Selasa pagi, hujan tak kunjung reda sejak subuh. Alhasil, anak-anak SMA 01 datang kesiangan. Dianggap pagi karena langit mendung, hujan dari subuh membuat matahari bersembunyi dibalik awan. Membuat mereka semua malas sekolah.
Cuacanya terlalu dingin untuk digunakan beraktivitas.
Reyna mengumpat saat jaket baseballnya terkena cipratan air hujan yang diakibatkan salah satu pengendara motor. Memasukkan kedua tangannya ke saku jaket dan berjalan pelan memasuki area sekolah.
Bulu kuduknya meremang. Cuaca hari ini sangat bagus untuk dijadikan kegiatan tidur Reyna. Sayangnya, dia tetap harus sekolah.
Kelas sepi. Padahal sudah jam 7 pagi. Reyna menghembuskan napas pelan. Memilih duduk dan menunggu yang lain datang. Lantas memposiskan kepala di atas meja, menjadikan sebelah tangannya sebagai bantal, wajah dihadapkan ke dinding, mata sepenuhnya terpejam.
Yeah, pagi ini Reyna menghabiskan waktunya dengan tidur.
❄❄❄
"Si Reyna tidur?"
Reysa memutar bola mata malas. Sudah muak dengan pertanyaan kesekian anak semata wayang Mahendra. Lebih memuakkan lagi karena terus menanyakan pertanyaan yang sama. "Gak keliatan emang?!"
Denis tersenyum kotak. Melihat keluar jendela yang menampilkan rintikan hujan yang tak kunjung reda. Denis memasukkan kedua tangan ke jaket hoodienya. Hujan di pagi hari membuat sebagian anak-anak mengenakkan jaket untuk melindungi tubuh dari udara dingin.
Disuguhi pemandangan tidur si ketua kelas tentu tidak disia-siakan oleh Denis. Langsung ambil ponsel dan buka kamera. Beberapa jepretan berhasil tersimpan di galeri ponsel apelnya. Lumayan bisa dijadikan bahan aib.
Brengseknya Tuan Mahendra...
"Denis?!"
"Apaan?" Denis menoleh sembari memasukkan kembali ponselnya.
Reysa melotot. Siap menghadiahi Denis pukulan. "Jangan jail napa! Kalo Reyna sampe tau, bisa abis lo hari ini!"
"Hushhh! Jangan berisik! Tuan puteri gue lagi bobo cantik." Ucap Denis membuat Reysa ingin sekali melemparnya ke luar jendela.
Perdebatan dua manusia itu terhenti saat guru mata pelajaran hari ini masuk. Tak lain dan tak bukan adalah Aldrich.
"Sono balik lo kadal Amsterdam!" Ucap Reysa sambil membuat gestur seperti mengusir anak anjing.
"SELAMAT PAGI PAK!" Ucap seluruh murid XII MIPA-B minus si ketua kelas.
Lama-lama Reyna mirip Bagas. Suka tidur!
Memang agak telat datang, hujan membuat pria itu bangun kesiangan. Aldrich mengeluarkan buku absen. Mata terfokus pada apa yang dipegangnya.
Well, Aldrich berusaha mengalihkan pandangan dari sosok yang duduk didepan mejanya. Masih marah? Mungkin. Tidak tau juga kenapa dia marah.
"Atha."
"Hadir Pak!"
Begitu seterusnya sampai disebuah nama yang begitu dia... tak tau apa. Aldrich menghela napas. Tanpa mengangkat kepala dia mengabsen sang asisten. "Reyna Liberty."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Teacher [On Going]
Genç Kurgu[1] Cuma kisah; bagaimana usaha Reyna Liberty mendapatkan cinta sang guru matematika. "Saya suka sama Pak Al... Gak papa kan?" "Belajar yang bener dulu bocah baru lamar saya." ------------------------------------------- #1 in student [08/10/2021] #2...