29. Pen De Ka Tan

988 41 0
                                    

Aku berdiri denga belasan siswa lainnya, untuk menunggu jemputan. Tidak satupun diantara mereka yg akrab denganku. Langit pun mulai mendung.

Mataku menelusuri sekitar gerbang sekolah, mencari pemandangan yang enak dilihat.

Dan terhenti pada seseorang yang selalu membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.

Sosok yang kulihat tadi dengan wajah dingin datarnya. Siapa lagi kalau bukan Kak Wildan!

Sekarang dia berdiri termenung dengan sebuah buku tebal seperti kamus, entah apa itu. Yang aku yakin itu pasti bukan buku ramalan cinta.

Dia melihat kearahku!!
"Semoga aja matanya lagi bureng...."
Aku kembali bergumam.

"Dek!" Suara datar tanpa nada itu terdengar jelas ditelingaku.

Aku hanya meliriknya, aku takut menoleh.

"Maaf soal kejadian tadi, mungkin pak Budi tidak faham apa yang saya bicarakan"

"Hahhh nggak faham? Tinggal ngaku aja kalo dia kangen akuu...." aku mulai mengkhayal

"Dek!" Panggilnya sekali lagi.

"Oh iya kak nggak papa, hmmmm"

"Nunggu jemputan?" Tanya kak Wildan datar.

"Iya, kakak nunggu jemputan juga?"

"Nggak"

"Terus? Kok berdiri disini emang nggak capek?"

"Itu hal biasa untuk saya, menunggu sesorang tanpa kepastian seperti mengharapkan pelangi sehabis hujan di malam hari. Mustahil!"

Entah apa yang dimaksud kak Wildan, aku hanya meng-iyakannya saja.

Tinn...tinnn....

Klakson motor jupiter model lama berhenti disebrang jalan, jemputanku sudah datang!

"Yaudah kak aku duluan yah.." pamitku kepada kak Wildan, aku sengaja melakukannya agar dia merasa dihargai.

Dia tidak bersuara, lalu pergi begitu saja.

"Aneh.."

"Dekk cepetan!! Udah sore mau hujan!!!!" Teriak kak Ardi diatas motornya.

"Iya... iya bawel banget!!"

****

Saat dijalan kak Ardi menanyakan pembicaraanku dengan kak Wildan, aku tidak menggubrisnya. Dasar tukang kepo!!

Setibanya dirumah, aku langsung membersihkan diriku, mengambil hp dan mendengarkan musik mellow.

Begitu lah caraku menyalurkan rasa rinduku. Entah kapan akan terbalas.

****

Setelah sholat maghrib, aku turun kebawah untuk makan malam.

"Heyy.. heyy" ledek kak Ardi saat aku duduk dimeja makan.

"Tayi..."

"Ihh di meja makan kok ngmngnya begitu" jawab kak Ardi sok bijak, padahalkan dia yg mulai duluan.

"Tumben mukanya lecek gitu?" Kak Ardi kembali bertanya sambil mengambil potongan besar telur dadar. Dasar serakah!!

"Bodo.." aku menjawabnya ngasal.

****

Aku tidak langsung ke kamar setelah makan, duduk didepan tv sebentar mengilangkan kejadian tadi siang disekolah.

"Dek nggak belajar?" Ibu mengagetkanku.

"Nggak bu" aku menjawabnya jujur.

"Kenapa? Udah bosen sekolah?"

"B..uu..kan buu.."

"Terus?"

"Iya.. iya ini belajar" aku beranjak dari sofa lalu pergi ke kamar, mengindari tatapan ibu.

****

Cringgg...
Cringgg...
Cringgg...

Hp ku berdering, sepertinya banyak pesan masuk.

To: Adella
From: Kak Wildan
Assalamualaikum Wr. Wb

To: Adella
From: Kak Wildan
Assalamualaikum Wr. Wb

To: Adella
From: Kak Wildan
Assalamualaikum Wr. Wb
Lagi sibuk yah? Yasudah besok saja.

Aku cepat-cepat membalas pesan dari kak Wildan.

To: Kak Wildan
From: Adella
Waalaikumsalam Wr. Wb. Maaf kak baru bales, nggak sibuk kok kak, mau ngmng apa?

Aku berharap kak Wildan tidak marah dan segera membalas pesan dariku.
Ini pertama kali kak Wildan chat aku, diluar urusan pramuka.

Aku berharap ini yang dinamakan Pen De Ka Tan.

~POJOK QUOTES

"Aku ingin kisah cintaku seperti yang di cerita dongeng maupun film-film romantis, hanya ada perkenalan, pendekatan, berpisah, lalu berakhir bahagia"

Adella Anggun Ramadhani, Sedang merindukanmu, 6 September 2018






Bantara dan LaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang