30. Pen De Ka Tan 2

940 38 3
                                    

Aku berharap kak wildan tidak marah dan segera membalas pesan dariku.

Sekitar 25 menit aku menunggu balasan dan akhirnya pesanku dibalas.

To:Adella
From:Kak Wildan
Iyah...

Hah?? Apa artinya "iyah?"
Aku menunggu apa dia akan melanjutkan kata-katanya, tapi aku salah besar.

Dia tidak membalas lagi. Akhirnya ku beranikan diri untuk membalas.

To:Kak Wildan
From:Adella
Tadi kata kak Wildan mau ngmng sesuatu? Mau ngomong apa?

(Send)
(Read)

Kak Wildan hanya membacanya.
Kenapa yah?? Aku bisa suka sama orang yang menyebalkan sedingin sejutek dia?.

Right, cinta itu buta!

****

Kucoba menghibur diri, ke kamar kak Ardi pinjem buku komik terus kembali lagi ke kamar, setel musik mellow.

Entah! Sulit rasanya berkonsentrasi dengan buku komik yang sedang aku baca!

Dipikiranku hanya ada kata-kata pesan kak Wildan.

Crliinggg..

Ku buka beda pesegi panjang pipih itu,.ku lihat notifikasi pesan.

Kak WILDAN!!

Tanpa basa-basi lagi aku langsung mebuka pesan kak Wildan.

To:Adella
From:Kak Wildan
Besok pulang sekolah bisa bicara sebentar? Saya tunggu di warung es kelapa muda depan sekolah!.

Singkat, padat, dan jelas! Ohh inikah yang dinamakan kencan?

Yahh walaupun cuma di warung es kelapa muda...

Aku jingkrak-jingkrak di atas kasur. Rasanya senang sekali, malam ini berasa bintang dan bulan bersinas 2 kali lebih terang dari biasanya.

Langit yang tadi mendung berubah cerah di mataku.

****

19:45 WIB

Masih terlalu sore untuk aku tidur. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar kak Ardi mengembalikan buku komik yang aku pinjam, sebelum dia ngomel nggak karuan.

"Kak Ardi..." panggilku di depan kamar kak Ardi, di pintu itu tertulis jelas.

"Tamu harap lapor!!"

"Masuk!" Teriaknya dari dalam kamar.

"Nih buku komik yang tadi aku pinjem" aku menyodorkan buku komik one piece eps 09.

"Taro di meja belajar!" Kak Ardi masih sibuk dengan laporan PKLnya.

"Masih sibuk yah?" Tanyaku polos sembari duduk di tepi tempat tidur, memandang punggung kak Ardi yang mulai condong ke depan.

"Hmmm.." dia hanya bergumam.

"Mau dibuatin teh?"

"Udah.. lama-lama kakak kembung teh nih"

"Yakan cuma tanya.." jawabku sambil memungut kertas-kertas di lantai kamar kak Ardi.

"Udah sana tidur dek!"

"Masih jam 8"

"Emang kenapa kalo masih jam 8?" Kini kak Ardi menatapku, meregangkan tubuhnya dari komputer dan kertas-kertas payah.

"Belum ngantuk!"

Kak Ardi tersenyum simpul lalu mengacak rambutku asal.

"Ihhh... nanti rambut aku kena tinta kak!" Gerutuku. Melihat tangan kak Ardi yang penuh tinta printer.

"Udah kering!" Dia menjawab asal.

"Kak.."

"Hmmm.."

"Kak Ardi pernah suka sama cewek nggak?"

"Hmm? Suka?"

"Iya jatuh cinta?"

"Hmmm, pernah kayaknya!"

"Kriteria cewek kak Ardi gimana?"

"Kalo nggak kaya kamu yah.. kaya ibu..."

"Kok kaya aku sama ibu? Kalo sekeluarga mukanya kembaran semua kan nggak lucu kak"

"Bukan gitu, maksudnya bukan dari fisik tapi dari sini.." kak Ardi menujuk bagian dadanya.

"Hati?" Aku menebak asal.

"Yah... kak Ardi cinta kamu sama ibu tanpa memandang fisik kan?" Kak Ardi menatapku dalam-dalam.

Aku mengangguk!

"Kamu cinta kak Ardi tanpa mandang fisik juga kan?"

Aku kembali mengangguk, mataku tak lepas dari tatapan kak Ardi.

"Begitulah perempuan yang kak Ardi inginkan"

Hatiku terasa adem sekali mendengar omongan kak Ardi.

Itulah cinta, cinta tanpa sandiwara.

~POJOK QUOTES
"Kekasih yang baik tidak akan bersandiwara dalam cintanya. Dan tidak akan pergi setelah mengucap kata-kata manis seperti madu tapi berwujud empedu. Pahit"

Adella Anggun Ramadhani, 04 septemper 2018.

Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang