02.

2.1K 350 165
                                    


Begitu banyak pertanyaan nyangkut di otak Zidny. Siapa? Kenapa? Kok bisa? Semuanya hanya bisa terjawab kalau dia bertemu kakak ganteng tinggi tadi. Bisa-bisanya ia dibuat mati penasaran hanya karena sebuah kalimat.

Zidny memainkan bolpoin yang ia pegang sambil menuggu pemberitahuan bahwa datanya sudah valid.

Sekitar 1 jam, perasaan legah Zidny kini terasa setelah dia di nyatakan valid dan diterima, nilainya juga cukup memuaskan. Maka dari itu dia lulus tes lisan.

"Hai..."

Zidny mendongak, ternyata cowok tadi, membuat Zidny hampir saja tersenyum. Ingin Zidny lontarkan semua pertanyaan yang ada di kepalanya namun dia urungkan karna menurutnya mungkin saja itu kebetulan, dia tidak ingin GR dulu.

"Gue denger, data lo udah valid?"

"Iyya kak" ucap Zidny tersenyum kikuk.

"Sekarang mau kemana?"

"Mau pulang"

"Gue anter?" Tawarnya pada Zidny.

"Loh?" Zidny sedikit kaget. Mereka kan baru kenal. Main ajak pulang saja. Tentu Zidny tak mau menerima tawaran kakak tinggi itu. "Nggak usah kak, aku bisa sendiri" Zidny tersenyum canggung lalu buru-buru pergi meninggalkannya.

_____

 
PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah). Sebenarnya Zidny tak niat untuk ikut itu karna pasti dirinya akan di dandani bak ondel-ondel serta di kerjai habis-habisan. Seperti saat pertama masuk SMP, rambut kuncir dua, kaos kaki selutut warna-warni, bando dari kawat, juga tas yang terbuat dari karung beras. Sungguh dirinya waktu itu hampir sama dengan orang gila di dekat lampu merah.

 
Hari itu pun di mulai. Masa orientasi akan menjadi awal dari penderitaannya di sekolah ini. Jika bukan karna ancaman bahwa tak hadir selama PLS akan mendapat sanksi hukuman membersihkan wc selama seminggu, ia tak akan masuk sekolah. Lebih baik menjalani PLS tiga hari dari pada membersihkan wc selama seminggu.

"Semuanya harap berkumpul di lapangan utama!!" Teriak seorang kakak ber almamater merah.

Kakak itu menggunakan microfon dari atas panggung, mencoba mengatur ratusan siswa-siswi yang juga sudah siap menderita, melihat dari cara bicara dan betapa berwibawanya dia, Zidny tebak mungkin dia ketua panitianya.
"Kalian di kumpulkan di sini untuk mengatur kelompok dan kakak pendamping yang akan mendampingi kalian selama PLS berlangsung. Jadi nggak ada istilah tuker-tukeran ataupun protes! Ngerti?!"

"Ngerti kak!" Jawab semua serentak.

Setelah di acak, Zidny sekelompok dengan siswa bernama Dian, Sarah, Asrul, Gilang, Jidan, Romi, Yana, Sindi, dan Dante. Yap setiap kelompok ada 10 orang peserta. Dan mengejutkan bagi Zidny, kakak dampingannya yang tadi terdiri dari dua orang cewek sekarang berganti jadi dua orang cowok. Dan dia cowok yang minggu lalu sok kenal dengannya. Si kakak tinggi tampan itu.

"Hai semuanya, kalian udah kenal belom sama kakak dampingannya??" Ucap seorang cewek di atas panggung mengambil alih mic menyapa peserta.

"Belum kak!" Jawab semua serentak.

"Ya sudah. Ini waktunya kakak pendamping kalian memperkenalkan diri di atas panggung di mulai dari aku. Okey, perkenalkan nama kakak Rosalina Anggreani, kelas 12 IPA 1, jabatan Sekretaris panitia" ucapnya lalu turun dari atas panggung.

Satu persatu panitia naik ke atas panggung, dan ini benar-benar membosankan bagi Zidny, ia bahkan hampir tertidur sangking lamanya perkenalkan itu. Apalagi mereka malah saling jodoh-jodohan, membuat drama tak jelas yang niatnya menghibur.

Hampir semuanya sudah memperkenalkan diri, Zidny menatap dengan mata menyipit ke arah panggung, ia sangat mengantuk. Namun saat giliran kakak pendampingnya yang naik ke atas panggung, kepalanya yang semula miring langsung tegak.
"Halo semua!!"

"Haloo kak!"

"Nama kakak Muh. Farhan Rajfiqalil kelas 11 IPS 2 jabatan koordinator seksi acara. Jelas ya?"

"Jelas kak!"

"Maaf nih nggak bisa lama-lama, sekian dari aku. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu!" Ucapnya lalu turun.

Waalaikumsalam kak!"

Mata Zidny tak teralih saat kakak tinggi itu mulai menginjakkan kakinya ke atas panggung. Semuanya seakan menatap ke arah cowok itu. Keren?? Ah tidak dia lebih dari itu, lesung pipi, kulit sawo matang, tinggi, dan manis. Bagai paket combo, semuanya ada pada si cowok itu.

"Haii, nama kakak Zaky Adante Pradip Aryana. Umur 18 tahun, jabatan wakil ketua osis 2, kelas 11 IPA 1..." semua mata seakan berbinar-binar menatapnya, senyumnya begitu manis dan mampu menghipnotis siapapun yang menatapnya, terlebih lagi dia waketos dan desas-desusnya ia sangat pintar. Terlihat dari tingkatan kelasnya saja semuanya sudah tahu, "...hoby aku main basket, paling nggak suka pedas, tapi sukanya kamu, eak" lanjutnya mengedipkan mata menunjuk ke arah Zidny. Tentu gadis itu kaget, tapi yang lain hanya menganggap itu sebuah lelucon.

Semua cewek histeris karna gombalannya. Berbeda dengan Zidny, dia mematung dengan detak jantung yang memacu begitu cepat, ia baru tersadar akan sesuatu. Cowok itu menatapnya tanpa henti, nyatanya bukan karna itu Zidny salah tingkah atau baper pada gombalannya tetapi...
karna DIA ZAKY!! ZAKY SI PENDEK NYEBELIN WAKTU SD?!

Zidny langsung tertawa, "hahaha nggak mungkin!"

Seketika ekspresi Zidny berubah drastis. Zaky yang tahu kalau Zidny sudah mengingatnya, ia langsung tersenyum semringah menatap gadis itu, bahkan setelah turun dari panggung pun mereka tetap tak melepas pandangan satu sama lain.

Sok manis! Batin Zidny sinis. Sialan gue ketipu!

Sarah, Dian dan yang lain berkumpul di kantin. Zidny yang baru datang pun langsung di persilahkan duduk oleh Jidan, teman kelompoknya.

"Ehh Zidny udah dateng, duduk sini aja" ucapnya menyuruh Dante berpindah tempat.

"Ellah dasar modus!" Gerutu Dante rela berpindah tempat.

"Lo kok cemberut gituh sih Zid? Ada masalah?"

"Enggak kok. Gue nggak papa" ucap Zidny lalu tersenyum sekilas. Semuanya memesan makanan pada ibu kantin lalu makan dengan khidmat sembari di bumbui suasana canda tawa.

"Gue boleh gabung nggak?" Suara itu sontak membuat semuanya mendongak melihat siapa yang berbicara.

"Eh kak Zaky, silahkan kak!" Jawab Sarah. Ia terlihat excited mempersilahkan Zaky untuk duduk.

"Elo?!" Ucap Zidny berdiri dengan tatapan tajam.

"Jadi elo si pendek nyebelin itu?!" Ucapan Zidny membuat teman kelompoknya terkaget dan menarik-narik baju Zidny agar tak kurang ajar pada senior.

"Hehe, Zid duduk ish!" Tegur Sarah.

Zaky tersenyum, "udah inget?"

Sekarang semua kepala menoleh menatap ke arah Zaky. Semuanya kebingungan bukan main, mereka terlihat mencoba mencerna percakapan kedua orang yang tengah berdiri di depannya. Yaitu Zaky dan Zidny.

"Gue kenyang!" Ucap Zidny menghempas garpunya, kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Dia tak habis pikir, Zaky kini membuktikan perkataannya, bagaimana bisa ia setinggi itu.

Di taman belakang, Zidny berdiam diri menenangkan otaknya yang lelah berpikir.

"Gue sekarang udah buktiin kan?" Suara itu membuat mata Zidny terbuka namun tak menengok ke belakang dimana suara itu berasal.
"Gue udah lebih tinggi dari lo..." Zidny masih tak berniat berbalik. Dia berniat pergi meniggalkan Zaky sendirian.

Bukannya di cegat, Zaky malah berteriak pada Zidny, "JANGAN NYESEL UDAH NOLAK GUE!"

"Anju! Ergghh!--" kesal Zidny menghentakkan kakinya dan mengepal kedua tangannya kesal membuat Zaky terkekeh gemas melihat tingkah gadis itu.
 
   
Tbc.

Hai, semoga kalian tahu ya cara menghargai sebuah karya:)

Makasih jika kalian peka💕

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang