Chapter 36

248 15 0
                                    

Lisa sedang merenung sendiri di dalam kamar. Di temani dengan hujan di sore hari, seolah tahu suasana hati Lisa yang tidak baik. Tadi, setelah bel pulang berbunyi. Lisa memutuskan untuk segera pulang.

"Kenapa kaya gini tuhan?" lirih nya. Satu tetes air berhasil lolos membasahi pipi tirus miliknya.

Kring
Kring

Lisa menoleh menatap hp nya yang berbunyi. Berniat mengabaikannya, tapi sayang. Bunyi itu tak mau berhenti berbunyi membuat Lisa menggeram kesal.

Lisa berjalan menuju nakas untuk mengambil hp nya. Dia mengerutkan dahinya bingung saat melihat nama si penelfon.

"Sisil?" gumamnya.

Lisa pun menekan tombol hijau lalu menggesernya. Menempelkan benda pipih itu di samping telinganya.

"Apa?!" tanya Lisa ketus.

"..."

"Lo jangan maen-maen sana gue ya!" ancam Lisa.

Lisa menggeram saat mendengar respon Sisil.

"Lo.."

"Akhhh! Manusia biadab! Awas lo Sisil" Lisa berteriak penuh emosi saat sambungan telfonnya di matikan sepihak.

Tak pikir panjang Lisa-pun segera menghubungi kontak Mila untuk meminta pertolongan.

"Mil tolong gue" ujar Lisa lirih.

"Tenang Sa, lo kenapa coba jelasin"

"Iya, gue-gue gak bisa jelasin sekarang. Gue minta lo jemput gue. Dan gue mohon ajak Bang Shawn Mil."

"Oke Sa, lo tunggu aja"

Pip

Lisa mematikan sambungan telfon, dia menatap langit-langit dan menangis.

"Tuhan gak adil" lirihnya. "Kebanap hidup gue sesial ini?" lanjutnya.

Tak terbendung lagi tangis Lisa. Seorang gadis mana yang akan kuat ketika semua beban batin menyelimutinya. Di usia nya yang masih muda dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Lisa lelah.

"Aku lelah tuhan, kenapa waktu itu cuman Mama sama Bang Lino yang di ambil? Kenapa aku enggak? Kenapa?"

Tok tok tok

"Sa!"

Lisa menghapus air matanya, berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu nya perlahan.

"Sa, lo gakpapa kan?" tanya Mila panik, saat Lisa membuka pintu kamarnya.

"Gue perlu pertolongan kalian" lirihnya.

"Minta tolong apa Sa?" kali ini Shawn bertanya dengan kilatan panik.

Lisa menghela napas "Papa" lirih nya. "Tadi Sisil nelfon gue, Papa di sekap sama Sisil, dan Sisil minta tebusannya dengan semua harta di alihkan atas namanya, kalo gak Sisil bakalan bunuh Papa Mil, dan tadi gue, huh, gue denger jeritan kesakitan Papa. Pasti Papa lagi di siksa, Papa lagi gak baik-baik aja."

Mila memeluk Lisa dengan yang tengah menangis.

"Gak bisa di biarin! Kita harus segera hubungin Polisi Sa" ucap Shawn.

Lisa menggelengkan kepalanya. "Jangan Bang, nanti kalo kita lapor Pilisi, Sisil bakal bunuh Papa. Gue gak mau kehilangan yang gue sayang lagi Bang"

Mila meringis, saat mendengar Lisa terisak di dekapanya. Dia tidak bisa membayangkan jika dia yang berada di posisi Lisa sekarang.

"Kalo gitu, lo tau alamat di mana Papa lo di sekap?" tanya Mila.

Lagi-lagi Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya.

LALISA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang