Chapter 42

288 20 0
                                    

Semua orang yang berada di ruangan bernuasna putih itu menoleh menatap seseorang yang baru saja datang.

"Kenapa Zayn?" tanya seorang perempuan setengah baya yang tengah memegang mangkuk berisi bubur.

Zayn mendudukan bokongnya di sofa dekat jendela, dia memandangi semua orang yang berada di sana satu persatu. Zayn menghela napas, dia menggaru pelipisny yang gak gatal. Dia bingung harus bercerita dari mana tentang masalah ini pada dua keluarga yang sedang berkumpul di ruangan ini. Awalnya dia ingin menceritakan hal ini hanya pada keluarga intinya saja. Tapi masa dia harus mengusi orang-orang ini.

"Zayn!" tegur sang Mama yang melihat anaknya bengong.

Zayn menoleh, menarik napas dalam-dalam. "Hamil" gumamnya.

"Hah?" Papa Zayn mengerutkan dahinya bingung, "siapa yang hamil? Kamu?" tanyanya dengan kekehan.

Zayn menggelengkan kepalanya, "sebelumnya Zayn mohon sama kalian jangan ada yang potong ucapan Zayn, sedikitpun, tunggu sampe Zayn beres cerita, setelah itu kalian bebas mau ngapain. Ngerti?"

Semua orang yang berada disana mengangguk, Zayn menoleh pada seorang gadis kecil yang tengah memandangnya bingung.

"Bi, tolong bawa dia keluar" ujar Zayn pada seoarang pengasuh adik dari sodara tirinya. Zayn berjalan menghampiri gadis blasteran itu, ia menunduk "kamu keluar dulu sama Mba ya" ujarnya lembut.

Gadis itu mengangguk, "iyah Kak" Zayn tersenyum. Mengusap kepala gadis itu.

"Sebenarnya kamu mau ngomong apa si Zayn, serius banget" ujar Malik Papa Zayn.

"Oke, sekarang Zayn bakal cerita. Tapi, seperti yang udah Zayn bilang tadi jangan ada yang potong ucapan aku" ujarnya.

"Mama inget, waktu aku minta ijin keluar sama Gigi dan aku gak pulang semaleman?" tanya Zayn.

Mama mengangguk, waktu itu dia sangay khawatir karena Zayn yang berjanji tidak akan pulang larut, malah tidak pulang sama sekali.

"Zayn waktu itu ke club sama Gigi. Awalnya Zayn nolak waktu dia dan temennya kasih minum, tapi pada akhirnya Zayn minum" Zayn menghela napas berat sebelum melanjutkan ceritanya. "Zayn minum, Zayn kira itu minuman berakohol biasa. Tapi hal aneh baru terasa beberapa menit setelah dua gelas terakhir, ternya mereka masukin obat perangsang dalam minuman itu. Gigi hamil, anak Zayn"

Trisha membekap mulutnya takpercaya. Semua yang berada di sana membelakakan matanya tak percaya.

Bug

Suata pukulan terdengar jelas dalam ruangan yang di dominasi oleh suara dentingan jam.
Zayn tersungkur setelah mendapat pukulan dari Malik, dia tidak melawan. Dia tersenyum karena Papanya melakukan hal ini, karena dia memang pantas.

"K-kamu bercandakan?" tanya Trisha.

Zayn menggelengkan kepalanya.

"Apakah kamu yakin dia anak kamu?" tanya seseorang yang lebih muda beberapa tahun dari Papanya. "Mungkin dai jebak kamu" lanjutnya.

"Zayn gak tahu, setelah bayi itu lahir Zayn bakal tes DNA buat buktiinnya"

Trisha memandang kecewa pada anaknya, pipinya sudah basah karena air mata. Hati Zayn merasa nyeri saat melihat ibunya menangis. "Sekarang kamu mau apa? Sekolah kamu belum selesai"

"Kalo dia bener anak Zayn, ijinin Zayn buat rawat dan besarin dia. Sebejat apapun ibunya tapi anak yang dia kandung adalah anak Zayn. Zayn gak mau anak Zayn tumbuh dan besar di lapas"

Trisha mendekap Zayn dalam pelukan hangat, Zayn melotot tak percaya. Tak mau menyianyiakan ini, dia langsung membalas pelukan hangat sang Ibu, dia menangis.

"Pilihan yang tepat, bagaimanapun jika hasil tes DNA itu menyatakan kalau kamu Ayah biologis anak yang di kandung oleh Gigi, kamu harus merawat dan membesarkannya. Dia anakmu, darah dagingmu"

"Ma!" tegur Malik.

Trisha melepaskan pelukannya, "kita bisa apa Pa? Nasi udah jadi bubur. Bagaimanapun dia cucu kita" ujar Trisha menahan mati-matian rasa sakit dalam hatinya ketika mendengar anaknya harus menjadi seorang Ayah di usia 17 tahun.

Malik menggelengkan kepalanya, dia beranjak dari tempatnya dan pergi keluar. Zayn berdiri hendak mengejar Malik, tapi Om Min, mantan suami Mamanya mencekalnya.

"Biar Om saja" ujarnya. Om Min pun pergi menyusul Papa Zayn.

"Maafin Zayn Ma" gumam Zayn.

Trisha menghapus air mata anaknya itu "Mama kecewa, sangat kecewa sama kamu. Tapi Mama bangga karena kamu jadi orang yang bertanggung jawab atas apa yang kamu lakuin" ujarnya, Zayn tersenyum.

"Lisa tau?" tanya seseorang yang berhasil membuat Zayn terdiam.

💜💜💜

"Jae kok lo jahat si" ujar Mila sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Membuat Jaemin yang tengah meminum kopinya menolen bingung.

Setelah mereka menemani Lisa sampai tidur, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke cafe yang berada di dekat Rumah Sakit tempat Lisa di rawat. Nadia dan Shawn memilih untuk menunggu di sana, menemani Om Ridwan.

"Apasi?" tanya Jaemin.

"Mumpung gak ada siapa-siapa disini"

"Apaan anjir, lo mau buat mesum sama gue? Ogah"

Karena kesal dengan jawaban Jaemin, Mila melemparkan sedotan pada Jaemin.

"Jorok lo" protesnya.

"Bodo amat!" bentaknya. "Ayolah Jae, gue janji gak bakal kasih tau siapapun"

"Lo ngomongin apasi?" tanya Jaemin

Mila merotasikan bola matanya jengah, "orang yang mau donorin matanya buat Lisa" ujarnya geram.

"Ohh"

"Oh? Cuman oh?"

"Yah terus?"

Mila berdecak, "yah siapa anjir? Gue penasaran. Apalagi pas lo bilang dia sayang sama Lisa"

Jaemin menghela napasnya, "nanti lo juga tau" jawabnya.

"Gue mau taunya sekarang"

"Kenapa si ngebet banget pengen tahu? Kalo udah tahu emang lo mau apa? Sujud syukur depan dia, karena udah bersedia donorin matanya buat Lisa?"

Mila terdiam.

"Kok lo ngomongnya gitu?"

"Yah terus gue harus apa? Jujur ya Mil, kalian nanya sama gue siapa, siapa kaya gitu bikin gue pusing. Karena, jujur sebenarnya gue gak setuju sama keputusannya" Jaemin menghela napas, "emang kalo gue kasih tau lo orangnya, lo mau ngapain?" lanjutnya.

Mila terdiam, mencerna setiap ucapan yang Jaemin lontarkan.

"G-gue, gue mau berterima kasih sama dia" jawab Mila.

Jaemin tertawa sumbang, "gue yakin setelah lo tahu siapa orangnya, lo gak bakal percaya"

"Yah makanya gue nanya siapa?"

"Dia nyuruh gue diem dulu, jadi ini bukan mau gue buat rahasiain ini sama kalian. Kalian juga pada akhirnya pasti tahu" jelas Jaemin. "Gue kebelet" lanjutnya dan langsung beranjak meninggalkan Mila yang tengah berpikit keras.

Dia menghela napas berat, membuang jauh-jauh prasangka-prasangkanya.








~~~~
Alhamdulillah.

Gimanani puasa hari pertamanya? Lancar? Semoga lancar aja yah.
Jangan lupa juga buat selalu stay at home dan patuhi aturan pemerintah.

Ig: srhhxx_

LALISA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang