•25• Denis VS Bagas

4.6K 260 21
                                    

Pagi ini cerah, cewek dengan rambut tergerai itu menatap miris keluar jendela yang menampilkan bagaimana matahari hari ini bersinar terik– sangat pas digunakan untuk melakukan aktivitas. Kontras sekali dengan suasana hatinya yang dilanda mendung.

Menghembuskan napas pelan, Reyna menguap sebentar, membuka buku kemudian untuk mencatat materi.

Tak ada gairah sama sekali.

Dan, hal itu terus berulang semenjak dua minggu belakangan.

Ada apa dengan Reyna?

Reysa– sahabat sekaligus teman sebangkunya tentu menyadari perubahan sikap Reyna. Reyna yang suka marah-marah, cerewet, dan suka main timpuk orang sekarang berubah 180 derajat, jarang bicara dan lebih dingin.

Reysa dibuat bingung. Kenapa dengan sahabatnya ini?

Bukan hanya Reysa yang bingung dengan perubahan sikap Reyna yang mendadak jadi pendiam, Denis si musuh bebuyutan Reyna sampai dibuat shock.

Ada apa dengan si ketua kelasnya ini? Bahkan Denis dengan sengaja mengganggu Reyna, ya meskipun mengusik Reyna sudah menjadi list favoritnya, belakangan ini Reyna tidak memberi tanggapan, hanya mengalihkan mata dan fokus pada hal lain.

Mata pelajaran hari ini selesai. Akhirnya waktu yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Semua murid berbondong keluar kelas menuju kantin.

Tidak dengan Reyna.

Reysa menoel lengan Reyna yang tengah menelungkupkan wajah. Niatnya mengajak Reyna ke kantin seperti biasa, ah– ralat, sekarang Reyna jadi lebih sering menghabiskan jam istirahatnya dengan berdiam dikelas atau tempat lain selain kantin– tempat ramai.

"Rey– ke kantin yuk!" Ajak Reysa. Padahal sebenarnya dia sudah tau apa jawaban si sahabat yang hari ini menggerai rambutnya– biasanya terikat rapi seperti Ariana Grande.

Reyna mengangkat kepala, lingkaran dibawah matanya tampak nyata hitam. Cewek itu menggeleng. "Gak."

"Mau nitip sesuatu? Roti? Sosis? Cireng atau chicken?"

Lagi, Reyna menggeleng.

Untuk yang kesekian, Reyna menolak ke kantin lagi.

"Rey... please, lo kenapa sih akhir-akhir ini jadi murung banget? Ini bukan Reyna sahabat yang gue kenal. Kemana Reyna yang galak dan suka marah-marah?"

Reyna menunduk. Telak dibuat bungkam dengan omongan sang sahabat. Omong-omong, dia juga tidak tau kenapa dia jadi seperti ini. Semenjak...

...Aldrich menyuruhnya untuk menjauh.

Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kosong. Hatinya betul dibuat remuk saat itu juga.

Dan dua minggu setelahnya, Reyna berusaha bersikap normal kembali. Menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Belajar dan belajar karena ujian tinggal beberapa waktu lagi. Namun yang ada? Reyna jadi dingin dan pendiam. Seolah kehilangan seluruh jiwanya.

Reysa memegang bahu kanan Reyna. Reyna mendongak, menemukan mata jernih Reysa menatapnya lurus. "Kalo lo belum siap cerita masalah lo gak papa. Gue siap buat dengerin semua keluh kesah lo kapanpun. Tapi please, jangan bikin orang-orang disekitar lo khawatir. Inget, masih ada gue yang siap buat nampung tangisan lo."

Setelah percakapan hari itu, dimana Reysa menasehati Reyna, semua kembali normal.

Reyna kembali menjadi Reyna yang biasanya. Reyna si ketua kelas yang galak telah kembali. Dan, korban pertama kesadisan Reyna adalah tak lain Denis si playboy kadal Amsterdam.

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang