Setelah tadi sore mereka berdebat soal rencana apa yang akan mereka lakukan untuk membebaskan Papa Lisa, merekapun memutuskan untuk menginap di rumah Lisa. Mengingat besok pagi mereka akan pergi menuju Bogor.
Jaemin, terbangun dari tidurnya karena haus. Dia berjalan ke arah dapur.
Saat berada di pintu dabur, dia melihat Lisa yang sedang duduk di depan lemari es, dengan wajah yang ia sembunyikan di balik tekukan kaki."Sa" ujar Jaemin, Lisa mendongakan kepalanya. Terlihat wajah sembab dan lelah. Jaemin berjalan kearah Lisa, lalu duduk di sebelah Lisa. "Jangan nangis terus la, liat mata lo sembab. Udah jelek tambah jelek lagi" guraunya.
Lisa hanya tersenyum sekenanya, jika di waktu biasa dia pasti akan marah karena Jaemin telah mengatainya jelek.
"Tuhan jahat ya Jae?" lirih Lisa.
Jaemin menoleh, "Gak ada tuhan yang jahat Sa"
"Terus kenapa tuhan kasih hidup gue serumit ini?"
"Itu karena tuhan sayang sama lo, tuhan nguji lo. Seberapa kuat, dan sesabar apa lo hadapin ini semua. Tuhan kasih ujin ini karena dia tahu, lo mampu, Lisa. Lo mampu hadapinya."
Lisa menoleh, menatap lekat Jaemin, "kalo gue bilang sama tuhan, gue nyerah, gue gak mampu. Apa tuhan bakal cabut semua beban gue?"
Jaemin terdiam, otak lolanya yang tadi bijak kini tak bisa berfungsi. Jaemin hanya bisa merangkul Lisa. "Jujur, gue gak tau rasanya ada di posisi lo. Tapi seenggaknya lo harus berjuang"
Lisa tertunduk lesu. "A-Agust kemana Jae?" tanya Lisa ragu.
Jaemin terdiam, Lisa menoleh kembali menatap Jaemin yang terlihat bingung. "Jae!" tegurnya.
"Eh-hah?" tanyanya, Lisa mengerutkan dahinya bingung "Oh! Agust ya, dia lagi ada urusan keluarga. Sama keluarga Papa nya, iyah gitu"
Lisa menganggukan kepalanya.
"Yaudah mending sekarang lo pergi ke kamar, terus istirahat. Besokan kita mau jadi agen mata-mata untuk sehari" ujar Jaemin, di sertai gurauan.
Lisa tersenyum, "makasi ya Jae, lo udah mau bantu gue" ucapnya tulus.
"Gak gratis"
"Ck, mau apa?" tanya Lisa malas.
"Gue mau lo, dan semua sahabat gue bahagia,sehat terus." ujarnya. "Termasuk dia" gumam Jaemin, yang tidak terdengar sama sekali oleh Lisa.
Lisa tersenyum, "cocwitt"
"Jiji Sa muka lo, udah ah ayo"
💜💜💜
"Lo yakin Jae posisi Sisil ada di daerah ini?" tanya Shawn ragu.
"Iyah Bang gue yakin" jawab Jaemin, dia tengah fokus menyetir di depan. Sekitar empat jam yang lalu mereka pergi dari rumah Lisa untuk mencari Papa nya.
"Tapi tempat nya kaya rame gini" timpal Nadia.
"Rame apanya?" tanya Mila "sepi gini juga Nad, serem"
"Rame tuh, banyak truk"
"Gue tau tempat ini, dulu gue pernah di ajak ke sini sama Mama. Mama pernah mau bikin Villa, dan udah setengah jadi, buat hadiah ulang tahun pernikahan. Tapi Mama keburu gak ada" jelas Lisa.
"Terus kenapa Sisil bisa tau tempat ini?" tanya Shawn.
"Karena Sisil yang cariin Mama tempatnya"
Mereka semua menganggukan kepalanya.
"Kemana lagi?" tanya Jaemin bingung.
"Lurus aja Jae, nanti ada kaya hutan kecil kita berhenti di sana. Soalnya tempatnya ada di dalam hutan kecil itu" jelas Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.