Seseorang dengan hoodie hitamnya masuk kedalam ruangan serba putih, dia tersenyum miris menatap seseorang yang tengah terbaring lemah.
Pria itu mengelus surai lebat milik gadis tersebur, menggenggam tangannya. Rasa hangat langsung terasa saat dia menggenggam tangannya, kontras dengan rasa dingin daro tubuhnya.
Pria itu menghela napas, lagi-lagi hanya bisa tersenyum menatapnya. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku hoodienya, sebuah gantungan kunci milik Lisa. Pria itu menyimpannya tepat di samping nakas dimana Lisa berbaring.
"Semoga lekas sembuh" ujarnya dengan tangan yang masih menggenggam tangan mungil Lisa.
"Semoga ini menjadi penderitaan terakhir kamu"
"Semoga kamu selalu bahagia"
Dengan perlahan dan terpaksa, pria itu melepaskan genggaman tangannya pada tangan Lisa. Memandang wajah pucat Lisa sesaat, sebelum dia benar-benar pergi.
Saat sudah berada di ambang pintu, dia memandang Lisa, tersenyum kepadanya padahal dia tau Lisa sedang tidur.
"Selamat jalan Li"
Pria itupun benar-benar pergi.
Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali, merasa ada seseorang yang menggenggam tangannya. Dia ingin menoleh melit siapa orang yang datang, dia merasa kenal dengan bau parfum pria tersebut. Tapi sayang Lisa lupa bahwa dirinya buta.
Lisa menghela napas, mencoba mengontrol dirinya. Tapi sayang, luapan emosi dan kebencian terus merajalela dalam dirinya.
Samar-samar Lisa mendengar suara pintu terbuka. Lisa masih terdiam dengan tatapan kosong.
"Lisa!" tegur Mila.
Lisa tak menoleh, dia masih menatap lurus kedepan.
"Makan dulu yah Lis, ini gue bawa sayur sop buatan Bunda gue" ujarnya, Mila menarik kursi yang berada di sebelah tempat tidur Lisa. "Aaa, gue suapin" lanjut Mila.
Tak ada respon apapun dari Lisa, Mila menghela napas, menahan tangis agar tidak pecah di hadapan Lisa.
"Dua suap aja Sa?" tawar Mila.
Lagi-lagi Mila tidak mendapat respon apapun. Mila menghela napas berat, menggenggam tangan Lisa yang hangat.
"Sa, makan yah. Nanti lo sakit kalo gak makan"
"Gue emang udah sakit, gue buta, gue cacat"
Mila meringis mendengar ucapan Lisa, hatinya teriris.
"Jangan ngomong gitu Sa" tegur Mila.
Lisa hanya tertawa sumbang. "Tapi benerkan?"
Mila terdiam, bingung harus menjawab apa. Sampai keheningan menyelimuti mereka beruda, mereka bergelut dengan pikirannya masing-masing. Sampai kehadiran seseorang memecahkan keheningan mereka.
"Liaa udah makan?" tanya Shawn yang datang bersama Nadia dan Jaemin.
Mila menggeleng, Shawn menghela napasnya, terduduk di samping Lisa menggantingkan posisi Mila.
"Sa? Makan ya" ujarnya lembut, sembari menatap Lisa yang tengah melamun. "Sa!" tegurnya.
Lisa menoleh, bermaksud untuk memandang Shawn dengan mata butanya, Lisa malah memandang Jaemin, yang tengah berdiri di samping Shawn.
"Gue gak laper" lirihnya.
"Tapi lo harus makan Sa, biar cepet sembuh" kali ini Jaemin angkat bicara.
"Kalo gue makan menjamin mata gue melihat kembali, gue akan makan kali ini juga!"
Semua yang berada disana terdiam, sampai seruan dari Jaemin membuat semua menatap sangar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALISA (END)
Teen FictionKisah seorang gadis yang bertekad untuk membalaskan semua dendam yang terpendam pada dirinya. Dendam masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti.