•18• Broken Heart

5.7K 250 0
                                    

Reyna memeluk bantalnya dengan erat. Membenamkan wajah, lantas menangis sekeras-kerasnya. Seolah menumpahkan segala bentuk emosi yang tercampur aduk menjadi satu dalam sebuah tangisan.

Menangis bukan berarti cengeng atau lemah. Karena menangis bukan dosa, juga tidak dilarang.

Hanya saja manusia sudah menganggap orang yang menangis adalah orang yang punya mental lemah.

Manusia memang kejam, itu kenyataan.

Sekuat-kuatnya orang, pasti mereka pernah merasakan sedih bukan?

Begitupun cewek yang saat ini masih menangis meratapi kisah cintanya yang tak seindah novel romansa. Satu jam dia habiskan dengan mengurung diri dikamar. Tidak mengindahkan gedoran pintu dan panggilan dari Mama dan Reyhan.

Masih sesenggukan, Reyna beranjak dari kasur. Lantas mengambil handuk guna mandi. Well, sejak sampai dirumah tadi dia masih belum membersihkan diri.

Karena hatinya yang dilanda mellow, dia jadi malas pergi ke kamar mandi. Jangankan mandi, sekedar mengganti seragamnya pun dia malas.

Well, cowok mana yang mau menjalin hubungan dengan cewek pemalas seperti Reyna?

Sudah pemalas, hobi makan, tidak bisa masak, suka main pukul, pemarah dan punya pikiran kekanak-kanakkan, lengkap sudah nilai minus seorang Reyna Liberty.

"Reyna," Panggil Rani yang sedang menata makanan dimeja makan. Terlihat Reyhan sudah duduk tenang sambil memainkan ponselnya. "Belom mandi?"

Reyna menoleh. "Belom Ma. Ini Reyna baru mau mandi."

"Dasar Beruang!" Celetuk Reyhan melihat bagaimana tingkah malas sang adik.

Disamakan dengan beruang? Siapa yang tidak marah?

Reyna cemberut dengan ucapan sang kakak yang menyamakan dirinya dengan seekor beruang. Jelas kesal. Beruang itu hewan buas. Beruang kalau tidur memang lama. Itu yang dinamakan hibernasi.

"Ma, Kak Reyhan tuh!"

"Reyhan!"

"Iya-iya Ma. Maaf, cuma becanda kok."

Rani cuma tersenyum lantas mendorong punggung Reyna pelan agar segera mandi. "Geura mandi Rey! Udah malem."

"Iya Ma."

❄❄❄

"Sekolah kamu gimana Rey?"

Reyna yang tengah memakan nasi goreng langsung merespon dengan anggukan. Baik, tentu. Hanya saja, semenjak Aldrich yang resmi menjadi guru matematika disekolahnya, dia jadi banyak ditimpa sial. Disamping dia yang sangat bahagia karena orang yang dia cinta ada disekolahnya, kehadiran Aldrich juga mempersulit rencana move onnya.

"Udah punya pacar?"

"Uhuk!" Reyna segera mengambil air. Astaga, kenapa tiba-tiba Mamanya bertanya perihal kisah asmaranya? Apa hubungannya dengan sekolahnya?

Reyhan yang sejak tadi diam ingin sekali menertawakan Reyna yang salah tingkah. Dia tau, Reyna tidak sepolos itu. Umur Reyna bahkan sebentar lagi genap 18 tahun. Mana mungkin kan remaja seperti Reyna tidak pernah jatuh cinta? Oh, ralat, dia bahkan tau siapa orang yang dicintai Reyna. Jadi untuk kali ini, dia diam saja. Menunggu respon apa yang akan diberikan Reyna untuk pertanyaan frontal sang Mama.

"Mmm—" Reyna mati-matian menahan kegugupannya. Seharusnya dia santai karena dia kan tidak punya pacar. Jadi, seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dengan sikapnya seperti ini, malah terlihat seperti orang yang tengah tercyduk. "Nggak lah Ma. Aku gak punya pacar. Aku mau fokus belajar aja."

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang