Pagi ini cerah sekali, jam 07.30 saja matahari sudah sangat cerah.
"Biasanya nih kalo pagi-pagi udah panas pasti nanti siangnya hujan.." ramal kak Ardi.
"Sok tau!!" Ketus ku.
"Terserah! Perempuan mah selalu benarr!" Ledek kak Ardi.
Aku hanya membuang muka malas.
****
Setelah ber-basa-basi dengan kakak tegantengku. Aku langsung bergegas ke kantin untuk membeli air mineral.
"Pagi.. Adella" sapa seseorang dari arah belakangku.
Aku hampir tersedak saat melihat sesosok pria yang tak ingin aku lihat. Kak Alvi!
"Pagi juga kak..." aku menjawabnya untuk sekedar menghormati sapaannya.
"Lagi buru-buru nih?" Tanyanya.
"Buru-buru bangetttt!!" Aku langsung bergegas menerobos sekumpulan siswa.
Entah kenapa aku tidak nyaman sekali jika kak Alvin ada didekatku.
"Del!" Kaget Elen.
"Hahh..!!" Aku benar-benar terkejut setengah mati.
"Kenapa sih Del?" Tanya Elen terheran-heran.
"Nggak.."
"Kaya habis lihat setan aja.."
"Kamu tuh setannya..!" Aku langsung meninggalkan Elen.
****
Jam pelajaran terus berputar, meninggalkan canda tawa, kebisingan yang mungkin suatu saat akan sangat dirindukan.
Aku melongok kearah jedela, melihat deretan anak cowo yang sedang ambil air wudhu untuk persiapan sholat ashar berjamaah.
"Hmmm.. kak Wildan mana yah??" Mataku terus mencari-cari sosok orang yang selalu aku rindukan.
"Del!! Ikut kantin nggak?" Ajak Hilwa padaku.
"Ikuttt!!" Jawabku antusias
Aku langsung berlari kencang ke arah temanku yang lain.
Clakkk...
"Aduh..!!" Aku meringis kesakitan.
"Kenapa Del?" Tanya Elen.
"Hak pantofel aku lepas, patah lagi.."
"Hahaha.. Yaelah ada-ada aja sih Len!" Tawa Hilwa.
"Yaudah kalian ke kantin duluan aja.." aku memutuskan kembali ke kelas meratapi hak sepatuku.
"Hmmm.. nanti pulangnya gimana? Nyeker?" Batinku.
Jujur aku ingin menangis sekali pada saat-saat seperti ini.
****
Akhirnya bel pulang berbunyi.
"Del? Nyeker?" Ledek Fadil.
"Emang kenapa?" Jawabku lantang.
"Kaya orang habis pulang dari sawah hahahaha..." Tawa Fadil membuat semua seisi kelas tertawa.
"Seneng banget liat temennya menderita" aku mulai kesal dan langsung pergi pulang.
"Yaelah.. ngambekan banget tuh cebong.." ucap Fadil.
Hari ini cuaca cukup panas, membuat aspal dan paving sekolah menjadi panas.
Ramalah kak Ardi tentang sore ini hujan gagal.
Aku ingin sekali menjitak kepalanya sampe benjol.
"Ka Wildannn...." senyumku mengembang saat melihat sosok yang kucari seharian ini.
"Yuk pulang kak.." ucapku lagi sambil menjringkrak-jingkrakkan kaki ku karena panas.
"Kok nyeker?" Tanya kak Wildan polos.
"Sepatu Adella haknya patah kak.." jawabku masih dengan kaki yang jinjit-jinjit.
Lalu aku melihat kak Wildan melepas sepatu PDH-nya.
"Lohh kak Wildan ngapain lepas sepatu? Jangan ikut-ikut Adella, aspalnya panas banget loh" aku berusaha mencegah kak Wildan.
"Pake sepatunya Adella.." suruh kak Wildan.
"Sepatu kak Wildan?"
"Iya"
"Gamau, nanti kak Wildan pake apa?"
"Gausah pikirin saya Adella! Pake sepatu ini? Apa kaki kamu melepuh?"
"Iya..iya aku pake.." aku akhirnya nurut mamakai sepatu kak Wildan yang kebesaran dikakiku.
"Hmmm.. yuk pulang!" Ajak kak Wildan mendahuluiku.
Aku dan kak Wildan berjalan kearah parkiran. Aku susah sekali buat berjalan, sepatu kak Wildan berat dan besar bagiku.
"Kak Wildann...." aku berhenti tak sanggup menyamai langkah kak Wildan.
Kak Wildan menghapiriku.
"Iyah.."
"Adella susah jalan.." keluhku.
Kak Wildan tersenyum lalu memberikan lengan bajunya padaku.
Tanpa berpikir panjang aku menarik lengan baju seragam kak Wildan.Jujur aku malu sekali, tapi entah kenapa aku bahagiaaa.....
Inilah cara istimewanya kak Wildan untuk mencintaiku. Tak perlu mewah tapi cukup berarti bagiku.
"Cari calon imam itu yang sayang sama kamu jangan yang cinta, kenapa? Soalnya yang sayang udah tentu cinta tapi yang cinta belum tentu sayang.-"
~M Wildan Prameswara. 15 Okt 2018.