•08• Rumah Aldrich

6.4K 326 6
                                    

Sinar matahari mulai menyeruak dari balik tirai tipis kamar Reyna. Cewek itu menggeliat, tak terima jika hari sudah pagi. Dan dia belum puas menikmati tidurnya yang singkat karena semalaman di habiskan dengan nonton drama asal negeri ginseng– Korea Selatan.

Dengan mata yang masih belum terbuka sempurna, Reyna berjalan ke kamar mandi setelah sebelumnya memgambil handuk warna biru miliknya yang bergambar seekor koala.

Setelah 30 menit selesai membersihkan tubuh. Reyna mengambil pakaian dari lemari. Kaos putih, kemeja kotak-kotak warna biru tua dan celana jeans hitam menjadi pilihan style fashionnya kali ini.

Bukan style fashion sih. Ini cuma pakaian sehari-harinya jika libur sekolah. Selain karena dia tidak mau ribet, dia juga kurang menyukai memakai dress. Paling kemana-mana dia selalu pakai kemeja dan jeans robek.

Sabtu ini Reyna berencana akan pergi ke toko buku bersama kakaknya. Reyhan sudah berjanji akan menemaninya. Reyna pergi ke ruang tengah, disana ada Reyhan dan Rani. "Kak Rey mau kemana? Katanya mau nemenin gue ke toko buku."

"Sorry ya Rey. Gue mau nganterin Mama ke toko. Setelah itu gue harus ke apartemennya si Azka buat ngerjain tugas." Reyhan berkata. Membuat Reyna agak sedikit kecewa.

"Ya udah lain kali aja ke toko bukunya Rey. Kamu tau kan kakak mu itu udah masuk semester terakhir." Rani berkata. Rani tampak rapi seperti biasa.

"Ya udah deh." Reyna bersiap balik ke kamarnya. Namun sebuah suara mengintrupsinya untuk berhenti.

"Gue temenin minggu depan. Tenang, gue yang bayarin." Kata Reyhan uang langsung mendapat senyum cerah dari Reyna.

"Makasih ya Kak Rey yang ganteng."

❄❄❄

Cewek itu mengambil ponselnya yang berdering menandakan ada panggilan masuk. Reyna melotot kaget tatkala sosok nama yang tertera di ponselnya adalah sang guru matematika. "Ada apa Pak Al nelpon-nelpon gue?"

Tak ingin menunggu lama, Reyna segera menekan tombol hijau. Tangan Reyna yang memegang ponsel bahkan tak henti-hentinya gemetar hebat. Reyna menarik nafas panjang. Hingga sebuah suara bariton dari seberang telepon membuatnya lemas seketika.

"Hallo?"

Ingin sekali Reyna berteriak disaat itu juga begitu mendengar suara yang begitu familiar memasuki gendang telinganya. Aldrich. Untuk pertama kalinya Reyna berbicara lewat telepon dengan Aldrich. Bahkan selama ini, itu adalah hal yang paling sering di khayalkan.

Kemarin sebelum dia turun dari mobil. Aldrich sempat meminta nomor hp nya. Sontak dibalas anggukan oleh Reyna. Reyna mengetikkan deretan angka tersebut. Dia sempat melihat Aldrich yang memperhatikannya. Hanya memperhatikan. Dan dia tidak ingin ambil resiko untuk jatuh lebih dalam lagi. Makanya dia mengenyahkan pemikiran kalau 'Aldrich mulai tertarik padanya'.

"Ha-halo Pak. Ada apa ya?"

"Lama banget cuma jawab halo juga."

Reyna tertawa kecil. Menggaruk tengkuknya. Well, untuk pertama kalinya dia gugup saat bertelepon. "Maaf Pak."

"Jangan minta maaf lagi. Well, saya nelepon kamu ada urusan yang cukup penting."

Reyna mengernyit. Satu alisnya terangkat. "Ada urusan apa ya Pak?"

"Hari ini kamu harus ke rumah saya! Bantuin saya!"

"Loh?! Kok tiba-tiba banget sih Pak?"

"Sekarang kamu ke rumah saya, nanti saya kasih alamat rumahnya lewat WA."

"Sekarang Pak?"

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang