12. Cinta hitungan detik

1.1K 41 1
                                    

   Malam berubah pagi, terdengar sayup-sayup suara adzan subuh, aku belum juga beranjak dari tempat tidur, rasanya selimutku 4× lebih lembut dari biasanya, nyaman sekali.

Tok...tokkk... brakkk!!

"Bangunnnn malesss!!" Kak Ardi membangunkanku secara paksa, pintu hampir copot dibuatnya.

"Nanti masih pagii.." aku bermalas-malasan.

"Inget kemah!!"

"Iya aku masih ingett"

"Cepet bangunnn dek, kalo nggak kakak bilangin ibu nih!"

"Hmmm" aku hanya bergumam.

"Ibuuuu!" Kak Ardi teriak ditelingaku.

"Ihhh, nggak usah teriak-teriak ditelinga kalii"

"Lagian kamu nggak mau bangun"

"Iya ini bangun, bisa nggak jadi cowok perilakunya yang alus dikit, dasar brutal!" Pekikku

Aku beranjak menjauh dari tempat tidur, meninggalkan kak Ardi yang sedang membenarkan pecinya.

****

Sesampainya di sekolah, aku melihat banyak sekali siswa yang berbondong-bondong membawa tas yang besarnya melebihi badan mereka, terlihat seperti sedang diusir dari rumah saja.

Aku kesekolah diantar kak Ardi dengan motor jupiter lamanya.

"Hati-hati! Jangan banyak-banyak minum es!" perintahnya diatas  motor.

"Iyahh" aku masih memasang muka kesal akibat tadi pagi.

"Dek!" Panggilnya saat aku mau memasuki gerbang sekolah.

"Nih uang jajan dari kak Ardi" menyodorkan uang lembaran berwarna biru.

"Makasihhh, tumben baik"

"Biasanya juga baik!"

"Iya-iya, uang kiriman dari abang Afi yah?"

"Enak aja itu uang jajan kakak"

"Masih nggak percaya, tapi yaudah makasih.." senyumku merekah melihat gigi gingsul kak Ardi, matanya terlihat coklat karena cahaya matahari pagi, ahh gantengnya kakakku ini.

****
Apel pembukaan kemah akan segera dimulai.

Tunggu siapa dia? Sosok pria memakai baret rapih sedang sibuk dengan sound sistem. Aku tak pernah melihatnya selama disini.

Jantungku berdetak kencang saat melihat wajahnya.

Pipiku memanas.
Bahkan aku tak pernah merasakan hal ini saat aku bertemu kak Raffa.

Apa yang sedang terjadi denganku.
Apakah aku jatuh cinta?
Se-menit saja belum ada aku berdiri disini.

Aku menundukkan kepalaku. Aku tak mau orang melihat pipiku yang mulai merona karena malu.

****

Setelah tenda didirikan, aku mencari Elen dan Hilwa. Dimana mereka?

"Dellaa" suara Elen membuyarkan lamunanku.

"Len, kamu kemana aja?"

"Justru aku yang tanya kamu kemana aja Del?"

"Hilwa mana?"

"Dia lagi sibuk sarapan!"

"Kamu udah sarapan?" Tanyaku pada Elen.

Dia hanya menggeleng pelan.
Ku keluarkan dua bungkus roti sandwich isi coklat dan ku berikan satu pada Elen.

"Makasih Del"

"Yuk makan disana" aku menunjuk pelataran depan lab komputer TKJ yang senggang.

"Len!" Panggilku.

"Hmm" Elen sibuk mengunyah rotinya.

"Aku udah dapet penghanti kak Raffa"

Uhuk...uhukkk..uhukk

"Sampe segitunya denger omongan aku" aku mengelus-elus punggung Elen.

"Habisnya cepet banget move on, tapi bagus kamu udah move on dari kak Raffa"

"Ngomong-ngomong siapa Len?"

"Jurusan apa?" Tanya Elen bertubi-tubi.

"Belum tau Len"

"Kok belum tau sih Del!"

"Aku baru liat dia tadi Len, tapi hati aku langsung sukaaa" curhatku pada Elen.

"Buat adik kelas segera kumpul untuk chekin" suara kakak kelas bantara memberi pengumuman.

Aku dan Elen berlari menuju tenda masing-masing mengambil tas dan segera kembali lagi ke lapangan tengah, untuk chek-in.

~POJOK QUOTES.
"Saat berjalan aku terhenti, saat berbicara aku terdiam, saat duduk aku termenung, apa yang terjadi pada diriku? Apakah aku sedang jatuh cinta?"

Adella Anggun Ramadhani, 12 Agustus 2018.

Jangan lupa follow IG: diah7864
Makasihhh 👌😊

Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang