41. Berusaha

802 29 0
                                    

Matahari sudah menampakkan dirinya, tapi aku belum juga bergegas ke sekeloah.

Moodku hilang pagi ini, ingin rasanya dirumah. Nasihat kak Ardy tadi malam membuatku tidak bisa tidur dan terus menangis.

Memang benar yang kak Ardy sarankan, aku harus bisa mencintainya dengan hati bukan pikiran.

Aku tidak mau dikemudian hari aku merasa down dengan kejadian yang tidak terduga.

"Yukk dek berangkat, udah siang" ajak kak Ardy.

Aku hanya menatap nanas ke arah kak Ardy. Mataku mulai panas.

"Udah lah.." kak Ardy mencoba menenangkanku.

Segera ku hapus air mata itu, aku tidak mau terlihat lemah.

Semoga saja hari ini aku tidak bertemu dengannya.

****

Jam pelajaran ku lalui begitu saja. Karena hari ini hari rabu, kelas kak Wildan akan olahraga.

Mau sampai kapan seperti ini? Aku rindu dirinya. Biasanya setiap kelas kak Wildan olahraga aku selalu duduk didepan kelas. Dan diam-diam mencuri pandang padanya.

Sekarang malah aku terus berdiam diri dikelas.

"Del! Tumben hari ini nggak duduk diteras, kan hari ini Wildan olah raga" ucap Elen.

"Enggak! Lagi males aja"

"Lo putus sama Wildan?"

"Apaan sih Len!! Lagian hubungan kita baik-baik aja"

"Lagi berantem?"

"Nggak"

"Terus?"

"Pokoknya ga papa" aku berusaha tidak menangis saat menjelaskan pada Elen.

"Yaudah"

Suasana lapangan sangat ramai, kakiku ingin sekali melangkah ke depan.

Tapi omongan kak Ardy terus terngiang-ngiang.

"Akuu kuatt!!"

"Dell!! Tadi kamu tau nggak kak Wildan kaya nyari-nyari kamu gitu" Hilwa tiba-tiba datang.

"Mana?!!" Aku reflek berdiri dan menatap ke arah jendela.

Dan seketika aku langsung sadar. Aku memang sudah tidak bisa hidup tanpanya.

Raga ini terus mengajakku keluar, berlari ke lapangan dan memeluk erat tubuhnya.

"Loh kenapa Del?" Tanya Hilwa bingung.

"Enggak! Kamu aja aku lagi males keluar kelas"

"Tumben"

Aku kembali duduk dan menenggelamkan wajahku.

****

Aku ingin segera pulang! Aku ingin sekali menangis sekeras-kerasnya. Ingin teriak.

"AKU RINDU!!"

Keadaanku semakin kacau, wajahku terlihat sangat murung hari ini.

Semua teman kelas bertanya-tanya kenapa aku hari ini.

****
Akhirnya jam pulang berbunyi. Semua murid berhamburan keluar.

Aku ingin segera sampai dirumah, tapi bagaimana dengan kak Wildan? Dia selalu menungguku di depan sekolah.

Akankah aku bisa melewatinya? Ku mohon jangan pertemukan aku dengannya hari ini saja.

Aku berjalan ragu ke arah gerbang sekolah, berusaha menyelinap dirombongan murid-murid agar tidak terlihat oleh kak Wildan.

Tapi semua usahaku gagal! Aku tertangkap basah olehnya.

Dia menatapku, aku berusaha tidak melihatnya terus berjalan dan menunduk.

"Adella!" Panggilnya.

Aku pura-pura tidak dengar dan terus berjalan.

"Adella!!" Dia memanggilku lagi.

Aku ingin sekali membalik badan dan berteriak "maaf"

Aku segera mencari ojek pengkolan disekitaran sekolah.

"Mang! Ke arah selatan yah" pintaku pada tukang ojek.

"Oke mba"

Saat motor melaju melewati sekolah, aku melihat kak Wildan berdiri mematung dan mentapku tajam.

"Maafkan aku, aku berusaha menjadi orang yang berharga jika kau miliki"

Hatiku benar-benar sakit melewati hari ini. Aku akan bilang pada kak Ardy bahwa yang dikatakan bohong. Aku tidak merasa semakin baik menjauhinya.

Aku semakin tersiksa saat membiarkannya sendiri.

Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang