17. Cinta Sebatas Patok Tenda.

1.1K 41 0
                                    

  Hari ini hari terakhir kemah. Besok pagi setelah bongkar tenda dan apel penutupan, kita anak kelas 10 dipulangkan ke rumah masing-masing.

Antara senang dan sedih berkecambuk di hatiku. Entah kapan waktunya aku dapat bertemu dengan kak Wildan selama ini.

****

Malam berlalu berganti pagi. Setelah sholat subuh, kita berkumpul di lapangan, untuk persiapan senam bersama.

Senyumku hilang dari tadi. Moodku mulai hancur. Ditambah aku tidak bertemu Elen dan Hilwa dari kemarin malam.

****

Saat apel penutupan aku tidak melihat kak Wildan ditempatnya. Kemana sih dia???!!

Terkadang aku merasa heran dengan perasaanku sendiri. Aku selalu merasa rindu berlebih padanya.

Agghhhhrrr!!

Ku ingin cepat pulang!

"Dek habis ini kalian keliling terus salam-salaman sama kakak bantara yah!" Salah satu kakak bantara memberi tahu.

Aku berharap bersalaman dengan kak Wildan.

Kak Wildan berada di ujung barisan antara perempuan dan laki-laki.
Aku tersenyum lebar sekaliii.

"Semangat yah dek!!" Saat aku sampai didepan kak Wildan dan menjabat tangannya.

Oksigen...
Oksigen...

Aku berteriak dalam hati, pipiku memanas, kapan kejadian tadi bisa ku ulang kembali??

****

15 menit aku berdiri didepan gerbang sekolah. Belum juga ada tanda-tanda kehadiran seseorang untuk menjemputku.

Tin...tinnn

Suara klakson mobil mengagetkanku, aku tidak mengenal plat nomornya, lalu kaca mobil terbuka setengah.

Mataku berbinar melihat siapa orang didalam mobil itu. Abang Affi!

Dia adalah kakak pertamaku sebelum kak Ardi, dia jarang dirumah karena bekerja dijakarta.

Aku sengaja memanggilnya "abang" agar ada pembeda antara kak Raffi dan Kak Ardi.

"Yuk masuk!!" Teriaknya dalam mobil.

"Bawain tas Adella dong bang..." aku merengek seperti anak bayi.

"Dasarr manja!! Kalo tau kaya gini mending kak Ardi aja yang jempit kamu"

"Yaudah abang Affi pulang aja, terus suruh kak Ardi yang jemput Adella"

"Ulululu... si bontot ngambek..." bang Affi mencubit pipiku keras sekali.

"Sakitttt!!!" Aku berusaha menyingkirkan tangan bang Affi dari pipiku.

"Kangen..." dia membuka lengannya seperti ingin memeluk.

"Yuk pulang!" Aku melengos ke arah mobil, meninggalkan bang Affi dengan wajah kikuk.

****

Setelah sampai rumah, aku melihat ayah dan kak Ardi yang sedang main catur diteras rumah.

"Nah ini dia yang ditunggu-tunggu udah pulang" ucap Ayah menyambutku, sambil memakan kuda catur milik kak Ardi.

"Skakmat!" Lanjut ayah lagi.

"Yahhh kalah lagii!! Kamu dek!! Pake acara pulang sekarang" keluh kak Ardi.

"Kok nyalain Adella sih?" Aku tidak mau kalah.

"Lohhh, katanya tadi kangen Adella sekarang kok malah ngusir adeknya sih kak?" Tiba-tiba ibu datang membawa sebotol air dingin.

"Hahhh.. kak Ardi kangen aku?"

"Udah nggak!" Jawabnya jutek.

"Ayahhh, kok nggak Ayah aja sih yang jemput Adella"

"Tadinya sih mau begitu, cuma bang Affi maksa mau jemput kamu ndo" Ayah menjelaskan panjang tambah lebar.

"Katanya kangen" sahut ibu.

"Ternyata banyak yang kangenin Adella yah... hihihi" aku tertawa geli mendengarnya.

****

Aku bergegas mandi, keramas, dan melakukan aktivitas bersih-bersih setelah kemah. Jujur aku tidak mandi selama kemah.

Aku hanya memcuci muka dan sikat gigi saja.

Badanku terasa segar sekali...
Mungkin aku membutuhkan hibernasi panjang.

~POJOK QUOTES
"Setelah bertemu pasti ada perpisahan, jika tidak ada perpisahan pasti akan datang penantian"

Adella Anggun Ramadhani, 14 Agustus 2018.








Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang