33. Percaya dan Kepercayaan.

972 35 0
                                    

      Siang berganti sore....
Angin mulai berhembus dari barat ke timur...

Bel pulang sudah berbunyi lama sekali. Aku masih berdiri didepan kelas menunggu anak cowok piket.

Karena rata-rata jurusan TKJ cowok, jadi terkadang petugas piket cowok semua, dan namanya cowok kalau enggak diawasi.. nggak bakal piket!

"Del! Aku udah piket, jadi nggak ada denda-denda yah..!" Kata salah satu temanku. Putra!

"Udah bersih?" Aku kembali bertanya

"Ya Rabbiiii... liat tuh! Liat!!! Bersih Dell!" Putra mengelap-elap lantai kelas dengan telapak tangannya untuk memastikan lantainya sudah bersih.

"Oke! Awas aja kalo nggak bersih! Nanti istrinya brewokan" aku menjawabnya asal.

"Emang aku nikah sama cowo? Brewokan?"

"Udah semuakan? Della mau pulang capek!" Aku membenarkan kerudungku dan pergi meninggalkan kelas.

Sekolah belum sepenuhnya sepi. Masih banyak siswa yang bercengkarama didepan kelas. Hanya sekedar melepas rindu kemarin tidak bertemu teman dan sahabat.

Aku belum menghubungi kak Ardi, untuk menjemputku. Entah mengapa hari ini aku ingin pulang naik becak.

Ingin lebih menikmati perubahan angin dipenghujung september.

"Hmm.. itukan kak Wildan dia belum pulang?" Aku melihat kak Wildan dipintu gerbang barat.

Aku berhenti sejenak. Berfikir, nanti pas aku ngelewatin kak Wildan mau nyapa? Atau cuma diem aja?

Aku bingung sekali, 5 menit aku mondar-mandir sendiri.

Hati dan pikiranku tak pernah sejalan pada saat-saat seperti ini.

"Adella?" Suara itu mengejutkan ku!.

"Ehh.. kak Wildan.." aku menjadi salah tingkah.

"Nunggu jemputan?" Kak Wildan kembali bertanya.

"Enggak.."

"Kok belum pulang?" Suara kak Wildan mulai menghangat.

"Tadi ada urusan dikelas"

"Hmmm.." kak Wildan hanya bergumam.

"Duluan yah kak.." aku mengakhiri pembicaraan singkatku dengannya.

"A..della!" Kak Wildan menghentikan langkahku.

"Iyah?" Aku menoleh kearahnya.

"Bisa bicara sebentar?"

"Silakan.."

"Hmmmm... saya bingung harus mulai dari mana, yang pasti! Sudah beberapa bulan ini, saya kembali merasakan sesuatu yang sudah saya pendam bertahun-tahun.." kak Wildan berusaha menjelaskan sesuatu padaku.

"Pendam?" Aku sedikit bingung dengan omongan kak Wildan.

"Mmmm... saya rasa kamu..." nada suara kak Wildan terbata-bata.

"Iyah...?"

"Saya rasa kamu bisa dipercaya, untuk membuat hati saya hidup kembali.." kini nada bicara kak Wildan sedikit terisak. Dia nangis?

"Emang hati kak Wildan kenapa?" Aku bertanya polos.

"Bertahun-tahun saya memendam kepribadian saya, menjauhkan rasa manis, suasana ramai, canda dan tawa! Saya hilangkan itu semua dari diri saya Adella!!"

Aku hanya diam bebisu lidahku kelu sekali. Air mataku sudah tidak terbendung dari tadi, melihat sosok dingin, datar, misterius ini. Terisak-isak.

Entah harus apa sosok Adella sekarang...

"Saya mohon kembalikan itu semua Adella!!! Kamu adalah orang yang tidak pernah takut untuk memandang mata saya! Membalas sifat dingin saya dengan seribu kehangatan, yang bahkan orang terdekat saya tidak pernah ngelakuin itu.."

"Adella.. haruss apa?" Aku terus terisak.

"Jalinlah komitmen dengan saya!"

Mataku terbuka 100% perkataan yang selama ini aku tunggu. Akhirnya terdengar.

"Seperti pohon kering yang tidak berdaya. Dan kau datang sebagai awan hitam membawa 1000 tetes air kehidupan, yang dinamakan hujan. Kau buat diri ini yang tadinya lemah menjadi tangguh ditengah gersangnya gurun pasir"

Adella Anggun Ramadani, 21 September 2018.







Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang