"Curhat... enggak... curhat... enggak..." dari tadi aku hanya mondar-mandir dia depan kamar kak Ardy.
Hatiku dipenuhi kebimbangan, kini hati dan pikiranku tidak sejalan.
Aku butuh sedikit pencerahan, tapi aku bingung kepada siapa lagi yang bisa ku ajak curhat selain kak Ardy saat ini.
Akhirnya dengan sedikit keraguan ku putuskan mengutarakan semua kerisauan hati ini pada dirinya.
"Kak Ardy" panggilku
"Masuk" sautan dari dalam terdengar.
Ceklekk....
"Apa?" Tanya kak Ardy yang sedang sibuk dengan laptopnya.
"Ramalan kakak hari ini hujan salah besar" aku sedikit berbasa-basi.
"Hmmm... terus?" Kak Ardy masih sibuk dengan laptopnya.
"Kak Ardy tau, cowok yang pernah aku ceritain? Dia rela nyeker demi Della"
"Bagus, berarti dia sayang Della"
"Bukan jawaban itu yang Della mau"
"Terus?"
"Jujur Della ragu, Della takut kak, Della hanya mencintainya cuma karena nafsu bukan seutuhnya cinta"
"Terus kenapa cinta?" Kini kak Ardy menatapku tajam.
"Rasa yang Della rasain sekarang, rasa yang belum pernah Della rasain sebelumnya, rasa yang membuat Della kecanduan, tapi Della takut suatu hari nanti Della bukan rasa seperti ini yang dirasakan, melainkan rasa sakit yang tidak pernah bisa diutarakan" tiba-tiba aku teringat jawaban kak Wildan tentang rasa apa yang dia suka siang tadi, dan ternyata ini lah yang ingin dia jelaskan sesungguhnya.
"Jangan cintai dia berlebihan kalo kamu gamau hancur" jawab kak Ardy.
"Gimana caranya kak?"
"Cintai dia lewat hati jangan pikiran"
Aku masih terdiam.
"Udah istirahat sana!"
"Tapi masalah Della belum selesai kak?"
"Belum selesai gimana?"
"Jawaban kak Ardy gantung!"
"Kamu nanti pasti bakal paham sendiri"
"Terus sekarang gimana?"
"Jauhi dia sejenak, deketin dia lagi setelah kamu bisa mencintai lewat hati"
"Tapi kak.. semangat Della sekarang cuma dia"
"Kakak? Bukan semangat kamu?"
"Bukan itu maksudnya..." aku mulai menangis.
"Apa yang harus diraguin lagi sih? Dia baik kan? Yaudah jalanin aja" kini kak Aldy memelukku.
"Della takut ini semua ini mimpi kak..."
Aduhhh sakit...!!
Tiba-tiba kak Ardy mencubit lenganku.
"Sakitkan? Berarti bukan mimpi"
Aku hanya tersenyum simpul lalu membenamkan wajahku dipelukan kak Ardy.
Ku harap bisa mencintainya tanpa harus berlebihan.
Aku bukan menyerah, tapi berusaha menjadi orang yang beruntung untuk dimiliki.