•07• Reyhan

6K 339 23
                                    

Reyna membuka pintu kamar begitu ada yang mengetuknya beberapa kali. Terlihat sang Kakak berdiri didepannya. Reyhan memakai kaos putih dengan celana pendek. "Kenapa Kak?"

Tanpa di suruh si empunya kamar, dengan santai Reyhan masuk– merebahkan tubuhnya diatas kasur milik sang adik. Reyna yang melihat tersebut hanya memutar bola matanya.

"Kak Rey!" Reyna menarik tangan Reyhan agar cowok itu bangun. "Ngapain sih ke kamar gue kalo cuma mau tiduran doang?! Di kamar lo juga kan bisa!"

Reyhan menggeliat malas. Kemudian daripada dia terkena pukulan Reyna– yang sakitnya minta ampun, dia duduk di pinggir kasur. Well, sudah cukup sekali saja dia pernah merasakan bogem mentah sang adik. Memikirkannya saja membuat cowok itu bergidik.

"Mau ngomongin apaan Kak?" Tanya Reyna to the point.

Sorot mata Reyhan mendadak serius. Meskipun rambut hitamnya yang terlihat acak-acakkan, tak mengubah suasana dingin diantara mereka.

"Ish! Nakutin gue aja Kak Rey mah!" Reyna memukul pelan bahu sang Kakak. "Mau ngomong apaan emang?"

"Tadi yang nganterin lo pulang siapa?"

Deg

Reyna mematung. Sedetik kemudian dia tersadar. Berusaha mencari jawaban atas pertanyaan dari cowok didepannya. "O-oh itu. Tadi Pak Al yang nganterin gue pulang."

"Siapa Pak Al?" Reyhan memicing curiga.

"Oh. Guru matematika gue, Pak Al nawarin pulang bareng soalnya gue kan tadi bantuin Pak Al ngo—" Reyna dengan cepat menutup mulutnya. Cewek itu melihat Reyhan yang melotot kaget dengan mulut yang membuka sempurna. "Ma-maksud gu-gue bukan kayak gitu. Maksudnya—"

"Lo ngocok?"

Bugh

Reyhan meringis kesakitan tatkala Reyna dengan kekuatan penuh menonjok pipinya. Reyhan mengelus pipinya yang dirasa pasti berbekas. "Apaan sih lo mukul-mukul gue?! Sakit tauk!"

"Habisnya Kak Rey mikir macem-macem! Gue gak kayak gitu ya!" Reyna melipat kedua tangan didada. "Maafin Rey deh!"

"Kalo gak ikhlas gak usah minta maaf!"

Reyna cemberut. Kemudian memasang wajah paling imutnya. "Maafin aku ya Kak." Membuat cowok itu bergidik. Reyhan memasang ekspresi seperti ingin muntah. "Tadi itu gue bantuin Pak Al ngoreksi ulangan!"

"Jadi, lo minta izin ke gue bukan untuk kerja kelompok kan?"

Reyna menundukkan kepala. Mengangguk membenarkan ucapan yang dilontarkan Reyhan memang kenyataan sebenarnya. Cewek itu berbohong pada Reyhan dan Rani kalau dia ada kerja kelompok, padahal dia harus membantu sang guru matematika mengoreksi ulangan. Well, kenapa dia tidak jujur saja sejak awal memberitau kalau dia harus membantu Aldrich?

"Kenapa gak jujur aja sih?"

Reyna semakin memperdalam tundukkan kepalanya. "Ya maaf Kak Rey."

Reyhan berdecak. Dia paling tidak suka melihat Reyna sedih. Apalagi sekarang Reyna menundukkan kepalanya, bisa jadi cewek itu menangis. Dan Reyhan paling benci melihat cewek menangis. Apalagi Reyna, Reyna adalah adiknya. Salah satu dua wanita penting di hidup Reyhan, Rani dan Reyna, mama dan adiknya. Semenjak papanya meninggal, Reyhan berjanji untuk melindungi keluarganya. Janji yang dibuat sebelum Reza benar-benar harus pergi untuk selamanya.

Reyhan masih ingat itu. Di umur yang masih remaja, seharusnya dia bersenang-senang layaknya anak-anak lain. Namun, yang dilakukan Reyhan setiap pulang sekolah adalah bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Dia tidak bisa terus-terusan bergantung pada Rani yang hanya bekerja sebagai pembuat kue.

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang