•37,5• Other Side

4.7K 269 46
                                    

Happy Reading🍃

.

-Special Evriyani POV-

Beberapa hari belakangan kepalaku terasa penuh. Banyak pikiran yang membuat mataku tiap malam susah memejam.

Entahlah.

Banyak yang terlalu aku pikirkan. Terutama mengenai perjodohan itu. Yeah, harusnya aku senang karena perjodohanku dengan Pak Aldrich akan segera sampai tahap pertunangan setelah kelulusan sekolah. Tapi... akhir-akhir ini perasaanku tidak enak.

Hei! Harusnya aku bahagia! Rencanaku berhasil dan sebentar lagi Pak Aldrich akan menjadi milikku. Tapi berkat Reyna si barbar Liberty yang ternyata menyukai Pak guru baru itu aku harus pakai cara kotor yang mau tak mau aku lakukan.

Jangan menghujatku, tolong. Ocehan si kepala merah itu sudah cukup bagiku.

Baca ini baik-baik. Aku bukan orang jahat. Aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan. Jadi, yeah terserahlah kalian mau berpendapat apa.

.

.

.

My Perfect Teacher

.

.

.

Hari ini aku baru pulang dari acara makan malam antara keluargaku dengan Pak Aldrich. Tentu saja membicarakan perihal pertunangan kami. Jangan kalian pikir Pak Aldrich dan Reyna, hubungan mereka saja dikategorikan gelap. Iyalah, orang jelas Pak Aldrich dijodohkan denganku lalu kenapa Reyna masih menginginkan Pak Aldrich?!

Aku hanya berbaring dikasur, belum ganti baju karena lelah sekali rasanya. Nyatanya makan malam tadi tidak seperti ekspektasi; malah berjalan sangat lambat dan aku kurang suka situasi monoton.

Kehadiran Pak Aldrich dengan Om Fredi dan Tante Arra –seperti dugaan– sangat-sangat terpaksa. Dilihat dari gelagat dan tatapannya sangat mengisyaratkan kalau pria itu memang tidak mau terlibat.

Ya, aku tau itu.

Tapi aku hanya diam. Pak Aldrich pun sama, pria itu bahkan enggan bertatap denganku. Kami hanya membiarkan orangtua kami yang memutuskan.

Saat itu Pak Aldrich tiba-tiba pergi ke toilet, dua menit kemudian Tante Arra menyusul. Wanita itu pasti tau ada yang tak beres. Lalu aku dengan saja menumpahkan minumanku hingga dress yang kukenakan basah. Aku berdiri dan meminta izin untuk ke toilet membersihkan noda didressku. Beruntungnya tak ada yang curiga.

Aku melewati depan toilet pria. Aku mendengar Tante Arra bicara pada Pak Aldrich. Kebetulan sekali saat ini sepi. Aku mengintip sedikit. Apa aku salah dengar? Kenapa Tante Arra terlihat marah?

"Aldrich! Dengerin Ibu– jangan kekanakkan, oke? Cukup kamu jalanin aja makan malam ini dulu. Ayah kamu itu keras– kamu tau kan bagaimana dia gak mau dibantah? Kali ini aja kamu jalanin acara ini..."

Sudah kuduga, Pak Aldrich memang betulan terpaksa.

"Ibu, berapa kali aku bilang kalo aku gak mau lanjutin perjodohan ini. Aku cinta Reyna, bukan Evri—"

Aku tak sakit hati, serius

"Jangan mengekangku, tolong. Aku hanya ingin menikah dengan gadis pilihanku..."

Ah, kenapa mataku tiba-tiba panas? Aku rasa aku terlalu banyak menonton drama.

Tante Arra melunak. Aku mengerti, Ibu mana yang tega membiarkan kebahagian anaknya direnggut? "Ibu tau. Seandainya Ibu bisa rayu Ayah kamu buat berpikir ulang."

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang