Sore hari, seperti biasa Reyna menghabiskan sisa hidupnya dengan 50% bergantung pada benda persegi canggih bernama smartphone. Ada yang kayak gitu juga?
Reyna berusaha melupakan kejadian tadi siang, dimana Reysa memintanya untuk menjauhi Aldrich, Reysa yang ternyata menyukai Denis, Reysa juga yang ternyata diam-diam punya konflik lain dengan Evri.
Reyna jadi menyesal sekaligus mengerti, dia belum sepenuhnya mengenal baik dan buruknya seorang Reysa.
Tambahan lain, Bagas menawari bantuan kepadanya. Mungkin akan saling menguntungkan. Namun kembali lagi ke awal, ini Reyna Liberty, cewek barbar bin sangar bucinnya Pak Aldrich nomor Wahid– siap melakukan apapun demi menjauhkan kotoran-kotoran yang menghalangi jalannya menuju sang cinta.
Ew– terdengar menjijikan:)
Tapi Reyna tidak terlalu menganggap serius tawaran Bagas tersebut. Entahlah, Reyna merasa aneh saja.
Duduk menyilangkan kaki diatas kasur, Reyna menaruh ponsel pintarnya diatas bantal. Membiarkan panggilan dari seseorang terus meraung minta diangkat. Reyna sih bego!
Gak mau angkat telepon soalnya yang nelpon itu Aldrich.
Reyna menggigiti kuku-kuku tangannya, antara panik, cemas, dan bingung harus apa.
Terima, tidak, terima, tidak, terima, tidak, terima...
"REYNA!!!"
...kasih. Berterima kasihlah kau Reyna karena Ibu mu berteriak nyaring dari depan pintu kamar sambil membawa kertas berisikan daftar belanja bulanan yang harus dibeli.
"Iya Ma... bentar!" Reyna bergegas turun dari kasur. Membiarkan ponselnya menyala karena panggilan dari sang guru matematika yang tak kunjung dia jawab.
Bodo amat! Biarin aja Pak Al capek sendiri.
"Ini, kamu pergi belanja." Rani– Mama Reyna memberikan secarik kertas berisi kebutuhan yang harus dipenuhi untuk sebulan ini. "Ini uangnya." Berikut segepok uang berwarna merah tersaji dikepalan tangan Reyna.
Hoy! Hazel Reyna berbinar cerah, sebelum ucapan sang Mama membuat bibirnya mengerucut sebal– mendung seketika. "Apa? Gak usah ya beli itu kau printilan-printilan Korea-Koreaan! Ngomongnya cuma printilan tapi harganya ratusan rebu, mau bikin Mamamu mati hah?"
Kan, ketauan deh:)
❄❄❄
Mendorong trolinya perlahan, Reyna masih menyusuri deretan rak-rak beragam produk yang menjulang tinggi. Menghentikan langkah conversenya, Reyna berhenti dirak paling sensitif bagi kaum wanita, atau hanya dia saja?
Ya, maksudnya rak bagian pembalut:v
Tuh kan, Reyna jadi malu ngambilnya.
Melirik kanan kiri, setelah dirasa tidak terlalu ramai dan tak sepasang mata pun yang memperhatikannya. Dengan cekatan Reyna mengambil asal pembalut berbungkus pink.
Hei! Serius ini Reyna asal ambil!
"Princess."
"Hoy!– Astagfir demi semvaknya Sehun Eksoh!!" Berjengit kaget, Reyna mengelus dadanya. Kemudian berbalik.
Sial, itu si Kadal Amsterdam. Berdiri dengan cengiran kotaknya yang menyebalkan.
"Apa?!"
"Galak banget ih Princessnya aku..."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Teacher [On Going]
Teen Fiction[1] Cuma kisah; bagaimana usaha Reyna Liberty mendapatkan cinta sang guru matematika. "Saya suka sama Pak Al... Gak papa kan?" "Belajar yang bener dulu bocah baru lamar saya." ------------------------------------------- #1 in student [08/10/2021] #2...