapa kak Wildan lebih memilih persahabatannya hancur?"