Reyna melangkahkan kakinya dengan cepat. Telinganya terasa sangat panas mendengar orang-orang membicarakan tentang dirinya. Pasti gara-gara kemarin. Entah temannya yang mana yang menyebar isu tidak benar tentang dirinya dan Bagas. Bagas bisa tenang karena cowok itu begitu dipuja kaum cewek. Sedangkan dirinya? Dia malah mendapat cibiran dan makian. Ini semua karena Denis!
Ya, semuanya karena cowok playboy itu. Gara-gara drama murahannya tersebut, Reyna harus mendapat kesialan. Seharusnya Denis masuk klub drama saja daripada basket. Berkat akting Denis yang luar biasa itu semua orang berpikir dia menjalin hubungan khusus dengan Denis, dan dituduh selingkuh dengan Bagas. Benar-benar murahan! "Semoga si Denis mati biar gosip murahan ini juga mati!"
"Rey, lo gak papa kan?" Tanya Viona.
Reyna mengangguk dan tersenyum seolah dia sedang baik-baik saja– padahal tidak. Reyna menaruh tas biru bergambar tengkoraknya. Kelas semakin ramai, namun teman sebangkunya itu tak kunjung menampakkan batang hidupnya. "Ini udah jam tujuh. Tapi kok si Reysa gak dateng-dateng juga?"
"Gak bareng Reysa Rey?"
"Gue kan kalo berangkat bareng Kak Rey."
"Lagi marahan?"
"Nggak. Jangan sampe!"
Mulut Viona membulat. Tak lama sosok yang ditunggu Reyna akhirnya datang. "Tuh si Reysa dateng!" Tunjuk Viona dengan dagunya.
Reysa menaruh tasnya dan duduk disamping Reyna tanpa kata. "Lo darimana aja Reys baru dateng?" Tanya Reyna. Reyna menarik kursi, duduk sambil menunggu jawaban dari sahabatnya itu. "Tumben, biasanya lo duluan yang dateng daripada gue." Katanya lagi.
Reysa memutar tubuhnya jadi menghadap Reyna. Raut wajah Reysa terlihat marah. "Lo kenapa Reys?" Tanya Reyna lagi. Agak khawatir jangan-jangan Reysa ngambek lagi.
"Tadikan gue ke kantin dulu," Reysa akhirnya bersuara.
"Ho-oh. Terus?"
"Dikantin kebetulan ada si Denis sama antek-anteknya. Masa gue disuruh bayarin makanan mereka coba." Reysa menceritakan apa yang dialami tadi saat ke kantin.
Pagi tadi Reysa ke kantin hendak beli minum. Namun, yang membuatnya kesal adalah keberadaan Denis. Lebih kesalnya lagi adalah dengan tampang polosnya Denis meminta dia untuk membayar makanan dan minuman yang sudah cowok itu makan. Reysa tentu saja menolak mentah-mentah. Dia sudah bersiap pergi, namun tasnya ditahan oleh seseorang. Tak lain Denis– cowok yang hari ini masih terlihat babak belur akibat pukulan Reyna kemarin.
"Kalo lo gak mau bayarin makanan gue gak masalah. Tapi, lo harus nemenin gue makan disini." Itulah yang diucapkan Denis saat dikantin tadi. Reysa mengerjapkan matanya. Gila. Satu kata yang langsung hinggap dipikiran Reysa. Denis memang gila. Apa dia harus menyuruh Reyna untuk memukul Denis lagi? Seperti kemarin?
Reysa akhirnya mengalah. Lagipula saat itu dia tidak bisa kemana-mana karena tangannya yang dipegang erat oleh Denis. Jadilah dia menemani Denis sarapan. Berdua. Satu meja. Hanya dia dan Denis. Saat Reysa mengambil tempat disamping Denis, saat itu juga Denis langsung mengusir teman-temannya.
"What?! Serius?"
Reysa mengangguk. Mendapati respon Reyna setelah mendengar ceritanya, membuatnya yakin Reyna tak akan tinggal diam. Bisa saja Reyna akan menghajar habis-habisan Denis. Lagi.
Satu persatu tempat duduk mulai terisi. Seorang cewek bertubuh lumayan gemuk memasuki kelas. Namanya Nasya. Sebenarnya Reyna kurang suka dengan sikap Nasya yang menurutnya kecentilan. Namun tetap saja Nasya bagian dari kelas XII MIPA-B.
Bahkan, saat insiden Reyna memukul Denis. Reyna langsung mendapat kecaman dari Nasya yang mengancam akan melaporkannya pada ketua osis dan pihak guru. Oh ayolah, dia cuma memukul Denis sekali. Apa dia akan dapat sanksi skors seminggu?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Teacher [On Going]
Teen Fiction[1] Cuma kisah; bagaimana usaha Reyna Liberty mendapatkan cinta sang guru matematika. "Saya suka sama Pak Al... Gak papa kan?" "Belajar yang bener dulu bocah baru lamar saya." ------------------------------------------- #1 in student [08/10/2021] #2...