Hari senin menyambut. Lalisa Manoban, seorang gadis cantik sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Ia melangkah menuju lantai satu untuk sarapan.
Hening.
Mungkin Papa nya masih bertugas, Ibu tirinya? Jangan tanyakan. Nenek lampir itu pasti selalu mengikuti kemanapun Ridwan pergi.
"Pagi Neng" sapa Bibi, dari arah dapur sambil membawa susu coklat panas untuk Lisa.
Lisa tersenyum manis. "Pagi Bi" balasnya. "Anak lampir belum bangun Bi?" tanyanya.
Bibi mengerutkan dahinya merasa bingung. Anak lampir? Ia rasa, selama ia bekerja di kediaman Ridwan tidak pernah ada orang yang bernama anak lampir. "Anak lampir? Siapa Neng?" tanyanya bingung.
"Itu lo Bi, si Gigi iyuuu" jawabnya.
"Ohh, Non Gigi. Ngong dong Neng. Non Gigi belum bangun Neng, orang jam 3 baru pulang" jawabnya.
Mata Lisa melotot dan hampir menyembur Bibi dengan susu yang berada dalam mulutnya. "Jam 3? Dia baru pulang?" tanyanya tak percaya.
"Iyah Neng, orang Bibi yang bukain pintunya"
"Gila tuh anak, gak inget apa sekarang sekolah. Diakan senior mau lulus. Aduh anak tolol ma gitu" cerca Lisa.
"Huss neng, gak boleh gitu. Gak baik" tegur Bibi.
"Iya-iya maaf Bi, yaudah Bi, Lisa mau bangunin tuh anak lampir dulu" ucapnya.
"Gak usah neng, udah biar Bibi aja. Neng Lisa sarapan aja"
"Oooo tidak bisa, Lisa harus turun tangan." ucapnya.
Lisa-pun pergi menuju lantai dua tepat menuju kamar Gigi. Setelah sampai tepat di depan kamar Gigi, Lisa menggulung lengan bajunya menjadi lebih pendek. Seperti akan tauran.
Tok tok tok
"BANGUN!" teriaknya sambil terus mengetuk pintu kamar Gigi.
Hening.
Tak ada respon dari sang empunya kamar, Lalisa terus mengetuk sambil berteriak tanpa henti. Dan yap usahanya berhasil. Gigi keluar dengan muka bantal dan rambut berantakan khas orang bangun tidur.
"APAAN SI LO! PAGI-PAGI UDAH TERIAK-TERIAK, KURANG WARAS LO?!" bentaknya, karena merasa kesal tidurnya telah di ganggu.
"Dih gak nyadar diri, situ juga teriak. Berarti situ juga kurang waras dong?" ledeknya, dengan raut wajah datar.
"Lo ya!" ucap Gigi geram.
"Apa? Apa" tanya Lisa, menantang.
"Mau lo apa si huh? Pagi-pagi bangunin orang aja"
Lisa tertawa renyah. "Heh, mba. Lu gak inget sekarang hari senin. S.E.N.I.N. itu artinya ente harus sekolah" jelas Lisa.
"Males" ujar Gigi datar.
Lisa menggelengkan kepalanya dengan lebay. "Wah wah, mau jadi apa anda duhai manusia tak berotak. Masih muda udah males-malesan. Misqueen baru tau rasa yah anda" ujar Lisa.
Gigi merotasikan matanya malas. "Gue mah cukup tidur di atas kasur juga kaya" balasnya, membanggakan diri.
Lisa tertawa. "Wake up girl, gak ada cewe sukses di atas kasur. Yah kecuali Pelacur" ujarnya.
Gigi melotot. "Jadi lo ngatajn gue pelacur? Iya!"
"Eh eh sori, gue gak bilang lo pelacur ya"
"Tadi lo bilang!"
"Dih kapan? Gue cuman bilang, gak ada cewe yang sukses di atas kasur kecuali pelacur. Kok lu nyolot. Kenapa? Merasa?" tanya Lisa dengan senyum meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.