•34• Kathniels

4.8K 288 34
                                    

"Eh, mata kamu kenapa Rey?" Tanya Mama.

Reyna langsung geleng. Balik lagi ke kamar, ambil handuk dan pergi mandi. Matanya masih sembab. Nangis semalaman omong-omong.

Selesai mandi, Reyna sarapan seperti biasa bersama Mama dan Kakaknya. Hari minggu, Reyna tak ada niat pergi kemana-kemana.

"Rey, bisa tolong Mama?"

"Hm?" Reyna dongak. Lalu mengangguk dengan pipinya yang mengembung lucu.

"Anterin kue ini ya."

Reyna cepat-cepat menelan habis sarapannya. Lalu mengambil kertas berisi alamat rumah yang tadi Mamanya berikan. Sedikit mengernyit, namun setelahnya memilih tak peduli. Mungkin hanya perasaannya saja.

"Kak Rey mana kunci motor?"

"Noh di samping tv." Tunjuk Reyhan dengan dagunya.

"Jangan bilang Mama ya kalo gue nangis semalem." Bisik Reyna pada sang Kakak. Reyhan hanya mengangguk. Meski dalam hati dia tak terima adik kesayangannya menangis—apalagi menangisi seorang cowok.

.

.

.

My Perfect Teacher

.

.

.

Tok

Tok

Tok

"Assalamu'alaikum! Permisi!" Reyna mendengus. Apa pemilik rumah besar ini tidak ada? Tapi tadi satpam bilang yang punya rumah ada. Sudah lebih dari 5 menit Reyna berdiri bak orang bodoh. Memencet bel, mengetuk pintu, dan berteriak tetap saja tak ada tanda-tanda keluar si pemilik rumah besar ini.

"Siapa?" Lalu keluarlah seorang cowok dengan wajah yang terlihat masih ngantuk, ditambah rambutnya acak-acakan.

Reyna melongo. Yang membukakan pintu err... tampan? Ingatkan Reyna kalau dia masih cinta Pak Guru kesayangannya. "Eum, ini saya mau nganterin pesanan—" Jeda, Reyna lalu mengambil kertas pemberian sang Mama dari kantongnya. "—Nyonya Arraya? Saya gak salah alamat kan?"

Cowok itu mengangguk malas. Lalu membuka pintu lebih lebar mempersilahkan Reyna masuk. "Masuk aja."

Namun Reyna hanya diam, masih berdiri didepan pintu yang terbuka—menampilkan bagaimana isi rumah yang sangat mewah, dipenuhi furniture yang pasti sangat mahal. Aneh saja, Reyna kan hanya mengantar kue, bukan mau bertamu. "Eh—gak usah! Sa-saya cuman nganterin doang..."

"RYAN SIAPA ITU??!!" Suara seorang wanita menyahut dari belakang.

"Dia yang nganterin pesanan Nenek." Jawab cowok itu. Lalu munculah seorang wanita setengah abad lebih dari balik punggungnya.

"Kamu..." Jeda, wanita itu sejenak mengamati penampilan Reyna. "Kamu anaknya Rani ya?" Tanya wanita yang terbilang sangat nyentrik diusianya yang bahkan lebih dari 50 tahun itu.

Reyna mengangguk kikuk. Lalu setelahnya wanita tua itu memekik keras dan menarik tangan Reyna masuk. "E-eh Nyonyaa–saya mau dibawa kemana? Saya cuman nganterin doang—"

"Kamu lucu banget sih..." Wanita yang Reyna yakini sebagai Nyonya Arraya mencubiti kedua pipinya gemas.

"Nenek, kasian tuh mukanya merah gitu."

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang