21.

879 138 49
                                    

Please jangan sider pleaseee....ಥ⌣ಥ

(¬_¬)ノAku akan sangat seanng kalau kalian klik bintang dan cora-coret di kolom komentar.

ಥ⌣ಥ yahh

Gadis itu pulang di antar oleh Gilang, tubuhnya lemas dan kepalanya pusing karena terlalu banyak menangis.

Baru saja ia mencoba menarik gagang pintu, namun Danu keluar seperti orang terburu-buru mengabaikan adiknya yang berdiri di sana. "Bang!" panggilnya pada Danu.

Namun Zidny hanya di acuhkan. Kenapa abangnya itu? Sikapnya aneh akhir-akhir ini. Apa ada masalah, mengapa Danu tak bercerita.

"Bun, Bunda!" teriak Zidny menuju dapur, sebelum itu ia hanya melempar tasnya di atas sofa.

"Bun, bang Danu mau kema--BUNDA??"

Zidny berlari ke arah mamanya yang sedang terduduk di lantai dengan tangisan. "Bunda, bang Danu ngapain bunda??"

Amara menggeleng namun masih dengan tangisan, "abang kamu Zid, abang kamu!" Amara memeluk putri semata wayangnya itu, tangannya makin mengeras.

"Kenapa sih bun? Bang Danu kenapa?"

"Dia hamilin anak orang,"

"Apa?!!" Zidny kaget bukan kepalang, tidak mungkin abangnya seperti itu, ia tidak percaya.

Tapi tespack tempo hari.. Apa itu milik perempuan yang di hamili bang Danu? Zidny benar-benar bingung.

****

Di lain tempat Zaky sedang berdebat dengan Bundanya. Dirinya sangat marah, mengapa tidak? Dia di paksa untuk segera melamar Rena. Menjadi pacarnya saja Zaky sudah tersiksa lahir batin.

Bundanya menangis, "Ky, ini semua bukan keinginan bunda,"

"Lalu siapa? Keinginan Rena?!!

Bunda mau-mau aja di perintah sama dia!" bentak Zaky agak keras membuat papanya yang ada di ruang tamu langsung mendatanginya ke kamar.

Plak! Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Zaky "Berani-beraninya kamu ya, bentak bunda kamu sendiri!!"

Zaky tersenyum, namun dengan senyum penuh amarah, "trus kenapa Zaky harus nikahin cewek jalang itu Pa?!"

Plak! "Jaga ucapan kamu!" lagi-lagi Zaky mendapat jackpot. Bundanya langsung memeluk anaknya itu, "cukup Pa, cukup!! Zaky itu lagi sakit."

"POKOKNYA ZAKY GAK MAU NIKAH!"

Zaky keluar setelah mengatakan itu, namun langkahnya terhenti saat ayahnya mengatakan, "Kamu mau nikah atau Bunda sama Papa di permalukan oleh ayah Rena??

Zaky berhenti namun tak berbaik, ia masih diam mendengarkan perkataan ayahnya.

"Nasib perusahaan ayahmu ada di tangan papa nya Rena, sayang. Kalau kamu nggak mau menikahinya, saham yang ada di perusahaan ayahmu akan di tarik dan kita akan bangkrut.

Ayahmu masih perlu terapi Zaky, dan kamu belum sepenuhnya sembuh hiks.. Bunda tidak masalah kehilangan harta, bunda hanya tidak mau kehilangan kalian"

Mengingat kalau Papa Rena adalah pemegang saham terbesar di perusahan Ayah Zaky, itu membuatnya frustasi. Apa yang harus ia perbuat, dari kecil ia hanya berjanji ingin menikahi satu wanita, yaitu Zidny.

Gadis kecil songong yang tak bisa ia lupakan.

Zaky beranjak tanpa mengeluarkan kata-kata. Ia tahu harus kemana.

*****
"Bang, tadi dia nangis di rooftop,"

"Lo yang bikin nangis?"

"Bukanlah, yee main nuduh aja lo"

"Terus?"

"Dia keknya masih suka sama Zaky. Tau kan, Zaky itu punya pacar baru yang katanya mantannya dulu." jelas Gilang.

Kemudian ia beranjak dari kasur kakaknya. "Gue ke dapur dulu ya bang, entar gue cerita lagi"

Drrttt..drttt...
Ponsel Gilang bergetar, Zahdan awalnya tak menggubrisnya namum lama-lama ia terganggu. Zahdan mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfon.

"Halo?"

"Hiks.. Gilang gue punya masalah. Gue harus gimana?? Gue butuh lo"

"Lo dimana?" balas Zahdan.

"Di Cafe deket sekolah"

"Yaudah tunggu gue,"

Gilang mendengar semau itu di balik pintu, ia tersenyum. Ia tahu harus apa.

Ia kemudian membuka pintu kamar Zahdan, "bang nih minumanya,"

"Eh oiya gue ada janji sama Dante buat ngerjain proyek ilmiah gue, bang gue gak bisa cerita sekarang, sorry ya"

"Tapi Lang---" Belum sempat Zahdan memberi tahu bahwa Zidny menunggunya di Cafe, pintu sudah di tutup rapat oleh Gilang.

Zahdan bingung harus apa, namun tidak ada pilihan lain kecuali dialah yang ke sana.

Ia pun mengambil langkah seribu untuk mengganti pakaian dan langsung meluncur ke tempat Zidny berada.

Tak butuh waktu lama ia langsung turun dari motornya, mencari keberadaan perempuan yang ia tak suka jika menangis.

Matanya tertuju pada punggung perempuan yang sedang duduk sendiri, benar itu Zidny. Langsung sah ia menghampiri nya.

"Zidny kamu gak papa?"
Zidny kaget melihat siapa yang datang karena yang ia harapkan adalah Gilang bukannya Zahdan.

"K--kak.. Zahdan? Ngapain di sini?"

Mengapa Zahdan yang datang? Kemana Gilang?

Zidny mengedarkan pandangannya keluar mencari keberadaan seseorw
ang, iya dia bisa melihat orang di luar karena hanya ada kaca transparant yang membatasinya dengan jalanan di luar.

"Kakak ketemu Gilang ya?" itulah tebakan Zidny.

"Em--enggak"

"Trus kok kakak ada di sini?"

"Udah gak usah pikirin itu, kamu kenapa nangis? Siapa yang nyakitin kamu?" tanya Zahdan beruntun.

"Kakak tahu dari mana?" Zidny makin bingung, iya ia bingung karena tak tahu fakta kalau Zahdan dan Gilang adalah dua bersaudara.

"Aku yang ngangkat telfon Gilang tadi." ucap Zahdan pelan.

"Ha? Ma..maksudnya?" Zidny terkejut. Ia semakin bingung saja

"Sebenarnya, Gilang itu adik aku"

"APA??" Sekarang ia tahu 1 fakta lagi yang di sembunyikan oleh orang-orang yang ia baru saja percaya.

Ada kekecewaan di wajah Zidny, "kenapa gak pernah bilang??"

"Maaf Zee,"

Zidny bangkit dari duduknya, "kalian semua sama aja tau gak!"

Ia keluar dari Cafe dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Bodohnya ia terlalu sibuk mengusap matanya hingga ia tak melihat sebuah mobil yang melaju ke arahnya.

Tinnnn!!!

"Zidny!!" teriak Zahdan.

"Aaaaa!" Zidny menjerit, ia lalu membuka matanya. Tubuhnya seketika lemas walau mobil itu berhasil berhenti tepat waktu di depannya.

Zidny samar-samar melihat sosok Zaky, sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Bugh!! Bogeman dari kepalan tangan Zahdan mendarat di wajah Zaky, sebuah cairan merah seketika keluar dari ujung bibir Zaky.

_______
Tbc.

Double Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang