Chapter 34

334 12 0
                                    

Selamat membaca:*

"Kerumah Lisa Gust" ujar Mila yang duduk di sebelah Agust. Sekarang mereka sedang terjabk lampu merah saat perjalanan pulang.

Agust menaikan sebelah alisnya, "semua?" tanyanya.

"Iyah Gust, mau pada nginep rumah gue" jelad Lisa, Agust menganggukan kepalanya, langsung saja ia melajukan mobil Jaemin dengan kecepatan sedang saat lampu hijau menyala.

Merasa tidak nyaman dengan keadaan ini, Agust pangsung saja memecah keheningan dengan memutar lagu Fiersa Besari.

"Rencana kalian sebenarnya apasi?"

Nadia langsung menegakan tubuhnya, "kepo lu, kaya dora" jawabnya. Agust merotasikan bola matanya malas. "Lagian nanti juga lo tau" lanjut Nadia yang di angguki Lisa dan Mila.

"Yah tapi apa?" tanyanya lagi.

"Di bilang rahasia"

Agust hanya berdecak pasrah.

Terlalu asik mengonbrol, sampai tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Lisa. "Mampir gak Gust?" tawar Lisa.

Agust menggeleng, "gak Sa, si Jae sama Jeno udah nungguin" jawabnya.

"Yaudah, makasi yah udah anterin kita" ucap Mila. Agust mengangguk. Setelah tiga gadis itu turun Agust langsung melajukan kembali mobilnya.

Ketiga gadis tersebut pun, melangkah kan kaki nya menuju rumah Lisa.

Saat masuk, aura dingin dari AC lah yang pertama kali menyapa.

"Pada kemana Sa?" tanya Nadia. Lisa mengedikan bahuny acuh.

"Tau" jawabnya.

Mereka bertiga duduk di atas sofa ruang tamu Lisa. "Kalo mau minum ambil sendiri aja lah ya, males ke dapur gue. Jangan manja kalian" ujar Lisa.

Mila mencibir. "Tamu adalah raja Sa"

"Lah kalo tamunya macan macam lo lo pada mah, malah ngelunjak yang ada."

Nadia berjalan ke dapur. Ia mengambil air putih dan beberapa cemilan yang ia temukan di lemari es milik Lisa.

"Tau aja lho ya!" cibir Lisa. Nadia hanya tertawa tanpa dosa, dan mulai menyantap hasil rampokannya itu. Di bantu oleh Mila pastinya.

"Mulai sekarang ajalah" ujar Mila, disela acara ngemilnya.

Lisa menaikan sebelah alisnya. "Apa?" tanyanya bingung.

"Rencana kita, gue yakin Sa, kalo itu cewe lagi ada di tempat itu."

"Tapi Papa gue lagi pergi ke luar kota Mil" ujar Lisa lirih.

"Eh eh bentar deh Sa" ujar Nadia, "Papa lo kerja apa si, sampe-sampe sering banget ke luar kota?" tanya Nadia.

"Pengusaha Nad, gue juga gak tahu. Tapi Papa gue selalu bilang gitu. Padahal dulu dia gak pernah tuh bela-belain ke luar kota sehari dua hari buat rapat. Bisanya setiap cabang usaha Papa gue slalu ada tangan kiri Papa." jelas Lisa.

"Nahkan"

"Sori nih Sa, beberapa waktu lalu pas lo ngomong mau main kerumah mumpung gak ada Om Ridwan, kan gue pergi ke Mall dulu sama Bang Shawn. Di situ gue gak sengaja ke temu Om Ridwan yang lagi makan di salah satu tempat makan di sana." jelas Mila.

"Serius Mil?" tanya Lisa. Mila menganggukan kepalanya.

"Biar masalah cepet selesai, besok kalo Papa lo pulang, lo langsung telfon kita. Dan jalani misi kita, gimana?"

Mila dan Lisa mengangguk, menyetujui usulan Nadia.

"Makasih yah, kalian udah mau bantu gue. Terutama lo Nad, padahal kita baru kenal" ujar Lisa tulus.

"Alah jiji Sa gue mah gitu-gituan tu" saut Nadia.

"Gitu-gituan apa njir, ambigu"

"Otak lo!" ucap Lisa, sambil menoyor kepala Mila. Yang ditoyor hanya cengengesan saja.

"Semoga besok berhasil!" harap Lisa. Mila dan Nadia tersenyum mengaamini.

Lalu ketiga gadis tersebut larut ke dalam obrolan, para gadis. Terutama Lisa. Gadis itu tertawa terbahak, sedikit mengancam beban hidupnya agar menyingkir sejenak dari pikirannya.

💜💜💜

Pagi menjelang, Lisa sudah siap dengan seragamnya. Kali ini ia tengah fokus merias dirinya di depan cermin. Hanya riasan biasa, bedak, dan sedikit sentuhan pelembab bibir. Sudah. Lisa segera memakai dasinya.

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat Lisa menghentikan aktifitasnya sejenak. Membuka benda mati berukuran persegi. Nampak Bi Surti tengah tersenyum ramah.

"Sarapannya udah jadi" ujar Bi Surti. Lisa tersenyum, lalu mengangguk.

"Papa udah pulang Bi?" tanya Lisa berbisik.

"Udah" jawab nya, dengan suara berbisik.

Lisa terkikik geli, "kalo dua mahluk itu?" tanyanya lagi.

Bi Surti tak langsung mejawab, ia berusaha berfikir siapa orang yang di maksud anak majikannya itu. "Ah!" pekik Bibi yang segera membekap mulutnya sendiri. "Belum neng" jawabnya kembali berbisik.

Lisa menganggukan kepalanya, bi surti pun memilih untuk kembali. Sedangkan Lisa ia masuk ke dalam kamarnya, mengambil tas, dan hp. Lalu menyimpannya di saku bajunya. Lalu pergi menuju meja makan. Di sana sudah ada Papa nya yang sedang menyeruput secangkir kopi, dan membaca sebuah koran.

"Pagi Pa" sapa Lisa, Ridwan mengalihkan tatapannya, menatap anak gadisnya.

"Pagi" jawabnya sembari tersenyum, sangat tipis. Sampai-sampai hampir tidak terlihat jika saja Lisa tidak jeli.

Lisa memulai sarapannya, tidak ada suara, hanya dentingan sendok yang terdengar. Setelah selesai Lisa berdiri, merapihka seragamnya yang sedikit kusut.

"Lisa berangkat Pa" ujar Lisa, seraya mencium punggung tangan Ridwan.

"Sama siapa?" tanyanya.

"Mila Pa" jawab Lisa. Ridwab mengangguk dengan tangan masih mengenggam tangan Lisa, dengan raut wajah yang seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Ada yang ingin Papa bicarakan?" tanya Lisa.

Ridwan menggelengkan kepapanya, "tidak ada, sebaiknya segera berangkat" ucap Ridwan. Lisa mengangguk. Berlalu pergi, samar-samar Lisa mendengar Ridwan berucap 'Hati-hati'.

Mendengarnya membuat Lisa bingung, ada apa dengan Papa nya. Kenapa sikap nya selalu berubah-ubah. Kadang baik tapi tak jarang pula Papa nya menyakiti perasaanya. Apakah Papa nya memiliki ke pribadian ganda?

Lisa langsung menyingkirkan semua pemikirannya saat mendengar klakson mobil. Lisa segera berjalan, dan masuk ke dalam mobil. "Sori nunggu lama ya Sa, abisnya nih abak dandan lama" ucap Shawn yang berada di kursi pengemudi.

"Enak aja, Abang tu, mandi nya berjam-jan" ucap Mila.

Lisa hanya tersenyum, biasanya dia akan ikut menganggapi berdebatan adik dan kakak itu. Tapi kali ini Mood nya sedang tidak baik, jadi dirinya lebih banyak diam.

Di lain sisi seorang pria setengah baya, tengah mengacak-acak rambutnya prustasi, merasa gagal menjadi seorang, orang tua tunggal yang membahagiakan anaknya. Sementara ia malah menyakiti perasaan anak nya.

Melempar sebuah koran asal, lalu terduduk sambil terisak. "Maafin Papa Sa" lirihnya.

~~~~

Maaf typo nya yaa, maaf juga lama up nya. Lagi mau so sibuk nih aku😂 vomment nya di tunggu.

LALISA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang