Extra Chapt satu

423 17 0
                                    

Lalisa menatap lirih pada sebuah pusaran, dia tak henti-hentinya menangis.

Seminggu setelah mengetahui fakta tersebut, baru kali ini Lisa bisa menjenguk Agust.

"Gust" panggilnya di tengah isakan.

Jaemin menengadah, enggan untuk mengijinkan air matanya jatuh. Dia sudah berjanji pada sahabatnya itu untuk tidak sedih berlarut-larut agar dia tenang.

"Seharusnya lo gak ngelakuin itu Gust"

Lisa memeluk pusaran yang penuh dengan tanah liat itu.

"Kenapa lo gak bilang soal penyakit lo" lirihnya.

"Udah Sa, ayo pulang udah mau hujan" ajak Mila.

Lisa tak mengindahkan ucapan Mila, dia masih enggan beranjak dari posisinya. Dia tidak peduli pakaiannya kotor.

"Sa, lo baru sembuh jangan buat Agust khawatir di sana" sekarang Nadia yang angkat bicara.

"Ayo Sa keburu hujan"

"Agust dinginan" gumamnya.

Jaemin menghela napas prustasi, "Sa! Agust udah tenang, dia udah bahagia sekarang di sisi tuhan. Dia gak lagi ngerasain sakit, dia udah bahagia Sa apalagi liat lo udah bisa melihat dengan matanya!" ujar Jaemin dengan suara yang meninggi. "Yang terpenting sekarang lo jaga baik-baik matanya, kalo lo sayang dia." lanjutnga. Jaemin berlalu pergi dengan napas yang memburu. Nadia berlari mengejar Jaemin.

"Kata Jaemin bener Sa, ini juga emang udah takdir" ujar Mila.

Lisa bangkit, dia memeluk Mila erat, Mila membalas pelukan Lisa tak kalah erat.

Sementara itu, Jaemin tengah berjongkok di depan TPU. Dia tak kuasa menahan tangis, mengapa setiap dia menatap mata Lisa, kenangan bersama sahabatnya selalu terlintas.

Dia tidak menyangka tuhan akan secepat ini mengambil sahabat kecilnya. Jaemin mendongak merasa ada seseodang yang tengah berdiri di depannga.

"Belum juga sejam lo ngomong sama Lisa buat gak nangis, biar Agust tenang" ujar Nadia.

Jaemin mengusap matanya. Memilih diam.

"Lo harusnya gak sekasar itu sama Lisa"

Jaemin terdiam, Nadia duduk di sebelah Jaemin. Menepuk lembut pundak lebar Jaemin.

"Setiap gue liat mata Lisa gue suka inget Agust Nad"

Nadia tersenyum "harusnya lo happy, berarti Agust gak sepenuhnya pergi. Bagian dia masih ada di Lisa. Lo harusnya jada dia"

Jaemin menghela napas.

"Sekarang lo minta maaf sama Lisa, kasian dia"

"Oke"

💜💜💜

Setelah mengunjungi pusaran Agust dan Jaemin meminta maaf pada Lisa. Lisa mengajak mereka untuk kerumah Agust, dia belum berterima kasih dan meminta maaf pada keluarganya.

Setelah sampai, mereka mulai memasuki rumah megah itu. Lisa menggengam tangan Mila waswas. Dia takut kalo keluarganya tidak setuju dengan pilihan Agust untuk mendonorkan matanya.

Langkah Lisa terhenti, dia menatap satu persatu semua orang yang berada di sini. Dia menatap tante Trisha yang tengah termenung di atas sofa.

"Tante" ujat Lisa.

Ibu dari Agust dan Zayn itu menoleh menatap Lisa dengan intens.

Lisa memeluk Trisha dengan sangat erat.

"Maafin Lisa tante maafin"

Trisha melepaskan pelukan itu, "gak sayang. Ini bukan salah kamu, kamu gak usah minta maaf" Trisha menyeka air mata Lisa. "Ini pilihan Agust, dia ingin sisa hidupnya berharga. Apalagi buat orang yang dia cinta"

Lisa menghela napas, kembali memeluk Trisha.

"Tante minta sama kamu, jaga baik-baik mata itu. Itu satu-satunya obat rindu tante. Tante juga mau ngucapin terimakasih sama kamu. Berkat kamelotot up Agust penuh warna" ujarnya.

Lisa mengangukan kepalanya dia tersenyum dalam dekapan Trisha.

Sementara itu, Zayn hanya bisa menatap punggung Lisa pasrah, tanpa ada niat untuk mendekat. Dia tahu, sekeras apapun dia berjuang sepertinya Lisa tidak akan lagi menjadi miliknya.

Trihsa menoleh, mendapati anaknya yang tengah menatap mereka di ujung paling atas anak tangga. "Zayn" tegur Trisha.

Zayn tersenyum canggung saat semua pasang mata menatap ke arahnya.

"Sini sayang" ajak Trisha. Zayn mengangguk, mulai mengambil langkah perlahan untuk menuju lantai satu. "Kita nginep di sini sampai hari ke tujuhnya Agust, yah hari ini. Sebenernya tadinya cuman tante doang tapi Zayn ngotot pengen ikut, alesannya si pengen sekalian nemenin adeknya Agust" cerita Trisha panjang lebar.

Zayn duduk di sebelah Jaemin, dia bergerak gelisah merasa canggung duduk bersama teman-teman Agust yang notabenya tidak dekat dengannya. Kecuali Lalisa.

"Ma gak di kasih minum tamunya" tegur Zayn.

Seolah tersadar Trisha langsung melotot "yaampun iya, maaf tante lupa" ujarnya.

"Gak usah repot-repot tante" seru Mila.

"Iyah tante, kalo bisa sama cemilannya"

"Jae!" tegur mereka.

Jaemin hanya cengengesan, sementara Trisha sudah pergi menuju dapur. Diam-diam Lisa tersenyum melihat Jaemin. Jaeminnya kembali.

Keadaan di ruang tamu mendadak hening, tak ada satupun diantara mereka yang hendak memulai percakapan.

"Gue bantu Tante Trisha dulu" seru Lisa memecahkan keheningan. Semua mengangguk, Lisa pun berlalu.

Dia berjalan menuju dapur, dia mengedarkan pandangannya melihat isi rumah Agust. Kemana Ayah dan Ibu baru Agust.

"Tante"

Trisha yang sedang menuangkan sesuatu menoleh. "Eh kenapa kesini?" tanyanya.

"Mau bantu tante" jawab Lisa.

"Gak usah sayang mendingan kamu duduk aja sama mereka" titah Trisha.

"Gak papa tante" Lisa tersenyum. "Oh iyah tante, Om Kim sama istrinya kemana?" tanya Lisa dengan suara pelan.

"Oh mereka semua pergi ke korea karena neneknya Agust sakit, mungkin karena kaget atas meninggal cucunya. Jadi mereka sekalian nitipin rumahnya sama tante, karena kebetulan Ayahnya Zayn juga ikut untu urusan bisnis" terangnya "kenapa gitu?" tanya Trisha.

Lisa menggelengkan kepalanya, "gak papa tante, cuman bingung aja gak ada mereka. Ternyata lagi keluar negri"

Trisha tersenyum menganggapi.

Sementara itu Lisa tengah sibuk mengeluarkan es batu dari dalam lemari es, sampai tiba-tiba pertanyaan Trisha membuatnya mematung di tempat.

"Gak ada kesempatan lagi buat Zayn ya Sa?"

Lisa menoleh, tersenyum canggung.

"Zayn cerita sama tante kalo dia baru nyeritain semuanya sama kamu"

Trisha berjalan mendekati Lisa, dia tersenyum manatap lekat pada gadis di depannya. "Gak papa, itu hak kamu" ujar Trisha dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

"Tante gak kecewa sama Zayn?" tanya Lisa.

"Jujur tante sangat kecewa, siapih di dunia ini yang tidak kecewa atas perbuatan dosa yang anaknya lakukan?"

"Tapi tante juga bangga, karena Zayn mau bertanggung jawab. Dia mau mengurus dan membesarkan anak yang berada dalam kandungan Gigi jika itu benar anaknya" jelas Trisha.

Lisa mengangguk, menghela napas berat.

"Udah selesai tante" serunya.

Trisha tersenyum menepuk ringan pundak Lisa. "Jangan jadi pikiran ya kata-kata Tante"

Lisa mengangguk, mengambil alih nampan yang berada di tangan Trisha.







~~~~
Ig: srhhxx_

LALISA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang