Lisa VOP
Hari ini, tepat di hari keudaku bersekolah, aku memutuskan untuk absen. Kenapa? Entahlah, aku merasa tidak enak badan. Mungkin ini dampak semalam aku menangis. Lemah memang tapi begi-tulah aku.
Hari ini rumah namapak sepi, Bibi pergi kepasar untuk membeli bahan-bahan dapur yang telah habis. Papa? Kerja pastinya. Si Nenek sihir itu? Entahlah aku tidak tahu dan tak mau tahu.
Setelah berdiam cukup lama dalam keheningan, tiba-tiba benda pipih yang sedari tadi aku genggam bergetar, dengan lagu dari NCT Dream yang mengiringinya.
Aku menatap sekilas layar HP-ku untuk mengetahui siapa yang menghubungiku siang bolong seperti ini. Setelah tahu siapa si orang itu, aku otomatis menggeser tombil hijau yang berda di layar.
"Halo?" sapa-ku, kepada orang yang berada di sebrang sana. Tidak ada sahutan darinya, aku melihat layar-ku, masih terhubung. "Ha.." saat aku mencoba menyapanya, lagi. Tiba-tiba orang di sebrang sana memotongnya. Dasar.
"Lisa lo sakit apa huh? Kenapa gak ngabarin gue?, ada ulangan tau gak sih, kalo gak ada lo kan gue jadi gak bisa nyontek. Lagian sakit kok gak ngajak-ngajak sii" ocehnya. Asataga entah mimpi apa aku dulu sampai-sampai bisa mempunyai teman seperti Mila. Dan yang lebih parah aku betah berteman denganya.
"Udah ngomongnya?" tanyaku.
"Udah" jawabnya.
"Mau apa lo telpon gue" tanyaku, lagi. Dengan nada kesal.
"Yah aku kan khawatir sama kamu" ucapnya dengan nada alay. Membuatku jiji setengah mati.
"Jiji Mil"
"Iyah-iyah maaf, ini serius yah. Lu sakit apa si? Perasaan kemarin sehat-sehat aja. Masig bisa makan seblak, eh apa gara-gara seblak yang kepedesaan kemarin? Kalo iyah wah gue harus hukum si Jaemin." cerocosnya, aku merotasikan bola mataku malas.
"Astaga, kalo nanya satu-satu bisa? Pertama, gue sakit demam, cuman demam. Kedua gue sakit bukan gara-gara seblak, apalagi gara-gara Jaemin. Gue mohon jangan sampai burung Jaemin lo tendang kaya temen kita dulu, ingat! Dia temen baru kita!" omel-ku. Pasalnya saat kita masih sekolah, di sekolah dulu kita. Dia pernah menendang aset berharga teman kita, Roni. Alasanya sepele karena Roni tak sengaja menyentuh bokong Mila. Sepele? Entahlah.
Terdengar helaan napas di sebrang sana.
"Iyah deh, abis pulang sekolah gue mau kerumah lo ya!" serunya.
"Gak usah Mil, lu pulang langsung aja, takutnya bonyok sama abang lho kwahatir" tolak-ku
"Ck, itumah gampang. Pokonya gue bakal kerumah lo." dasar Mila, sifat keras kepalanya kambuh lagih.
"Iyahdah" pasrahkh.
"Nah sip, yaudah gue tutup dulu telfonya ya. Bhayyy"
Panggilan-pun terputus sepihak.
Selagi menunggu kehadiran Mila, aku membuka laptop yang sedari tadi bertandar di meja belajar-ku, aku mulai membuka aplikasi menonton drama kesukaanku. Sambil menonton Drama, aku di temani dengan segelas susu jahe yang telah di buatkan oleh Bibi, setelah ia pulang dari pasar. Sekitar tiga puluh menit lalu.
Disaat aku sedang larut dalam dunia-ku, tiba-tiba pintu kamar-ku terbuka.
Ternyata Mila, sudah tidak heran lagi jika dia tiba-tiba masuk ke kamarku, dan sebaliknya.
Tanpa aku suruh dia sudah duduk terlebih dulu.
"Ih, masa sakit nonton si" ucapnya.
"Emang gabole?" tanya-ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.