Lima hari lagi pensi di mulai dan Lisa belum mempersiapkan nya sama sekali.
'Huh gimana caranya ya' Batin Lisa saat ia akan memasuki rumah yang sangat besar namun tak ada ke bahagian di dalam nya menurut Lisa.
"Assalamualaikum" Salam lisa sambil mengetuk pintu Rumah nya.
"Waalaikumsalam neng" Jawab seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Bibi nya.
"Papa udah pulang bi?" Tanya Lisa Sambil melepas sepatu yang ia kenakan.
"Udah neng, dan sekarang neng di tunggu tuan katanya mau ada hal yang di bicarakan" Jawab bibi.
"Soal apa?" Tanyanya lagi.
"Duka atuh neng bibi kurang tau, mending neng Lisa langsung samperin aja""Yaudah bi Lisa masuk dulu".
Sesampainnya di ruang tamu Lisa di sambut dengan pemandangan yang menurutnya penuh dengan drama.
Dimana Papa nya sedang mengobrol dengan nenek Lampir dan di samping nya ada Gigi. Sungguh Lisa ingin membunuh mereka. Yah kecuali Papanya."Lisa sini kamu nak" Seru sang Papa saat melihat Lisa berjalan menuju kamarnya.
"Ada apa Pa" tanya Lisa sambil duduk di sofa berhadapan dengan Papanya.
"Jadi gini Papa sama mamah kamu mau jodohin kamu sama anak rekan bisnis Papa" raut wajah Lisa berubah derastis. Jelas sang Papa yang membuat Raut wajah dan mood Lisa berubah derastis. Tidak kah dia memikirkan kalau anaknya ini baru pulang sekolah, bukannya menyuruh istirahat. Ini malah seperti ini.
"Maksud Papa apa!! Papa mau jodohin Lisa? Lisa gak mau Pa Lisa masih sekolah Lisa mau gapai cita cita Lisa, Lisa gak mau" Tolak Lisa. Yang membuat sang Papa menggeram tertahan.
"Lisa!! kamu ini, Papa mohon kamu jangan membantah, Papa gak pernah ajarin kamu buat membantah perkataan orang lain, apalagi orang yang lebih tua" Jelas sang Papa.
"Tapi Lisa tetep gak mau Pa Lisa mau sekolah, dan terus kenapa Gak Gigi kenapa harus Lisa Pa kenapa, kan sekarang anak Papa udah dua, gak cuman Lisa doang" Tangis Lisa sekarang pecah.
"Yaudah si kamu nurut aja apa susahnya" Ini bukan Papa Lisa bukan, melainkan Sisil.
"Tapi aku gak mau Pa Please ini bukan sinetron pa bukan, come on ini jaman Milenial, udah gak musim jodoh-jodohin anak. Jadi Please Pa batalin ini" Mohon Lisa dengan derai air mata.
"Kamu tetap di jodohkan" jawab Papa Lisa.
"Kenapa Pa kenapa? kenapa harus Lisa kenapa gak Gigi"
"Karena kakak mu ini mau Meraih mimpinya jadi Model" Jawab Papa Lisa yang membuat Lisa terkejut. Pasalnya Papa nya lebih mengutamakan Gigi di Bandingkan dirinya yang notabennya adalah anak kandung dia sendiri. Papa nya jelas-jelas lebih mementingkan masa depan Gigi, bukan dia?
"Hah!?? Pa, Papa gak salah kan? Papa lebih mentingin Gigi daripada Lisa?, apa Papa gak berpikir kalo Lisa juga punya cita-cita yang mau Lisa raih apa Papa gak mau liat Lisa sukses Pa!" Jawab Lisa dengan di penuhi airmata.
Diapun Langsung pergi dari rumah meskipun Papa dan Sisil meneriakinya tapi ia tak peduli.
Ia sakit dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Papanya hingga rela mengorbankan Masa depan Lisa.Lisa berlari menuju taman, dia duduk di bangku panjang, kosong dan Kotor seolah meng deskripsikan dirinya. Dia menangis tersedusedu ia memukuli Kursi yang terbuat dari kayu itu untuk melampiaskan amarah dan kekesalannya.
"Kakak kenapa Nangis terus kakak itu kenapa mukul-mukul kursi kasian kursi gak punya Salah" Suara seorang anak kecil itu menghentikan aktifitas Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.