•23• SMA Dwi Kencana (Pt.1)

5K 224 2
                                    

Reyna memandang takjub gedung bertingkat didepannya. Mata hazelnya membulat menunjukan binar kekaguman, mulutnya membentuk 'o' dengan sempurna. Tak jauh dari Reyna, ada Reysa dengan ekspresi yang sebelas-duabelas tak jauh berbeda, hanya saja tidak lebih memalukan seperti yang Reyna tunjukkan.

Mungkin dua cewek ini adalah cerminan orang kampungan nyasar ke kota. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur kagum melihat sekolah SMA Dwi Kencana yang subhanallah bikin mereka ingin nangis.

SMA Dwi Kencana memang yang paling terkenal dikotanya. Selain terkenal dengan prestasi yang sudah tak diragukan lagi, fasilitas disekolah Dwi Kencana memang layak diacungi lima jempol, fasilitasnya setara dengan hotel bintang lima.

Sudah tidak aneh kalau SMA Dwi Kencana selalu menjadi yang terbaik dan selalu difavoritkan.

Menjadi tolak ukur para orangtua untuk kenyamanan pendidikan anak-anak mereka.

"Kenapa si Denis gak sekolah disini ya? Seharusnya si Denis sekolah disini aja."

Setelah menunjukkan kartu pengenalnya pada sekuriti penjaga sekolah, akhirnya mereka berdua dipersilahkan masuk. Acara inti dimulai jam 9 pagi, sementara bazar sudah dibuka jam 8 pagi tadi. Jadi, yang dilakukan Reyna dan Reysa saat ini adalah berjalan-jalan mengelilingi stan penjual makanan.

Tepat disalah satu stan yang menjual aneka jajanan tradisional, Reyna menjatuhkan pilihannya pada segelas es cendol rasa lele sebagai pelepas dahaga, padahal baru jam setengah sembilan, haus saking cerahnya matahari pagi ini.

Waktu berlalu, bazar semakin ramai dipenuhi orang-orang, entah itu anak dari Tuan Rumah ataupun dari sekolah lain. Intinya, SMA Dwi Kencana ramah terhadap tamu. Jadi, Reyna tak perlu takut adegan tawuran antar sekolah yang sering dia lihat di tv jadi kenyataan.

"Kita beli steak yuk Reys!" Ajak Reyna sambil menarik-narik ujung baju Reysa yang sibuk mengambil onde-onde warna-warni macam anak ayam.

"Ish! Bentar napa Rey! Gak liat apa gue lagi makan onde-onde?" Gerutu Reysa sambil melahap onde-onde dengan rakus.

Jadi, sebenarnya kedatangan mereka berdua ke SMA Dwi Kencana untuk apa?

Niat awal Reyna adalah mengawasi Evri, sekaligus menjauhkan Aldrich dari guna-guna pelet hitam Evri. Tapi, sampai detik ini pun batang kemaluan, eh, maksudnya batang hidung sang guru matematika killer tak kunjung kelihatan.

Resiko orang pendek ya kayak gitu. Hiyaaa....

Akhirnya dua cewek itu memilih menunggu disalah satu kursi panjang dibawah pohon, cukup jauh dari letak panggung utama yang akan dijadikan konser band Orkha. Tapi setidaknya mereka berdua bisa jauh-jauh dari keramaian orang-orang yang lalu lalang sibuk mengurus lomba matematika.

"Eh, kok Pak Aldrich sama Evri kagak keliatan ya?"

Itu pertanyaan yang sejak tadi memenuhi isi pikiran Reyna. Reyna juga bingung padahal acara inti akan segera mulai, tapi kenapa mereka berdua belum muncul juga?

"Gue juga gak tau Reys."

"Jangan-jangan mereka bangun kesiangan?"

"Gak mungkinlah! Pak Aldrich itu orangnya disiplin!"

30 menit terlewati, tepat pukul 09.00 suara seseorang dari speaker menggema ke seluruh penjuru sekolah, menandakan acara inti segera dimulai. Dan dua cewek itu memilih tetap duduk menunggu band Orkha tampil, yang katanya tampil setelah lomba matematika selesai, jadi mereka berdua harus ekstra sabar.

Demi melihat Band Orkha yang lagi nge-hits!

Lumayan mereka bisa ambil foto dengan vokalisnya yang tampan subhanallah Hamish Daud pun lewat!

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang