Upacara untuk malam api unggun sudah dipersiapkan. Anak-anak dengan setia duduk di depan pelataran kosong untuk melihat latihan upacara api unggun dan pembuatan lampion kecil.
Aku duduk memeluk kakiku. Angin sore membuatku ngantuk. Aku berusaha menghibur diri.
Karena bosan akhirnya aku memutuskan pergi untuk mencari Elen dan Hilwa.
Saat aku sedang membersikan rok pramuka panjangku. Aku melihat sosok laki-laki memakai celana olahraga dengan atasan baju pramuka lengkap.
Menghampiri diriku.
Jantungku berdegup kencang...
Oksigen dia sekililingku mulai menipis...Oksigen...
Oksigen..."Adella Anggun Ramadhani? Kelas 10 TKJ 1?" Sosok itu kembali bertanya. Ya! Itu kak Wildan!
Entah kemana pikiranku saat itu, aku tidak bisa berfikir jernih.
"Dek!" Kejutnya lagi.
"Iya kak, ada apa yah" aku mengerjap-ngerjapkan mataku untuk beberapa kali.
"Ada titipan"
"Dari siapa kak?"
"Nggak tau, soalnya tugas kakak cuma nganterin" dia tersenyum simpul.
"Ohh. Yaudah kak, makasih mau repot-repot nganterin ini" aku berlagak, seperti hanya kirimanku lah yang diantar oleh kak Wildan.
Dia berlalu pergi tanpa kata.
"Dari mana dia tau nama aku? Padahal disini nggak tertera nama Adella.""Kamu bego atau amnesia sih Del, inget! Kamu nulis nama kamu di id-card segede kebo. Pantes lah orang gampang bacanya!!"
Pikiranku mulai beradu sendiri. Setelah puas memandangi benda ditangaku, aku berusaha menebak apa isinya.
Aromanya aku kenal sekali, bahkan familiar. Martabak telor!
Ini pasti bukan titipan dari ibu atau kak Ardi. Kalau ibu, kak Ardi atau ayah yang beli, pasti mereka lebih membeli martabak manis dari pada martabak telor.
Adella kan lebih suka manis.
Kubuku perlahan bungkusnya agar tidak jatuh.Ada secarik kertas yang dimasukkan ke dalam plastik clip. Ku ambil plastik clip itu dan ku masukkan kedalam saku rok.
"Ada yang mau martabak telor nggak?" Tawarku pada teman sangga, saat tiba ditenda.
"Boleh!!" kata Nai semangat
"Nih" ku letakkan martabak telor di tengah gerombolan anak-anak agar dimakan.
"Makasih Adella" ucap seseoran anak perempuan bertubuh tinggi.
"Sama-sama"
Aku memjauh sedikit dari mereka dan membuka plastik clip tadi.
Selamat menikmati. Semoga suka.
By: Alvin
Alvin?? Lagi-lagi dia mengganggu hidupku. Entah bagaimana aku membalas budinya. Walaupun benci, aku tidak akan lupa dengan kebaikan seseorang padaku.
****
Langit mulai gelap. Lampion-lampion kecil mulai dinyalakan. Anak-anak kelas 10 berbaris melingkari api unggun.
Sebentar lagi api unggun akan segera dinyalakan.
Suasananya sangat romantis sekali. Angin mulai melambai-lambai lembut, membuat suasan semakin romantis.
Aku jadi inget kak Wildan.
Kemana dia? Mungkin sibuk. Aku bertanya sendiri menjawab sendiri.Api unggun sudah menyala, ledakan petasan-petasan membuat suasana semakin ramai. Langit menjadi lebih berwarna.
"Api kita sudah menyala....
Api...api... api...api..api
Api kita sudah menyala...."Kita semua bernyanyi serentak. Suasana saat itu hangat sekali.
****
Setelah api unggun akan ada acara pentas seni kelas 10. Semuanya berteriak riuh. Mereka tak sabar melihat pentas-pentas yang sudah dipersiapkan.
Banyak sekali keseruan yang tercipta malam itu. Lalu tiba saatnya, kakak kelas menyanyikan sebuahb lagu yang menurut anak pramuka, teramat salkral.
"Cinta sebatas patok tenda"
Aku tidak terlalu hafal dengan lagu itu, jadi aku belum bisa menganggap lagu itu sakral.
Ini dia liriknya.
"Dengarkanlah suara hati ini..
Suara hati yang ingin ku dendangkan...
Tak kan mampu untukku sampaikan kan ku ungkapkan lewat laguku...Berawal dari perkemahan ini rasa itupun hadir di hatiku...
Menghiasi relung sukmah ku..
Cinta bersemi dibumi perkemahan
...."(Silahkan download lagunya di google)
Aku mulai terbawa alur lagu. Aku mulai berfikir, akan kah cintaku dan kak Wildan hanya sebatas kemah? Lalu sayonara cinta?
~POJOK QUOTES
"Menunggu itu memang menyebalkan. Tapi setelah ini aku akan merubah menunggu akan teramat menyenangkan. Dengan, selalu membawamu ikut menunggu bersamaku"Adella Anggun Ramadhani, 13 Agustus 2018.