•36• Flashback

4.2K 252 27
                                    

Kembali dari ke-galau-an anak SMA:'

.

Reyna memejamkan matanya erat. Menghirup aroma maskulin yang memenuhi indra penciumannya. Kepalanya dielus penuh sayang oleh jemari seseorang.

Seseorang yang sejak lama mengisi hatinya.

"Pak..." Reyna membuka kedua matanya. Tersenyum cerah begitu mendapati wajah Aldrich memenuhi pandangan matanya. Jari jemarinya aktif mengelus rahang Aldrich. Mengagumi rupa Aldrich yang sialnya sangat tampan. Apalagi kacamata bulat yang bertengger kokoh di hidung mancung pria itu.

"Aku cinta Pak Al..."

"Saya tau."

.

.

.

My Perfect Teacher

.

.

.

Mari sejenak kita kembali ke dua bulan sebelumnya; pertengahan Februari menjelang akhir. Maksudnya? Lupakan saja, intinya bulan Februari.

Sejak pagi Reyna hanya murung. Wajahnya tampak kusut– sekusut rambut merahnya yang diikat asal-asalan.

Ada yang tau kenapa?

Jadi, hari ini adalah tanggal 18 Februari. Ada yang ingat hari apa artinya? Sudah tau kenapa Reyna dibuat murung dan cemberut sepanjang jam pelajaran?

Ya, hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-18.

Ulang tahun yang seharusnya penuh kegembiraan. Ekspektasinya adalah pagi hari mendapat ucapan selamat dari Mama dan Reyhan, kesampingkan hadiah, itu tak seberapa dibanding ucapan dari orang-orang yang kau sayangi. Tapi berakhir zonk. Mama dan Kakaknya tidak mengucap apa-apa seolah hari ini bukan hari spesial.

Rencana satu, gagal.

Di sekolah, Reyna pikir Reysa akan menubruknya dengan kalimat-kalimat menyebalkan seperti, "Cie yang ultah... HBD my friend! Istirahat jajanan gratis bolehlah!"

Tidak. Bahkan Reysa, Denis, Bagas, Dafa, Nada, dan Viona tampak tak ada yang ingat satupun. Reyna kan jadi zbl.

Awas saja kalau mereka semua minta traktiran Reyna tak akan mengabulkannya. Biarkan tahun ini mereka merengek.

"Halo?"

"Rey..."

"Eh Pak Al? Ada apa Pak?" Dalam hati bersorak girang. Reyna pikir Pak Aldrich akan memberinya ucapan selamat ulangtahun.

Tapi tunggu,

Emang Pak Aldrich tau sekarang gue ulang tahun?

Reyna meringis. Pupus sudah harapannya.

"Kamu sekarang dimana?"

"Lagi di..." Reyna mengedarkan pandangan. Well, jam setengah enam sore dan Reyna belum pulang ke rumah. Selepas bel pulang sekolah malah mampir ke restoran cepat saji. "KFC."

"Ngapain?"

Reyna dengus. Lalu mengambil pesanannya dan pergi. "Makanlah Pak."

"Cepet pulang."

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang