Bugh
Bruk
Denis dan Bagas merasakan punggungnya terbanting keras ke tanah. Sial, harusnya mereka tak main-main dengan Reyna. Yah, jadinya seperti ini yang mereka dapat.
.
.
.
My Perfect Teacher
.
.
.
Reyna menatap sengit dua makhluk didepannya. Siapa lagi kalau bukan Denis Mahendra dan Bagas Angkasa, dimana kedua wajahnya terdapat memar– hasil karya Reyna. Tak cukup banting ke tanah, pukulan juga dilayangkan ke wajah tampan mereka berdua.
Memasang wajah garang tak membuat Denis dan Bagas takut, malah wajah galak Reyna terlihat lucu.
Duh, makin cinta deh.
Melupakan rasa sakit yang masih terasa disepanjang tulang belakangnya, Denis baru membuka mulut hendak bicara namun disela cepat oleh Reyna.
"APA?!"
Duh, ngegasd.
"Wow, santai princessku. Semua bisa dijelasin tanpa kekerasan." Kata Denis yang membuat kedua orang itu ingin sekali memuntahkan sarapan pagi tadi.
"Sebut sekali lagi princess bakal gue cakar-cakar muka kebanggaan lo!"
"Jangan do—"
"Udah udah. Bisa kita bicara ditempat lain aja?" Bagas menengahi. "Panas."
Denis dan Reyna mengekor, masih adu mulut perihal Reyna yang merasa terganggu dengan panggilan Denis untuknya. Bagas berjalan lebih dulu didepan. Membawa mereka ketempat yang lebih enak, kantin misalnya.
"Kalian ngapain tadi ngintip-ngintip?" Tanya Reyna seusai memesan 3 es jeruk.
"Ngintip apaan?"
Plak
"Bacot. Langsung ke inti."
"Oke." Denis mengelus kepalanya yang berdenyut nyeri akibat pukulan Bagas tadi. Cukup, sudah cukup dibanting Reyna, ini ditambah Bagas ikut-ikutan noyor kepala.
"Lama!" Reyna hampir melemparkan sedotan, keburu ditahan Bagas yang duduk disampingnya.
"Santai napa!"
Reyna mendengus. "Gue aja yang nanya. Kalian tadi ngapain?"
"Harusnya gue yang nanya gitu, ngapain lo sama Pak Al sama si Evri?" Bagas balik bertanya.
Reyna tak segera menjawab. Pikirannya kembali berputar pada beberapa waktu lalu. 'Gue sama Pak Al udah tunangan.' Tidak. Evri pasti bohong. 'Kami berdua dijodohin.' Tapi, Aldrich hanya diam, tidak membantah. Berarti yang dikatakan Evri benar?
Apa sampai disini saja perjuangan Reyna mendapatkan hati sang guru? Apa dia harus berhenti untuk mengharapkan Aldrich? Apakah ini saatnya untuk menyerah dan mulai membuka hati? Apakah dia harus mencoba untuk menerima hati Denis dan Bagas. Keduanya, kedua cowok itu mencintainya. Denis dan Bagas, dua orang bersahabat. Dia tak mungkin memilih satu diantara mereka, tidak adil. Tapi, menerima mereka juga sama saja membohongi perasaannya. Bukankah ia bisa belajar? Belajar untuk mencintai yang lain. Lupakan cintamu, terima cinta orang yang benar-benar mencintaimu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Teacher [On Going]
Teen Fiction[1] Cuma kisah; bagaimana usaha Reyna Liberty mendapatkan cinta sang guru matematika. "Saya suka sama Pak Al... Gak papa kan?" "Belajar yang bener dulu bocah baru lamar saya." ------------------------------------------- #1 in student [08/10/2021] #2...