•20• Reyna, Reyhan, Reysa

5.3K 255 8
                                    

Hari minggu, Reyna sudah siap pergi ke toko buku dengan Reyhan. Minggu kemarin dia memang tidak jadi ke toko buku karena Reyhan yang sibuk dengan kuliahnya. Sesuai janji Reyhan, hari ini dia akan ke toko buku demi memuaskan hasrat membacanya. Dan yang membuatnya senang lagi adalah Reyhan sendiri yang membayarnya.

Sekitar tiga puluh menit sudah sepasang saudara itu berkeliling diarea bagian novel romance. Reyhan sudah misuh-misuh karena Reyna tak kunjung memilih buku.

Pindah tempat ke genre psikolog, akhirnya Reyna menemukan buku yang dia cari. Sangat suka genre psikolog karena menurutnya, mempelajari perilaku manusia terdengar menarik.

"Udah selesai?" Tanya Reyhan. Well, dia sudah mengambil satu buku yang memang sangat diperlukan untuk salah satu mata kuliahnya nanti.

"Tunggu, gue mau beli satu lagi."

Pindah tempat lagi ke bagian fiksi penggemar. Sudah dapat ditebak Reyhan kalau adiknya itu pasti akan membeli novel Korea.

"Udah. Ayo Kak!" Reyna menarik tangan Reyhan untuk segera ke kasir.

And yeah, sepertinya mereka berdua harus menunggu lama karena antrean yang super panjang. Reyhan hanya melongo. Sementara Reyna siap dengan segala aksi curang agar bisa menguras antrean.

Well, dia sering melakukan ini. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

❄❄❄

"Rey, kita makan dulu yuk!"

"Oke."

Reyhan menarik masuk Reyna ke salah satu restoran yang menyajikan hidangan cepat saji. Dua orang itu segera mengambil tempat. Sengaja memilih yang dekat jendela. Biar ada pemandangan.

Jika boleh jujur, orang-orang menatap Reyhan dan Reyna bukan sebagai kakak adik. Melainkan seperti pasangan muda lainnya. Mengundang iri karena tampak serasi, pikir mereka semua.

Salah satu pelayan datang, Reyna dan Reyhan punya selera yang tidak jauh, jadi mereka memilih makanan yang sama. Setelah membuat pesanan, pelayan wanita itu pergi.

Sambil menunggu, Reyhan memilih memainkan ponsel. Sementara tangan Reyna gatal ingin membuka papper bag berwarna coklat berisi buku-bukunya. Dia ingin segera membacanya.

"Kak, lo gak punya pacar apa?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Reyna membuat Reyhan teralihkan dari ponsel. Lantas ditatapnya sang adik. "Lo ngehina gue ya?"

"Nggaklah." Dalam hati, Reyna berteriak 'iyalah'. Kalau kakaknya itu punya pacar, kasihan sekali ya cewek itu.

"Gue belum tertarik buat pacaran. Lagipula," Reyhan menjeda kalimatnya. Menatap sang adik yang menatapnya dengan wajah penasaran. Berdecak kesal karena Reyna tersenyum, seolah mengejek. "Ada sesuatu yang lebih penting ketimbang pacaran."

Alis Reyna bertaut. "Apaan tuh? Siapa?"

"Lo– sama Mama."

Sukses membuat mata hazel Reyna membulat. Merasakan perih dihati. Tidak pernah terbayang Reyhan akan sangat menyayanginya dan juga mama. "Kak, maafin gue..."

"Gak papa. Itu emang bener. Mama sama lo adalah prioritas gue."

"Hiks—" Reyna telak dibuat terharu dengan ucapan kakaknya. Sedikit terisak hingga menimbulkan hidung merah dan pipi sedikit basah.

"Mulai deh– dasar cengeng!" Reyhan mengambil tisu, memberikannya pada Reyna yang sedang mengusap ingus dengan lengan bajunya. "Pake tisu Rey, jangan jorok jadi cewek!"

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang