43. Aku atau Sahabat

749 19 0
                                    

Badanku sudah mulai kuat sekarang, ibu juga sudah memperbolehkanku berangkat ke sekolah.

Aku benar-benar rindu sekolah, mungkin tidak hanya sekolah yang aku rindukan selama sakit, tapi juga aku merindukan kak Wildan.

Aku benar-benar senang akhirnya kak Wildan bisa mengubah dunianya untukku. Sekarang wajahnya selalu dihiasi oleh senyuman.

Dia juga mulai suka dengan manis, walaupun harus sedikit dipaksa.

"Adella....!!" Teriak Hilwa seraya memelukku

"Hmmm.."

"Kelas sepi tau nggak.."

"Oya?"

"Iya soalnya bahan bully kita nggak ada"

"Berarti aku bahan bully dong?"

"Enggak-enggak bercanda"

"Hahhahaha..."

****

Jam pelajaran terus berputar, panas matahari semakin menjadi-jadi. Membuat beberapa siswa hilir mudik pergi ke kantin untuk membeli minuman yang dingin.

Termasuk juga aku dan teman-teman yang lainnya.

"Del!" Panggil Elen.

"Kamu kenapa sih? Waktu itu pake acara pingsan segala" tanya Elen penasaran.

"Ya allah... temen baru sembuh udah tanya kaya gitu" celetuk Hilwa.

"Lagian abisnya dia kan nggak pernah pingsan-pingsan"

"Aku juga gatau Len, Hil" jelasku.

"Aneh... kamu udah periksa?"

"Udah"

"Kata dokter penyakit apa?"

"Depresi"

"Hah??!!"

"Biasa aja kali.."

"Depresi? Perasaan kamu biasa-biasa aja Del! Kok bisa sampe depresi?"

"Aku sendiri juga kurang tau"

"Pasti gara-gara Wildan, ya kan?"

"Hushhh... kenapa pake bawa-bawa kak Wildan coba"

"Habis, semenjak kamu sama dia kan, dunia kamu cuma terpacu sama dia doang Del"

"Bener juga.."

"Jadi bener kamu depresi gara-gara Wildan?"

"Belom pasti juga, bisa aja gara-gara kalian"

"Kok kita sih Del!" Ucap Hilwa dan Elen bersamaan.

"Hahaha... bercanda"

"Sumpahh nggak lucu" ucap Hilwa kesal.

Omongan Hilwa dan Elen memang sedikit benar. Akhir-akhir ini aku terus memikirkan kak Wildan dari pada diriku.

Bahkan seakan-akan jantungku adalah dirinya.

Aku menarik nafas panjang, dan berusaha mengontrol rasa ini.

"Adella" panggil seseorang di belakangku.

"Iya?" Jawabku.

Dia hanya tersenyum.

"Kak Wildan?"

"Pulang agak telat sedikit bisa?"

"Bisa.. emang kita mau kemana kak? Mau liat mural lagi yah?"

"Bukan.. ada seseorang yang harus saya kenalin ke kamu"

"Siapa?"

"Nanti kalo pulang kamu pasti tau"

"Oke"

"Yaudah... saya ke kelas dulu"

"Hati-hati"

Aku terus menatapnya sampai tubuhnya hilang di tikungan.

Mereka benar, setiap ada kak Wildan duniaku seakan-akan hanya dirinya.

Mataku tidak pernah lepas darinya.

Bahkan mulut ini selalu ingin terus berbicara dan memberinya pertanyaan agar dirinya terus berbicara dan singgah lebih lama.

"Del! Jadi beli jajan nggak?"

"Jadi kok, bentar yah"

"Dari tadi ngapain aja sih?"

"Biasa.."jawabku.

"Tuh kan mulai"

****

"Kak Wildan mau ngenalin siapa yah ke aku? Apa jangan-jangan kak Wildan mau ngenalin mantannya ke aku? Masa iya sih?" Pertanyaan itu terus saja muncul dari benakku.

Bel pulang sekolah masih terasa sangat lama. Wajah-wajah bosan sudah mulai telihat.

"Kapan bel pulang?"

Aku mencari-cari benda pipih menyala itu. Dari tadi pagi aku belum membukanya sama sekali.

Ku tatap layar ponsel, dan beberapa kali aku masuk keluar akun media sosialku untuk menghilangkan bosan.

Kembali ku lihat jam. Bel berbunyi 10 menit lagi. Aku segera memasukkan semua buku-buku ke dalam tas. Dan memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Del! Pulang main yuk, ke rumah Siska" ajak Elen padaku.

"Yah... aku udah ada janji Len"

"Hmmm.. yaudah lain kali aja mainnya"

"Lagian main tanpa aku juga gak papa kok Len"

"Lah.. kita mau main itu ngerayain kesembuhan kamu kali"

"Ohh.. tapi sekali lagi maaf yah..."

"Iya gpp"

"Oke!"

Setelah bel pulang berbunyi aku bergegas ke depan gerbang sekolah.

"Kak wildan" panggilku.

"Tumben cepet"

"Emang biasanya lama banget yah?"

"Enggak"

"Mana orang yang mau kak Wildan kenalin ke Della?"

"Bentar dia belum keluar mungkin bentar lagi"

"Oke"

"Oh itu dia.."

"Hah.. mana?"

"Itu yang pake jaket merah"

"Hah? Kok dia sih?" Batin ku.


Hayoo siapa yang mau dikenalin Wildan ke Adella?? Maka dari itu yuk kalian terus baca dan kasih vote yah...



Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang