"Ada masalah?" tanya Mila.
Lisa menoleh, menatap sahabatnya itu. Entah sadar atau tidak sedari tadi Mila selalu memperhatikan sahabatnya itu, karena dia lebih banyak diam tidak seperti biasanya. Yang selalu ceria walaupun banyak masalah, apakah topeng bahagia Lisa tertinggal ya.
"Engga kok" jawabnya. Lisa kembali ke kegiatan semula. Menyalin catatan yang semoat tertinggal.
"Sa, gue tau lo gak setahun dua tahun. Jadi please lu jangan bohongin gue"
Lisa menghela napas, "gue cuman bingung sama prilaku Papa ke gua Mil" ujarnya.
"Kenapa? Apa yang Om Ridwan lakuin ke elo? Apa dia nyakitin lo? Bilang ke gue" oceh Mila.
Lisa menggeleng, menatap intens sahabat kecilnya itu. "Gue gak tahu Mil, Papa kadang baik sama gue. Seolah gak pernah terjadi apa-apa, tapi gak jarang juga Papa suka bentak, dan sakitin perasaan gue. Gak bingung gimana coba gue" Lisa menghela napas nya gusar.
Tadi setelah sampai di sekolah, Lisa sama sekali belum bisa fokus, ia kadang melamun di tengah Guru sedang menjelaskan materi, sampai-sampai dia di tegur oleh Guru.
"Sabar aja Sa, gue yakin masalah nya akan cepet selesai"
Lisa menganggu. "Gue harap gitu."
Mila menganggukan kepalanya, lalu tersenyum. Kembali menulis meneruskan tugasnya, tak berbeda dengan Lisa. Ia memilih melupakan sejenak masalahnya, dan memfokuskan fikirannya pada pelajaran.
Tak terasa, waktu istirahat pertama pun tiba. Lisa, Mila, dan Nadia pergi ke kantin lantai satu. Sedangan Agust, dan Jaemin. Mereka memilih untuk pergi ke Perpustakaan, untuk menyelesaikan tugas mereka yang belum selesai.
"Pesen apaan sok, gue yang pesenin. Tapi yang bayar masing-masing"
Lisa berdecih, "kirain mau di bayarin lo"
Nadia hanya menyengir sebagai balasan. "Yaudah sok atuh mau pesen apa?" tanyanya lagi.
"Biasa, nih uang nya. Kembaliannya lo ambil aja" Mila memberikan uang dua puluh ribu.
"Onta, mana ada kembalian inima. Paspasan gini"
"Yaudah si"
"Ck, lo apa Sa?"
"Sama kaya lo Nad, ketagihan gua sama jajanan lo" ujarnya.
Nadia mengangguk, dan berlalu pergi.
"Sa kok gue jarang liat Gigi yah? Kemana tuh orang, di rumah lo gk ada, di sekolah juga?" tanya Mila, heran.
Lisa mengedikan bahunya acuh, "mana gua tahu, gak urus lagian" jawabnya.
Mila berdecak, "Yaelah kagak usah sewot atuh mba"
"Abisnya si, males gue tuh kalo udah nyangkut soal dia"
"Iyahdeh maaf"
Tak lama Nadia datang dengan pesanan-pesanan milik Lisa dan Mila di tangannya.
"Kok lama?" tanya Mila.
Nadia berdecak, "penuh njir sama anak kelas sepuluh, liat noh ngantri. Beruntung gue punya trik tersendiri buat mengelabui adik kelas"
Lisa menaikan sebelah alisnya, "gayanya maen trik-trikan, trik apaan emang?"
"Paling pakr modus 'nanti aku followback deh' gitu, jangan lupakan kalau teman kita yang satu ini adalah selebgram Sa" ujar Mila.
Nadia hanya terkekeh senang, "iyadong. Padahal ma cuman modus doang gue" ujar nya di selingi ketawa renyah.
Lisa yang mendenger itupun hanya menggeleng kan kepalanya. Ada-ada saja tingkah temannya ini.
Mereka pun mulai menyantap makanan mereka masing-masing, di selingi dengan candaan-candaan dan obrolan yang Random.
💜💜💜
Tepat lima belas menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi, menandakan kalau waktu pulang sudah tiba. Tapi Lisa dan beberapa teman kelas nya masih anteng mengerjakan dari guru fisika mereka. Murid-murid terlampau rajin.
Lisa menghela napas lega setelah menyelesaikan tugasnya, Mila yang berada di sebelah nya menoleh "udah Sa?" tanya Mila.
Lisa menganggukan kepalanya "udah dong, gue mau ke tempat loker dulu ya. Mau ngambil baju olah raga gue"
Mila hanya mengangguk, "jangan lama. Soalnya bentar lagi gue selesai"
"Siap"
Lisa pun berlalu pergi. Loker nya berada di ojung koridor kelas, ralat memang semua loker siswa dan siswi kelas X1 berada di sana. Setela berjalan dari ujung koridor menuju ujung koridor lagi, akhirnya Lisa sampai.
Dia mengambil kunci loket di dalam tas nya, lalu membuka pintu loket ber cat biru dongker tersebut.
Dia mengambil setelan baju olah raga yang tadi ia bawa namun tidak terpakai, karena Guru nya berhalangan hadir. Saat Lisa akan memasukan seragam nya tersebut, sebuah kertas jatuh tepat di atas sepatu hitam milik nya.
Lisa berjongkok untuk mengambil kertas berwarna pink tersebut. Menutu pintu loker dengan wajah bingung sekaligus risih.Jangan di tanya lagi pasti kertas yang dia genggam ini kertas yang biasa dia terima di meja nya. Tapi tunggu kenapa kertas ini bisa ada dalam loker nya. Setahu dia loker nya selaly dia kunci, dan yah kunci nya selalu dia pegang.
"Sa!" Lisa menoleh cepat. "Biasa aja kali muka nya" lanjut orang itu.
"Gue kager Mil" jawab Lisa. "Udah nyatet nya?" tanya Lisa.
Mila menganggukan kepala nya, dahi nya bergelombang saat melihat sebuag kertas pink yang di pegang oleh Lisa.
"Lagi?" tanya Mila.
Lisa mengangguk, "tapi ini lebih parah" lirih nya.
"Parah kenapa?"
"Gue nemu kertas nya dalam loker. Dan seinget gue, gue gak pernah tuh lupa nutup loker, dan kunci nya selalu gue pegang" jelas nya.
Mila menggelengkan kepala nya "lo udah baca isi surat nya?"
Lisa menggeleng.
"Yaudah coba lo baca, atau sini biar gue baca"
"Gue aja"
Hai Sa, aku cuman mau minta maaf kalau aku suka buat kamu risih. Dengan datang nya surat ini, aku cuman mau bilang. Kalau aku sayang, aku cinta kamu Sa! Sejak pertama bertemu. Tapi aku gak berani bilang langsung, aku takut..
Oh iyah Sa, kalau kamu risih. Tenang aja, kayanya ini bakal jadi surat terakhir yang aku kasih buat kamuLove yaa
"Tenang Sa, surat terakhir kata nya" ujar Mila.
"Tapi gue penasaran sama orang nya Mil" jawab Lisa.
Mila mengangkat bahu nya. "Zayn?"
Lisa merotasikan bola mata nya malas "gak mungkin lah!" ujar nya dengan kesal.
"Yahkan siapa tau mba, dia kan punya seribu satu cara buat dapetin mangsa nya, kan lo juga salah satu mangsa nya"
"Mangsa endas mu! Udah lah gue pengen pulang, pusing gue lama-lama"
"Yauda ayu"
Mereka berdua pun mulai melangkah meninggalkan loker, dan seseorang di balik tembok dekat loker yang tengah tersenyum masam. Merasakan sesuatu yang sesak pada dada nya.
~~~~
Maaf typo nya ya guys. Dan kayanya sekitar dua chapter lagi cerita ini akan selesai yeay!!! Apa ending nya sad or happy? Kita liat saja okehhh

KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.