•30• What?!

4.7K 256 43
                                    

Keputusan Reyna sudah bulat. Dia tidak akan menjauhi Aldrich seperti yang Evri minta. Justru dengan menurutinya dia akan kalah! Dia tidak lemah dan mengibarkan bendera putih begitu saja tanpa adanya perlawanan.

Yeah, ini saatnya, adalah waktu untuk memulai perjuangannya.

Well, mungkin akan ku jelaskan bagaimana Reyna bisa semantap ini dengan keputusannya.

.

.

.

My Perfect Teacher

.

.

.

Pulang sekolah, seperti biasa Reyna pulang bersama Reysa. Hari itu mendung dan tiba-tiba hujan deras. Kebetulan Reysa memang akan mampir dulu ke rumahnya. Ada sesuatu yang ingin Reysa bicarakan katanya. Padahal disekolah juga bisa. Reysa menolak, berdalih ini sesuatu yang penting dan pribadi. Jadi dia tancap gas dan pulang dengan keadaan basah kuyup.

"Mau ngomong apaan Reys?"

Reyna sudah mandi dan ganti baju. Reysa juga sudah mandi dan mengganti seragam basahnya dengan pakaian yang dipinjamkan Reyna, untung baju Reyna muat di badannya.

Reysa melemparkan handuk biru yang dia gunakan tadi untuk mengeringkan rambutnya ke arah Reyna yang datang dengan dua cangkir coklat panas. Untuknya dan Reysa.

"Asu! Lo kira muka gue apaan?"

"Hehe..."

Reyna duduk di samping Reysa sambil menyesap dan terkadang meniup kepulan asap coklat panasnya. "Kata lo ini penting, jadi apa? Jangan buat gue mati penasaranlah bego."

"Jadi gini..." Reysa menggaruk tengkuknya. Bingung mau memulai pembicaraan darimana. Cewek Larasvati itu melipat bibirnya, membuat Reyna disampingnya hanya mendengus– merasa yang mau dibicarakan Reysa itu tidak penting.

"Jadi? Apa?"

"Tolak aja permintaan Evri Rey..." Reysa akhirnya berujar. Mengutarakan apa yang dia ingin katakan setelah melihat (atau lebih tepatnya mengintip) rangkaian kejadian diantara sahabatnya itu dengan sosok yang begitu diidolai sekolah.

"Hah?" Reyna blank. "Maksud lo?"

Reysa meraih kedua tangan Reyna, menggenggamnya sambil menatap kedua hazel itu. "Jangan, jangan jauhin Pak Aldrich. Gue tau mungkin tindakan gue tadi siang kurang sopan tapi... gue denger semuanya– semua obrolan lo sama Evri."

Reyna cukup terkejut. Dia pikir dan sangat yakin saat itu hanya ada dia dan Evri. Tapi rupanya... Reysa tau.

"Maafin gue waktu itu sempet minta lo buat jauhin Pak Aldrich. Tapi sekarang, please, gue tau lo cinta banget sama Pak Al. Maka dari itu, lawan Evri."

"T-tapi bagaimana sama lo?"

"Gue?"

Reysa tersenyum. "Sama kayak lo– gue bakal perjuangin cinta gue ke Denis."

"Serius?!"

Reysa mengangguk, pipinya mendadak bersemu. Malu. Tak pernah menyangka musuhnya selama hampir 3 tahun ini malah membuatnya bertekuk lutut.

Tak apa Reysa tidak mendapatkan Denis, mungkin nanti. Reysa yakin, hati setiap manusia bisa berubah. Mungkin hari ini Denis mencintai Reyna, tapi besok? Alam semesta pun tak bisa berkehendak jika memang hati sudah memilih jalannya sendiri.

My Perfect Teacher [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang