Matahari mulai merangkak naik, menyinari setiap sudut bumi, dan insan yang berada di dalamnya.
"Udah pagi aja" keluh Lisa saat sudah terkumpul semua nyawanya.
Gadis itu berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil hudu. Setelah selesai, ia pergi ke sudut kamar yang terdapat mushola kecil disana, untuk melaksanakan kewajibanya.
Dulu, sebelum Ibu dan Kakak Lisa wapat, di kamar ini tidak ada mushola. Hanya saja ketika mereka sudah tiada dan Papa-nya jarang sekali pulang. Lalisa memutuskan untuk membuat mushola kecil di kamarnya, tapi sesekali Lisa akan solat di mushola yang berada di lantai bawah. Jika ia sedang merindukan mereka.
Setelah melaksanakan kewajibanya, Lisa masuk (lagi) ke dalam kamar mandi, untuk menjalankan ritual paginya. Setelah selesai Lisa memakai seragamnya langsung. Lalisa memposisikan dirinya di hadapan cermin, memoles sedikit bedak di wajahnya, dan tambahan lip tint.
"Beres!" serunya. Ia berjalan menuju meja belajar, mengambil tas yang sudah ia siapkan dari semalam.
Lalisa keluar dari kamar dan turun menuju lantai satu. Lisa nampak kaget, karena disana sudah terlihat Papa-nya sedang sarapan. Setau Lisa Papa-nya itu sedang keluar kota, dan baru saja kemarin berangkat. Lalu tumben sekali sekarang sudah berada di rumah. Biasanya jika beliau sedang pergi keluar kota, itu akan memakan waktu yang lams. Paling sebentar satu minggu. Itupun jika pekerjaan Papa-nya gampang.
"Pagi" ucap Lisa untuk berbasa-basi.
Ridwan menoleh dengan senyum tipis di bibirnya, sangat tipis. Samapai-sampai Lisa tidak melihatnya.
"Sarapan dulu" titah Ridwan, dengan pandangan yang kembali fokus pada makanan yang berada di depannya.
Lalisa menggelengkan kepalanya. "Gak Pa, Lisa buru-buru, Lisa takut telat." jawab Lisa.
Ridwan menatap benda bulat yang terpajang di lengan kirinya. Ini masih jam setengah enam, apa yang akan di lakukan anak bungsunya itu, sampai-sampai berangkat sepagi ini. Apakah Lalisa enggan sarapan bersamanya hinggs ia berangkat sepagi ini untuk menghindarinya. "Ini masih setengah enam Sa" ujar Ridwan.
"Eh, Lisa piket hari ini. Jadi harus berangkat pagi." bohongnya. "Yaudah Lisa berangkat, Assalamualaikum!" setelah mencium tangan Ridwan, Lisa langsung pergi tanpa menunggu jawaban salan dari Ridwan.
"Papa yang jahatin kamu, tapi kenapa Papa yang tersakiti."
💜💜💜
Lalisa berjalan melewati koridor dengan tertunduk. Keadaan sekolah masih sepi hanya nampak satu atau dua orang yang berlalu lalang. Saat Lisa berjalan melewati perpustakaan tiba-tiba seseorang menarik tanganya.
"Apa-apaan si lo!" ucapnya.
"Gue mau ngomong Sa!" ujarnya.
"Yah tinggal ngomong aja si, gak usah tarik-tarik segala."
"Sori, gue cuman mau gak ada yang denger aja."
"Emang lu mau ngomong apasi Zayn?" tanya Lisa.
Zayn menghela napas. "Sa" panggilnya lirih. Zayn menarik kedua tangan Lisa.
"Apasi?" tanya Lisa mulai geram.
"Sori" lirihnya.
"Untuk?" tanya Lisa, lagi.
"Semuanya"
Lisa menarik tanganya, dan menghela napas kesal. "Apasi lo, gak jelas banget." ujarnya dan berlalu pergi.
Sementara Zayn dia hanya terdiam bingung untuk menjelaskan.
Lalisa keluar dari Perpusatakaan dengan perasaan kesal. Maksud Zayn menariknya sebenarnya apa? Dan maksud kata Sori darinya sebenarnya apa?. Sori karena Zayn sudah jatuh cinta sama Gigi?.
Lisa memasuki kelasnya, dan duduk di kursinya. Saat sudah duduk Lisa melihat kertas berwarna hijau di atas mejanya.
Lisa mengambilnya. "Surat? Lagi?" ia menghela napas gusar.
Lisa membuka surat tersebut dan membaca isi surat tersebut, tak lupa di sebelah surat itu ada sebuah coklat matca kesukaanya.
Maaf jika surat-ku mengganggu-mu, tapi ini jalan satu-satunya untuk-ku mengungkapkan perasaanku padamu. Tanpa kau tahu siapa diriku.
Lisa mengerutkan dahinya. Bingung akan sang pemberi surat ini. Dan bagai mana dia bisa tahu jika Lisa tidak suka dengan surat yang ia kasih.
"Lagi?" ucap seseorang di sebelah Lisa.
"Kaget astaga." ucap Lisa. "Iyah ni" ucapnya sambil menunjukan kertas berwarna hijau tersebut.
Nadia mengambil surat tersebut dan membacanya. "Wah Sa, kayanya dia temen sekelas deh,soalnya dia tahu kalo lo gak suka sama surat yang kemarin." seru Nadia. "Apa mungkin, Lo Jae!" tuduh Nadia pada Jaemin yang baru saja datang bersama Agust.
"Apaan astaga, baru juga gue dateng."
"Ada apasi?" tanya Mila yang baru saja datang.
"Ini, si Lisa dapet surat lagi. Pake acara kasih coklat segala lagi." ucap Nadia.
"Wah Matcha, Lisa minta dong" seru Mila dengan binar.
"Ambil aja, gue lagi gak mood makan itu" serunya membuat Mila senang.
"Makasih" ucapnya.
"Anak geratisan dasar!" seru Agust.
"Ih Agust, kan mumpung ada yang gratis yah ambil aja" jawabnya, Agust hanya merotasikan matanya malas.
"Bukan lo Jae?" tanya Nadia.
"Apalagi si?" tanya Jaemin prustasi.
"Surat" ucap Nadia, mengangkat kertas berwarna hijau tersebut.
Jaemin menjambak rambutnya prustasi. "Astaga Nadia, gue bilang engga yah engga, ya Allah. Lagian gue mana suka yang tepos kaya dia."
"Sembarangan lo!" prostes Lisa.
"Yah terus siapa?" tanya Mila.
Jaemin mengangkat kedua bahunya acuh. "Mana gue tau, lagian kuker banget gue ngirim-ngirim surat kaya gitu."
"Udahlah, mungkin orang yang diam-diam suka ke lo, cuman gak bisa atau gak berani ngungkapinya langsung. Dan yah ngungkapin-nya lewat perantara, surat itu." jelas Agust, panjang lebar.
Lalisa menganggukan kepalanya mengerti. "Tapi nih, kalaupun bener yang tadi Agust bilang. Harusnya dia berani, harus laki gitu, ngungkapin ke gue langsung. Bukan lewat surat kaya gini, emang jaman baheula"
"Takut di tolak kali" ujar Jaemin, yang di setujui oleh semuanya.
"Yah seenganya dia coba dulu, siapa tahu gue terima apalagi kalo modelanya kaya Ji Chan Wook gitu."
Nadia menoyor kepala Lisa dari belakang. "Mimpi lo!" ujarnya.
💜💜💜
Lalisa sedang berjalan seorang diri di koridor. Ini masih jam pelajaran, ia keluar hanya untuk buang air kecil saja.
Lalisa menatap ke sekelilingnya sepi, hanya ada suara teriakan-teriakan dari tengah lapang. Mungkin sedang ada pertandingan antar kelas atau apalah Lisa tidak tahu.Saat Lisa sedang berjalan menuju kelasnya kembali, ia samar-samar mendengar pembicaraan di dalam sebuah gudang.
Dikarenakan jiwa kepo Lisa tidak bisa di tahan, ia berjalan mendekati sebuah gudang tersebut. Ia mendengar ada dua orang yang sedang berbincang di dalam. Entah apa yang mereka bicarakan, yang Lisa dengar hanya ucapan terimakasih, dan kata berhasil yang di selangi tawa memuaskan dari mereka.
Siapa orang itu? Apa yang mereka bicarakan hingga harus ada di dalam gudang berdua seperti itu.
Meskipun ia masih penasaran dengan hal tersebut, tapi Lisa harus kembali masuk ke kelas. Dengan rasa penasaran yang ada dia kembali menuju kelasnya, yang berada di ujung koridor.
~~~
Sori typonya:) vommentnya jangan lupa! See you💜
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.