34.

607 98 11
                                    

Holaaa! Maaf buanget aku sering molor kalau update, tapi nggak lama kok, paling telat sehari doang.

Oiya, jangan lupa tinggalkan jejak ya! Yang nggak paham, maksud gue VOTE wkwk.

Selamat membaca!
 
   

Paginya, Zidny berangkat tanpa sepengetahuan Zaky, ia benar-benar masih kesal pada cowok itu.

Di depan gerbang sekolahnya, ia melihat orang yang ia temui beberapa hari yang lalu, awalnya Zidny tak menggubrisnya karena mungkin saja bukan Zidny tujuan utamanya ke sini.

Tapi saat melewatinya, cowok itu malah menahan tangan Zidny,

"eh.. hai!" sapanya.

Mood Zidny masih tidak baik, jadi ia tak membalas sapaan cowok itu, tersenyum saja ia ogah, "ada apa ya?" tanya Zidny to the point.

"Gue yang waktu itu minta nomer HP lo" jelasnya cengengesan membuat Zidny risih, kalah moodnya sedang tidak bagus dan ada orang yang menganggunya, ia pasti akan pergi sebelum kata-kata kasar keluar dari bibirnya.

"Sorry kak,  gue lagi buru-buru" ucap Zidny melepas pegangan cowok itu, namun cowok itu malah berpindah ke hadapan Zidny sembari merentangkan tangannya.

"Kasih gue nomer lo dulu"

Siapa sih nih orang, bikin mood gue ancur aja! Batin Zidny, ia mendengus kesal, lalu memberikan nomor HP Zaky pada cowok menyebalkan itu, rasanya Zidny ilfeel melihatnya.

"Nih!" ucap Zidny menyerahkan nomernya di sebuah kertas kecil, membuat cowok itu tersenyum kegirangan.

_______

Di lain tempat, Zaky merasa tidak vit karena kepikiran Zidny, meski Zidny masih sempat memperhatikannya dengan membuatkan sarapan sebelum berangkat sekolah tapi Zaky masih saja lesuh walaupun perutnya kenyang.

Bruk!  Karena tak fokus, ia pun menabrak seseorang hingga buku-bukunya berserakan, "aduh.. sorry ya" sahut Zaky membantu memungut buku-buku tersebut.

Saat cewek itu mendongak, Zaky terperanjat, "eh lo temennya Damar ya?"

"Iya, lo Zaky kan?" jawab cewek itu dengan senyum, sesekali menyentuh kacamatanya.

"Iya" angguk Zaky tersenyum, "btw nama lo siapa? Gue belum tau"

"Gue Dona" balasnya malu-malu.

"Oiya lo liat Damar gak?" kini perhatian Zaky mengedar mencari keberadaan Damar, karena biasanya jam segini ia pasti sudah dari tadi menghampirinya.

"Katanya ke SMA cewek yang waktu itu dia ceritain ke elo" jawab Dona, kemudian beberapa bukunya kembali jatuh karena tangannya yang tak bisa menahan semuanya dengan baik.

"Lo kok bawa banyak buku sih?"

"Aku emang suka borong baca di perpustakaan"

Zaky terpukau, "keren juga, kalau gue sih males banget baca buku"

"tapi tetep pinter wkwk" lanjutnya dengan candaan, meski tak bersuara candaan itu berhasil membuat Dona tersenyum.

"Yaudah gue balik ya" Zaky pamit, sekilas ia melihat teman-teman sekelas Dona meledek Dona, mungkin karena Zaky membawakan buku-bukunya.

"Hati-hati!" teriak Dona kecil, mungkin hampir tak terdengar oleh Zaky yang sudah lumayan jauh.
 
  
_______

"Lo sendirian aja tadi? Zaky mana" sahutan itu sontak membuat Zidny menoleh ke atas, karena posisinya ia sedang duduk di pinggir lapangan.

Ternyata Gilang, "jangan ngomongin dia. Gue males" ketus Zidny berpangku tangan melihat pertandingan sepak bola yang sedang berlangsung.

"Berantem?" tebak Gilang terkekeh.

"Malah ketawa.." kesal Zidny.

Gilang ikut duduk di dekat Zidny, "bukan gituh.. lo kan udah tunangan, kenapa malah sering berantem sih?"

Zidny menoleh menegaskan, "Lang, jangan bahas dia please.."

"Oke oke. Terus gue harus bahas apa dong? Gagal move on gue ke elu?" celutuk Gilang, membuat Zidny memukul lengannya.

"Ngomong apaan sih lo"

"Becanda-becanda, sensian banget sih lo" Gilang mengacak rambut Zidny lembut, Zidny pun menahan tangan Gilang, menariknya ke sisi samping lehernya membuatnya seperti Gilang sedang merangkulnya,

"Gue seddih.. " curhat Zidny cemberut, ia sudah menganggap Gilang seperti abangnya, meski sebenarnya Gilang ingin mereka lebih dari sekedar abang dan adik, tapi menurutnya ini sudah lebih dari cukup, dengan begitu Zidny tak akan menjauhinya.

"Sedih kenapa lagi sih?"

Zidny mendongakkan kepalanya bak anak kecil, matanya bertemu dengan mata Gilang yang ternyata lumayan dekat, "bulu mata lo cantik banget Lang" tutur Zidny, ia bingung ingin mengatakan apa.

Gilang tersenyum miring, "lo salting ya?" tebaknya, membuat Zidny langsung mengalihkan pandangannya.

"Apaan! Nggak lah ngapain salting coba. Sama lo doang mah gue nggak bakal baper" sangkal Zidny kukuh.

"Yakin?" goda Gilang.

"Yakin!"

"Hahaha iya iya gue percaya!" Gilang tertawa melihat Zidny yang salah tingkah.

Kalau gue bikin lo baper, apa lo bakal jatuh cinta ke gue Zid?

________

Tbc.

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang