14. Bumi perkemahan.

1.2K 49 1
                                    

  "Dekkk bangun! Dekk!" Suara seorang perempuan terdengar sayup sayup.
Aku membuka perlahan mataku, kulihat sosok perempuan memakai topi boni dengan kamera tergantunh dilehernya.

"Huaaahhhh" aku menguap, aku baru sadar kalau aku tertidur di pelataran depan ruang pramuka.

Pandanganku masih samar-samar, kesadaran pun masih belum utuh kembali, kepalaku berat sekali.

Lalu sosok pria melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku. Ku benarkan kerudung dan posisi dudukku, dan aku tersadar. Ada KAK WILDAN DI DEPANKUUUUU!!!!

Mataku terbuka sempurna. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa kali, untuk memastikan aku masih dalam mimpi atau benar-benar  di dunia nyata.

"Sakit?" Tanyanya lagi.

"Kalau sakit ke UKS aja dek" saut kakak perempuan dengan nama. Maya.

Aku menggelengkan kepala cepat.
"Yaudah kamu siap-siap terus kumpul ditepi lapangan bareng yang lain" ucap kak Wildan lagi, kini dengan wajah yang berkeringat akibat panas matahari yang sangat terik.

Setelah kubersikan rok pramuka panjangku. Aku berjalan gontai kearah lapangan, jujur kepalaku masih terasa berat.

Mungkin akibat aku tertidur saat matahari sedang diatas kepala.

Aku duduk dekat Nai. "Kenapa kamu nggak bangunin aku sih Nai" cercaku saat duduk.

"Udah Del tapi kamunya nggak bangun-bagun"

"Segitu kebonya aku yah Nai?"

"Hahahaha, kamu ada-ada aja Del"

****

Langit berubah menjadi biru tua. Matahari sudah terbenam dari tadi. Setelah bersih - bersih, aku dan anak-anak yang lain menunggu adzan maghrib berkumandang.

Aku belum bertemu Elen dan Hilwa sejak tadi siang. Entah kemana meraka.

"Kantin yuk beli es, pengin yang seger-seger nihh" ajak Linda padaku.

"Emang boleh ke kantin?"

"Boleh, asal jangan beli makan.."

"Oke kuy! Tapi cepet yah mau maghrib"

"Mau pada kemana dek?" Tanya kakak bantara berbadan besar dan tinggi, entah siapa namanya.

"Kantin kak, beli es" aku menjawab pertanyaannya dengan kepala mendongak sempurna ke atas.

"Cepet yah dek! Mau maghrib"

Aku dan Linda hanya mengangguk kecil.

****

Setelah menghabiskan 2 bungkus es rasa gula batu dan leci, perutku terasa kembung sekali. Aku minum seperti orang kesetanan cepet banget. Hahaha...

Adzan maghrib sudah berkumandang, aku segera baris untuk ambil air wudhu.

Plakkk!!

Aku meringis kesakitan, bahuku rasanya panas sekali, aku menengok kebelakang. Hilwa!

"Bisa yang alus nggak mba!"

"Sorry, abisnya kangen" dia meringis tanpa salah apapun.

"Dasar!!"

"Woiii!!!" Hentak seseorang dari arah belakang. Kalian pasti sudah tau itu siapa. Ya! Elen!

"Kok pada cemberut sih kenapa?"

"Kaget bego" Hilwa menonyor kepala Elen.

"Hihihihihi" pelakunya hanya tertawa setan.

"Cepet yuk! Nanti nggak kebagian sholat jamaah" aku menyudahi rapat manusia-manusia spesial ini.

****

Sholat maghrib berjamaah sudah selesai, masjid belum sepenuhnya sepi, masih banyak anak-anak kelas 10 dan kakak kelas sholat dan bertadarus.

"Habis ini ngapain?" Tanya Tia padaku.

"Dinner kayanya" aku menjawab asal.

"Makan malem?"

"Hmmm"

"Lauknya apa yah kira-kira?"

"Entah"

****

Kita semua dikumpulkan di lapangan tengah untuk makan malam.
Posisi makan pun diatur sedemikian rupa agar berkesan.

Barisan yang ganjil menghadap kebelakang dan yang genap tetap dalam posisi awal.

Aku berhadapan dengan Linda. Samping kanan kiriku dari sangga lain, aku berusaha akrab dengan semuanya.

"Wow lauknya telor lagi gaes!!" ucap Linda lumayan kencang.
Seketika semuanya bergegas membuka bungkus makanan mereka, berharap lauknya tidak telor seperti Linda.

Jujur, dari tadi siang lauknya selalu telor cuma bentuknya saja yanh berbeda dengan yang ini. Tadi siang telor dadar sekarang telor bulat balado.

Aku menyantap makanan dengan malas. Walaupun berkesan romantis karena makan berjamaah, tapi nafsu makanku rendah saat ini.

Beberapa kali aku meneguk air mineral didepanku hingga hampir habis.

Waktu makan sudah habis, tapi makananku masih sedikit lagi, perutku sudah sesak sekali.

Akhirnya aku terpaksa menutupnya, dan membuangnya di tempat sampah.

Saat cuci tangan. Mataku terarah pada kak Wildan yang sedang membenarkan lampu genset. Dia mengganti baju pramukanya dengan kaos oblong warna abu-abu.

"Terlihat lebih kalem" ucapku lirih sekali.

~POJOK QUOTES
"Cinta tak harus sekuat pionering, tak harus serumit morse. Yang terpenting sehangat api unggun"

Adella Anggun Ramadhani, 12 Agustus 2018.

Follow IG: diah7864 yahhh gaes 😁







Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang