"Mau kemana kamu Reyna?"
Sontak Reyna yang ingin berjalan ke bangkunya langsung berhenti. Mendengar teguran dari sang guru PAI membuatnya yakin kalau dia bakal kena hukuman karena telat masuk. "Ma-mau duduklah Pak."
"Emang saya nyuruh?"
Reyna berusaha tak mengumpat. Malu ditatap teman-teman sekelasnya. Apalagi dia seorang ketua kelas, seharusnya dia memberikan contoh baik pada anggota-anggotanya. Tapi ya sudahlah, dia juga manusia, banyak melakukan kesalahan.
"Sekarang kamu keluar Reyna! Bapak mau kasih hukuman buat kamu."
Reyna mengekor mengikuti Pak Hendra –guru PAI– berjalan keluar kelas. Tepat didepan mejanya, Reysa hanya cekikikan. Reyna sebenarnya ingin sekali memukul wajah sang sahabat yang menertawakan penderitaannya.
"Semangat ya Reyna."
"Masih bisa ketawa lo!"
"Kkkkk..."
Reyna hanya menunggu Pak Hendra memberikan hukuman apa. Berdoa saja semoga bukan hukuman yang berat. Jangan sampai disuruh hormat dilapangan seharian. Jangankan hormat didepan tiang bendera, waktu dia dihukum lari keliling lapangan saja membuatnya ingin cepat mati.
"Kamu potong rumput dihalaman belakang."
Reyna menganga. Hell! Halaman belakang sekolah kan luas, dan what the fxxk kenapa dia disuruh memotong rumput disana? Tidak bisa membayangkan seberapa panjang dan banyaknya rumput disana. "T-tapi Pak. Gimana sama ulangan harian saya?"
"Ntar nyusul! Sekarang kamu ambil gunting rumput digudang!"
Dalam hati dia sudah mengeluarkan banyak sumpah serapah. Pada akhirnya dia hanya pasrah, mengangguk, membiarkan Pak Hendra masuk ke kelasnya.
"Istirahat saya periksa halaman belakang sudah bersih atau enggak. Kalo masih gak bersih, saya gak bakal ngasih kamu ulangan susulan!" Peringatan Pak Hendra membuat Reyna membatalkan niatannya untuk kabur ke kantin.
Nasib gue gini banget yawla...
❄❄❄
Reyna baru saja mengambil gunting rumput dari gudang sekolah. Kebetulan dia bertemu dengan Bagas, rupanya cowok itu juga senasib dengannya, sama-sama disuruh potong rumput karena alasan yang sama, yaitu telat masuk.
Dan disinilah mereka berdua sekarang, memotong rumput dihalaman belakang sekolah yang membuat mereka menghela napas sabar.
"Tumben cuma lo doang yang telat. Biasanya yang sering telat kan si Denis." Reyna berkata disela-sela aktivitas memotong rumputnya.
Bagas mengusap keringat yang membasahi pelipisnya. "Gue tadi main PS dulu diwarung Bi Dea."
Mulut Reyna membulat. Bagas suka main game ternyata. "Lo suka main game?"
"Nggak terlalu. Denis tuh yang hobi."
Reyna sudah tau kok Denis suka main game. Tiap jam kosong pasti Denis mengeluarkan ponselnya dan mabar bareng anak-anak lain.
"Lo sendiri, kenapa telat?" Bagas balik bertanya. Agak heran kenapa ketua kelasnya akhir-akhir ini suka telat masuk.
Reyna tertawa kecil. Dia menertawakan sendiri kebodohannya. "Alasan biasa. Gue kesiangan."
"Gara-gara semalem kita chatan?"
"Nggak kok." Jelas tidak ada hubungannya. Dipandangnya wajah Bagas yang bonyok. Pasti berantem lagi. "Abis berantem? Lagi?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Teacher [On Going]
Roman pour Adolescents[1] Cuma kisah; bagaimana usaha Reyna Liberty mendapatkan cinta sang guru matematika. "Saya suka sama Pak Al... Gak papa kan?" "Belajar yang bener dulu bocah baru lamar saya." ------------------------------------------- #1 in student [08/10/2021] #2...