"Kamu jangan ngomong yang engga-engga yah" suara tegas itu membuat Lisa kaget.
"Tapi Lisa ngomong apa adanya" bela Lisa dengan air mata yang sudah meluncur bebas di pipi mulus gadis itu.
"Boong lo, gue gak pernah yah ngelakuin itu" elak seseorang dari ambang pintu.
Lisa berbalik untuk memandang Gigi. Sungguh dia sangat benci hal ini. Hal dimana ayah nya lebih memilih membela 'dia' di banding dirinya.
Jika ia bisa memutar waktu ia sangat ingin mengikuti sang bunda pergi.
"Kamu Lisa! Papa gak pernah ngajarin kamu untuk memfitnah orang! Apalagi dia kakamu Lalisa Manoban!" bentak Ayahnya.
"Lisa gak boong" elak Lisa dengan suara parau. "Ini kenyataan, dia sama ISTRI baru Papa, berniat buat bunuh aku sama Papa kalo udah mendapatkan semua keinginananya, mereka berhasil buat Mama sama Abang pergi, dan sekarang target mereka adalah kita. Aku gak tau alasannya kenapa mereka menyakiti keluarga kita!"
Plak
Satu tamparan telah bebas mendarat di pipi mulus Lisa, sang gadis hanya bisa terdiam merasakan pedih nya tamparan dari seseorang yang sangat ia benci.
"Kamu tuh gak tau diri banget ya" ucap orang itu dengan senyum meremehkan. "Udah sukur saya tampung kamu dan ayah kamu di sini" lanjut nya.
"Maksud kamu apa Sisil!" ucap Ridwab tegas.
"Semua yang Lisa katakan memang benar, kamu tidak ingat yang kamu lakuin sama aku dan anak ku huh?" tanya Sisil.
Ridwan bungkam seribu bahasa, sedangkan Lisa hanya menatap miris.
Dan di saat itu Sisil mengeluarkan senjata api nya, yang membuat mata Lisa melebar seketika. Sisil mengarahkan senapan itu tepat di arah kepala kiri Ridwan yang membuat Lisa mendadak sesak.
"Lo boleh bunuh gue tapi engga sama bokap gue" ucap Lisa dengan suara yang bergetar.
Sisil tersenyum bangga. "Oh tenang, kalo bisa duaduanya kenapa harus satu" ucap nya.
Duar
Dan tanpa di aba-aba satu peluru berhasil meluncur.
"PAPA"
Mata Lisa terbuka lebar, napas nya tidak beraturan. Mimpi macam apa itu batin Lisa.
"Sa lo kenapa" tanya Mila yang terbangun saat mendengar teriakan Lisa.
Lisa masih mengatur napas dan degup jantung nya. Mimpi itu terasa sangat nyata baginya.
"Sa!" tegur Mila sambil mengoyangkan bahu Lisa.
"Hah apa?"
"Nih lo minum" ucap Mila seraya memberikan satu gelar air putih yang di simpan di atas nakan.
Lisa menerima air putih tersebut lalu meminum nya sampai habis.
"Jadi, lo kenapa?" tanya Mila lagi.
"Gue cuman mimpi buruk" jawab Lisa.
"Segitu buruk nya yah sampe lo keringetan dan bengong" suara Mila mulai terdengar khawatir.
"Huh, cuman mimpi biasa dan gue cuman kaget doang" jawab Lisa.
"Yaudah sekarang kita tidur lagi"
Mereka pun kembali membaringkan tubuh nya di atas kasur, Lisa membalikan tubuh nya dan memungguni Mila. Lisa menangis diam-diam, ia memikirkan mimpi itu, bagai mana kalo mimpi itu benar- benar terjadi. Lisa harus pulang besok sepertinya dan menyingkirkan sedikiy ego nya, karena dia harus memantau sang Ayah, takut terjadi apa-apa yang tidak terduga jika dia tidak berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.