16.

951 166 67
                                    

"Astaga Zidny di apain!" Kaget Jidan membuat Zaky membungkam mulut Jidan.

"Liat apa sih lo? Brisik! Entar kita ketahuan"

"Gak ada. Kaget aja."

"Kambing lo!" Umpat Zaky.

Mereka berdua kemudian mencoba masuk namun terlalu banyak preman dan itu tak sebanding dengan mereka berdua, bisa-bisa mereka berdua di habisi sebelum menyelamatkanZidny.

Terdengar preman-preman itu ingin keluar sebentar untuk membeli sesuatu dan itu adalah peluang bagi mereka untuk menyelamatkan Zidny.

Setelah 3 preman sudah pergi, masih ada 1 dan itu akan mudah bagi kedua pria yang ingin menyelamatkan permaisurinya.

"Bukannya tadi ada 6 preman ya Ky?" Jidan menggerakkan jari-jarinya menghitung, dan hanya ada 4 preman. 2 nya mana ya? Batin Jidan

"Tinggal satu noh, mungkin 2 nya ke toilet, mending kita selametin Zidny secepatnya!" Balas Zaky.

Satu preman itu sedang duduk menikmati benda panjang yang mengeluarkan asap. Itu meempermudah Jidan dan Zaky untuk masuk, mereka berdua mencoba bergerak tanpa suara sedikit pun, saat Zidny melihat mereka berdua, matanya membelalak seakan mengisyaratkan sesuatu. Zaky menaruh telunjuknya di bibir tanda agar Zidny tak ribut dan membuat preman itu curiga, namun Zidny masih saja bersuara, seandainya pembekap mulut itu tak ada, Zaky pasti akan tahu Zidny ingin bicara apa.

"Zidny ngapain sih? Dia  bisa bikin kita ketangkep" ucap Jidan. Mata Zidny masih saja bergerak mengarah ke belakang dua pria itu, dan saat Zaky baru saja ingin berbalik, sebuah karung menutupi kepalanya.

Bodoh, Zaky mengumpat. Bukannya memang ada 6 preman, mengapa dia tak menghitungnya. Kedua pria ceroboh itu pun di ikat di sebuah kursi dalam keadaan kepala masih di dalam karung.

"Woi lepasin woi!"
Keduanya memberontak namun nihil, kekuatan preman itu masih tak sebanding dengan mereka.

"Lu bertiga pada kenal Dante kan?!"

"Dia sekarang buronan gue! Berani-beraninya dia ngancem pengen laporin gue ke polisi! Jadi.. kalian bakal jadi sandra gue, karna duit gue masih ada di tuh bocah biadap!"

Dante kenal orang ini? Batin Zidny.

"Lu pada pasti kaget kan? Hahaha si Dante itu ponakan gue! Dia idup, dia makan, gue yang ngasih dia duit!" ucapnya di selingi tawa.

Namun detik berikutnya, "DAN SEKARANG DIA BAWA LARI DUIT GUE! DASAT ANAK BRENGSEK!"

Apa? Dante pengedar? Ya ampun...

________

Flashback

Perasaan resah menyelimuti Dante, dia baru sadar bahwa tempat lomba diadakan adalah tempat yang sangat tak asing untuknya.

Sampai pagi itu dimana ia, Jidan, Dian, dan Zidny di tunjuk untuk mewakili sekolahnya untuk ikut lomba, keresahannya semakin bertambah, entah apa yang ia pikirkan.

Mati gua! Gimana kalo bang Abdal tahu gue di sini? Dan gimana kalo bang Abdal ketahuan? Gue bisa-bisa ikut ketangkep!

"Dan, lo gak papa kan? Muka lo pucet" tegur Zidny.

"Ehehe gak papa kok Zid, mungkin karna cuacanya dingin aja" cengir Dante.

Lomba di mulai dan mereka berempat masuk ke hutan mengikuti jalur yang di tandai dengan tali di sepanjang jalan yang sudah di tentukan oleh panitia. Dante makin tidak fokus, dan ketika tiga partnernya sibuk, ia keluar dari zona jalur yang sudah ditentukan.

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang