23. Cinta bersemi di UKS 2

1K 38 0
                                    

"Iya nggak papa kak" aku berusaha tampak biasa.

Lalu kak Wildan duduk dikursi panjang didepan tempat aku duduk, dia memandang UKS datar, lalu menghela nafas berat.

"Boleh saya tanya sesuatu?"

"Bo...lee..hh" aku mulai gugup.

"Apa setiap cewe berbuat ceroboh agar mendapatkan perhatian cowo?" Dia mulai mengajukan pertanyaan yang cukup membuatku skakmat

"Hmmm.. nggak juga sih! Aku nggak pernah berbuat kaya gitu.." aku berusaha meyakinkannya.

"Yang lain?"

"Entah.. Della nggak mau ngurusin urusannya orang lain" aku menjawab acuh

Kak Wildan hanya senyum simpul lalu pergi tanpa kata, entah kemana.

"Kenapa sih cowo sukanya ngasih harapan terus hilang gitu aja!!!" Aku jengkel sendiri dengan sifat kak Wildan yang selalu pergi tanpa permisi

****

Aku kembali ke kelas dengan tertatih-tatih.

Sifat kak Wildan membuatku frustasi! Tapi entah kenapa, cintaku padanya semakin bertambah.

"Del! Kenapa?" Kata teman satu kelasku Rofik!

"Habis perang sama kulkas.." aku menjawab sekenanya.

"Kulkas kok diajak perang.. dunia ini semakin aneh" Rofik menepuk jidatnya seakan-akan itu semua benar terjadi.

Bel pulang masih sekitar 24 menit lagi, suasana kelas mulai ricuh. Banyak yang menghabiskan waktu dengan tidur ataupun bermain bola. Semuanya tampak bahagia kecuali Adella!

"Del! Muka apa baju kusut amat" Elen meledekku.

"Mmm.." aku hanya bergumam singkat.

"Kebiasaan deh muncul!" Elen lebih baik pergi menjauh memberi aku ruang untuk sendiri.

****

Bel pulang tinggal menghitung detik, aku sudah bersiap di depan kelas bersama anak-anak yang lainnya.

Senja mulai terlihat, permainan sepak bola di lapangan tengah pun sudah lama berakhir.

Teng...teng...teng...

"Akhirnya..." begitu lah kira-kira isi pikiran para siswa.

Aku sedikit kesusahan berjalan, Elen dan Hilwa tidak bisa mengantarku pulang karena ada kegitan lagi selepas pulang sekolah.

Lalu tiba-tiba seseorang menjulur kan dasi hitam, yang biasa dipakai siswa ataupun siswi saat memakaj baju eksekutif.

Aku medongakkan kepalaku sedikit.
Seseorang dengan tas hitam besar dipundaknya, keringat berukuran biji jagung membasahi dahi. Kak Wildan!

"Kamu yakin bisa pulang sendiri?" Ucap dia datar.

Aku hanya menggeleng lemah.

Aku masih bingung kenapa kak Wildan menjulurkan dasinya pada ku.

"Pegang ujung dasi itu!" Kak Wildan menyuruhku dingin.

"Buat apa?"

"Saya bukan makhrom kamu, haram hukumnya saya menggandeng tanggan kamu, jadi dasi ini sebagai gantinya"

"Tapi Della udah ada yang jemput kok.."

"Yakin bisa jalan sampai depan?"

Aku melelan ludah, jujur untuk jalan ke arah gerbang sekolah aku harus berdesak-desakkan dengan banyak siswa, dan aku tidak yakin dengan kondisi kakiku yang sekarang.

"Enn...ngg..nggak" air mataku hampir menetes, baru pertama kali hidupku terasa sunyi sekali seperti ini.

"Ayo saya antar, hanya sampai depan!"

Aku menggenggam ujung dasi dengan erat, sedangkan ujung dasi yang lain kak Wildan yang pegang, jadi berkesan seperti gandengan tapi secara tidak langsung.

Dia berjalan dengan pelan dan hati-hati.

Aku hanya bisa melihat bahu dan tas besar hitamnya saja. Bahkan sedari tadi dia tidak berbicara lagi.

~POJOK QUOTES
"Aku suka kesederhanaan, dan aku juga suka kesederhanaanmu untuk mencintaiku.."

Adella Anggun Ramadhani, 24 Angustus 2018


Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang