•06• Hari Pertama (Pt.2)

6.4K 336 25
                                    

Disinilah cewek itu berada, ditemani setumpuk lembaran kertas ulangan. Reyna menghela nafas lagi. Jemarinya menggenggam pulpen berwarna biru yang dia gunakan sejak 20 menit lalu untuk mengoreksi ulangan-ulangan tersebut. Ditatapnya lagi sang guru yang masih berkutat dengan soal-soal ulangan harian kelas XII.

Sebelumnya Reyna sudah mengembalikan jaket yang dia pinjam dari guru matematikanya itu. Hitung-hitung tambah amal, itu pikir Reyna untuk Aldrich.

"Kenapa berhenti?"

Reyna menggeleng. "Capek Pak. Istirahat dulu ya?"

Aldrich membetulkan letak kacamatanya, kemudian mengangguk. Kembali dia periksa ulangan harian kelas XII yang baru saja dilaksanakan minggu ini. Hasil nilai ulangannya rata-rata mengecewakan. Hanya ada beberapa yang melebihi KKM.

Kembali pada cewek itu. Disinilah tempatnya berada. Di perpustakaan bersama Aldrich sejak setengah jam lalu. Awalnya dia pikir akan mengoreksi diruang guru, kemudian Aldrich berdalih butuh tempat yang nyaman dan perpustakaan sekolahlah tujuannya. Reyna mengecek jam dinding, pukul 2 sore. Untungnya Reyna sempat meminta izin pada Reyhan untuk tak usah menjemputnya hari ini, berdalih dia ada tugas kelompok yang harus dia kerjakan disekolah. Reyhan percaya saja.

Reyna kembali mengingat ulangan harian matematikanya pada hari selasa lalu, waktu itu semua penghuni kelas XII MIPA-B langsung merenggut kesal, pada akhirnya mereka pasrah saja begitu disuguhi ulangan harian matematika berjumlah 5 butir soal.

Salah satu temannya sempat bertanya kenapa ulangan harian matematikanya mendadak sekali. Padahal Aldrich baru seminggu lebih mengajar. Dan guru matematika itu cuma menjawab dengan santai. "Saya cuma guru baru disini. Tapi, mentang-mentang guru baru mesti lupa gitu kalau harusnya diadakan ulangan harian. Kalian ini sudah hampir masuk akhir semester pertama, dua bulan lagi kalian masuk UAS."

Semua langsung terdiam. Memandangi masing-masing kertas kosong diatas meja yang akan digunakan sebagai kertas jawaban.

Reyna cuma meringis membayangkan hasil ulangan hariannya nanti. Apakah bisa sesuai ekspektasi? Ya, pada akhirnya cewek itu hanya bisa berdo'a agar bisa mendapat sebuah kejaiban.

"Assalamu'alaikum Pak Al!"

Reyna dan Aldrich melirik bersamaan ketika seorang cewek yang masih berseragam sekolah mendekat ke arah meja mereka berdua. Cewek itu kemudian menghadap Aldrich. Reyna langsung mengalihkan pandangannya. Kemudian memilih kembali melanjutkan mengoreksi.

"Katanya Pak Aldrich gak ada diruang guru, Bu Dewi yang bilang Bapak ada diperpus sama..." Cewek itu menggantung kalimatnya, kemudian melirik seseorang yang duduk didepan sang guru. "Reyna?" Cewek berambut coklat pendek itu cukup terkejut ternyata Reyna ada disini. "Lagi ngapain disini?"

"Emang gak keliatan apa gue lagi ngapain?" Reyna berkata dengan suara dinginnya. Kemudian memilih menulikan telinganya.

"Ekhem!" Aldrich berdahem. Mengalihkan percakapan dua murid didepannya yang mungkin saja bisa berakhir dengan acara jambak-jambakkannya (normalnya seorang cewek jika bertengkar).

"Oh iya Pak. Kenapa saya disuruh ke sini?" Tanya cewek itu.

Aldrich mengambil sebuah buku disampingnya. Memberikannya pada cewek berambut coklat dengan name tag bertuliskan 'Adinda Evriyani Putri'. Yups, cewek itu memang Evri. Sebelum pelajaran matematika selesai, dia dipanggil menghadap Aldrich. Guru itu menyuruh Evri itu menemuinya setelah pulang sekolah. Apalagi kalau bukan mengambil buku matematika yang akan dijadikan panduan nanti untuk olimpiade matematika.

"Ini buat kamu pelajari dirumah." Evri menerima buku tersebut. "Untuk contoh soal yang lain nanti saya minta ke Pak Adi. Secara kan dia yang megang soal-soal tahun kemarin."

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang