Lalisa tampak gelisah saat menghetahui bahwa besok dirinya akan di oprasi. Dia takut, tapi dia lebih takut menatap kegelapan seperti ini. Lisa sangat berterima kasih pada siapapun itu yang sudah menolong Lisa. Lisa berjanji dia akan selalu mengenangnya. Jika dia masih hidup dia akan menjadikan keluarga.
Samar-samar Lisa mendengar pintu ruangannya di buka.
"Pa?" tanyanya.
Tidak ada jawaban, tapi Lisa merasa seseorang itu mendekatinya, dan duduk di kursi yang berada di sebelahnya saat mendengar suara decitan kursi.
"Kamu siapa?" tanya Lisa.
"Gue Agust Sa" jawab orang itu.
Senyum Lisa mengembang, "yaampun Gust, gue nungguin lo jenguk gue. Tapi kata Jae, lo ada urusan keluarga"
"Iyah sa, Maaf baru bisa nengok lo sekarang"
Lisa tersenyum dengan pandangan lurus kedepan.
"Gak papa Gust" jawabnya. Agust menghela napas, dengan ragu dia menyentuh tangan Lisa. Lisa terkejut dengan apa yang di lakukan Agust.
"Gue denger besok lo bakal oprasi mata ya Sa?" tanyanya. Lalisa mengangguk kaku karena tanganya yang di genggam oleh Agust.
"Selamat ya, semoga setelah oprasi besok lo bisa liat lagi seperti semula" ujar Agust.
Lalisa mengangguk mantap, dia tersenyum "iyah Gust makasih. Gue gak sabar buat liat kalian semua, apalagu li Gust soalnya udah lama gak ketemu"
Agust tersenyum, "pastinya Sa"
"Tapi gue takut Gust"
Mendenger itu Agust semakin menggam erat tangan Lisa, "gak usah takut Sa, demi diri lo sendiri" ujarnya.
"Em, tangan lo dingin banget Gust" gumam Lisa seraya melepasakan genggaman Agust di tangannya karena merasa risih. Tapi Lisa tak sepenuhnya bohong, tangan Agust memang sangat dingin.
Agust nampak kecewa saat Lisa melepaskan gengamannya, "emang iya? Karena di luar hujan kali yah" ujarnya.
Lisa tersenyum, Agust menikmati moment itu tanpa berkedip. Lisa tampak kurus saat terakhir mereka bertemu, lingkaran hitam di bawah matanya menandakan bahwa dia selalu bergadang.
Agust menghela napas berat, mengusape kepala Lisa dengan lembut. "Gue pulang dulu ya Sa, nanti Jae sama yang lain bakal kesini kok" ujarnya.
"Gak nunggu yang lain? Lo gak kangen mereka?" tanya Lisa.
"Gue buru-buru Sa, nanti kita ketemu lagi. Gue pamit Sa, jaga diri lo"
Lisa menoleh saat mendengar suara pintu tertutup. Dia tersenyum, tak sabar menunggu hari esok.
Tak lama, lagi-lagi telinga Lisa mendengar suara pintu terbuka. Dia kembali mengambil posisi duduk.
"Pa?"
"Hah? Ah gue bukan Om Ridwan Sa" ujar seseorang itu.
Lisa mengerutkan dahinya bingung.
"Gue Zayn" ujarnya, seolah bisa membaca pikiran Lisa yang nampak sedang kebingungan.
"Ah, Zayn" Lisa merutuki dirinya yang bisa-bisanya lupa dengan suara Zayn.
Lisa tersenyum kaku, dengan pandangan lurus kedepan. Sungguh Lisa risih dengan kondisinya, dia merasa ketakutan saat terbangung dan pemandangan gelap gulita yang dia dapat pertama kali.
"Gimana kabar lo Sa?" tanya Zayn.
"Baik, besok gue mau oprasi" jawabnya.
Zayn tersenyum, dia menunduk bingung. Hari ini dia harus bisa menjelaskan semuanya kepada Lisa dia tidak mau Lisa tahu dari orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.