2 hari aku nangis terus. Karena keingetan punya hutang MPT aku kebut ngetiknya:' Moodku baik lagi berkat dengerin lagu ini;
Lorde- Perfect Places
.
Pagi ini Reyna datang lebih siang. Diakibatkan Reysa yang janji akan berangkat bersama malah telat jemput. Alhasil mereka sampai disekolah pukul 8. Tiga puluh menit sebelumnya duo Rey itu berjibaku dengan kemacetan.
Ya nasib.
.
.
.
My Perfect Teacher
.
.
.
"Jadi, sekarang lo udah baikan sama Evri?"
Reyna Liberty mengangguk dengan pipi menggembung- sedang melahap roti selai pemberian Viona tadi dikelas. "Hu-um. Eh enggak!" Lalu menggeleng cepat. Reyna dengan segala ke-labil-annya.
"Lah?"
Reyna mengendikkan bahu acuh. Kembali melahap rotinya dan total mengabaikan Reysa yang duduk disampingnya. Omong-omong mereka berdua sedang di taman. "Kemaren-kemaren Evri ngajak ketemuan." Reysa menoleh. Merapatkan tubuhnya guna mendengar lebih jelas apa yang Reyna katakan. "Ya, gue gak nyangka-" Jeda, Reyna menelan rotinya masuk. "-dia batalin pertunangannya sama Pak Aldrich." Bahkan Reysa masih tetap tak mempercayai. Padahal sebelumnya Reyna sudah cerita perihal keputusan tak terduga Evri lewat telepon kemarin malam.
Mundurnya seorang Evriyani Putri memang mencurigakan.
"Kok bisa ya.." Reysa bergumam. Reyna disampingnya mengendikkan bahu. "Dapat hidayah darimana si Evri kkkk~" Kekeh si cewek Larasvati dihadiahi tawa Reyna.
"Semoga aja dengan gue sama Evri damai bisa ngurangin dosa gue whahahahaha...!!!" Tertawa kencang, si kepala merah itu menjadi sorotan anak-anak yang lewat.
"Hilih," Reysa bergidik melihat sang sahabat. Terkadang heran dengan Reyna yang terlihat menyepelekan masalah. Reyna bahkan terlihat seperti orang yang tak memiliki beban. Padahal, jauh didalamnya dia mengalami banyak masalah.
Reyna berhenti mengunyah, mengambil sebotol minum miliknya dan menatap lekat pemandangan didepannya. "Gue sadar, gue terlalu nyepelein hidup. Ada beberapa hal yang awalnya cuman hal kecil dan tanpa sadar gue malah membuatnya makin besar. Itu ngerepotin gue sendiri. Tapi gue malah ngebiarinnya- salah. Sekarang gue kena tiban nya." Ujar Reyna dengan suaranya yang berubah datar, terdengar serak dan serius.
Kemarin adalah awal baru Reyna dan Evri. Permusuhan tak kasat mata sudah berakhir dengan mengalahnya Evriyani Putri; total menyerahkan cintanya pada Reyna Liberty.
Reyna tentu terkejut dan tak percaya. Bagaimana bisa? Apa alasannya?
"Ada beberapa hal yang gak bisa kita hak patenkan. Mau sekeras apapun kita berjuang untuk mendapatkannya, jika memang itu bukan milik kita, kita tidak bisa melawan ketentuan Tuhan."
"Takdir emang kejam."
Reysa tertawa ditengah acara minumnya.
"Namanya juga hidup." Tambah Reyna dan dua orang itu lalu tertawa. Menertawakan kehidupan SMA mereka yang sebentar lagi habis. Tak ada lagi cinta-cintaan, musuh bebuyutan, bu kantin tercinta, bolos, guru killer... Reyna tersenyum, mengingatkannya pada sang guru tercinta. Ah, Reyna jadi rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Teacher [On Going]
Roman pour Adolescents[1] Cuma kisah; bagaimana usaha Reyna Liberty mendapatkan cinta sang guru matematika. "Saya suka sama Pak Al... Gak papa kan?" "Belajar yang bener dulu bocah baru lamar saya." ------------------------------------------- #1 in student [08/10/2021] #2...